Hening menemani malam sunyi Caddie. Ia hanya duduk termenung memandang ke arah luar jendela besar dekat balkon kamar.
Pikirannya berkelana ke masa lampau. Masa-masa di mana Caddie merasa bebas dan bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.
Caddie rindu masa-masa remajanya. Caddie rindu teman-temannya. Caddie rindu Ruby dan Griya, sahabat yang selalu menemani masa-masa sulitnya saat itu.
Caddie juga rindu Ibu nya. Caddie rindu bekerja. Caddie rindu Indonesia. Caddie rindu segalanya.
Tapi Caddie merasa tidak menyesal dengan keputusannya.
Dulu, Caddie tidak pernah berencana ingin punya keturunan. Ia tidak siap dan mungkin tidak akan pernah siap menjadi seorang ibu.
Caddie takut karma ayahnya yang sering berselingkuh menyakiti hati wanita lain, akan turun dan jatuh pada anaknya nanti.
Atau mungkin karma ayahnya akan turun ke Caddie?
Entahlah. Banyak sekali yang sedang Caddie pikirkan. Caddie jadi takut ia akan merasakan apa yang dulu ibunya rasakan. Itu sebabnya ia selalu menunda pernikahan.
Tadi siang, saat Caddie memerintah Nelly untuk membeli alat periksa kehamilan, Nelly pun menurut.
Hasilnya positif.
Dugaan Caddie benar. Akhir-akhir ini ia merasa tidak enak badan. Sering merasa mual, tapi Caddie tidak pernah bilang pada Damon.
Seingat Caddie pun, tanggal menstruasinya sudah lewat beberapa hari. Atau mungkin berminggu-minggu?
Caddie pun lupa.
Itu sebabnya ia menyuruh Nelly membeli beberapa test pack untuk memeriksa apakah ini hanya dugaannya atau benar.
Caddie jadi takut. Apakah Damon akan marah? Apakah Damon masih mau menerimanya? Bagaimana kalau nanti anaknya akan tumbuh tanpa seorang ayah kalau Damon menceraikannya?
Nelly pun diancam Caddie untuk tutup mulut soal perintah membelikannya test pack.
Caddie mengancam akan bilang yang tidak-tidak pada Damon kalau Nelly buka mulut.
Cukup jahat. Tapi Caddie lebih takut kalau Damon tahu.
Apalagi Caddie punya suami yang masih terlibat dalam dunia hitam. Caddie juga tidak ingin anaknya nanti akan berada di dunia yang sama seperti ayahnya.
Saat Caddie masih sibuk tenggelam dengan pikirannya sendiri, tubuhnya terkesiap kaget saat sebuah usapan lembut mendarat di kepalanya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, hm?"
Suara berat Damon menyapa. Caddie menoleh, mendongak menatap Damon yang sedang tersenyum hangat padanya.
Jas hitam Damon sudah tersampir di pundak, dengan kemeja yang digulung hingga siku.
Damon pun mendudukkan dirinya di samping Caddie.
Caddie masih saja diam. Memalingkan wajahnya lagi, memandang ke arah luar.
Damon menyadarinya.
Biasanya, Caddie akan menyambutnya hangat setiap Damon pulang kerja, atau hanya melemparkan sebuah senyuman manis. Bahkan biasanya begitu Caddie mendengar pintu kamar yang terbuka, Caddie akan berlari untuk memeluk Damon.
"Amore Mio... Kau baik-baik saja?" suara Damon terdengar begitu lembut di telinga Caddie.
Caddie jadi kembali bimbang dan takut.
Benarkah Damon memang mencintainya? Apakah Damon akan terus mencintainya?
Damon membelai pipi Caddie lembut. Masih mencoba untuk membuat Caddie bicara.
![](https://img.wattpad.com/cover/367697259-288-k180361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Romansa#Mature of content. Please be wise# #SUDAH REVISI# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring...