"Damon."
"Hmm."
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?."
"Tentu."
Caddie mendongak menatap Damon dengan memasang wajah serius. Kepala Caddie masih berbantal kan lengan kanan Damon.
"Berapa banyak orang yang sudah kau bunuh?."
Damon berdecak. "Mengapa menanyakan hal seperti itu Addie?."
"Kau bilang boleh menanyakan apa saja. Cepat katakan saja kira-kira sudah berapa nyawa yang kau hilangkan?."
Damon sedikit menunduk menatap Caddie sambil menaikkan satu alisnya.
"Bisa tidak struktur pertanyaan nya di ubah? Itu seperti menohok ku."
Caddie tersenyum jahil. "Oh jadi kau tersinggung?." Jeda nya. "Oke ku ubah pertanyaan nya. Berapa banyak orang yang sudah kau bunuh?."
"Ck." Damon memutar bola matanya jengah. "Aku tidak tahu. Mungkin 30. Atau lebih. Atau kurang. Aku tidak tahu."
Kedua mata Caddie membelalak mendengar jawaban santai Damon.
"30? Itu orang atau rubah yang kau bunuh?."
Damon menghela nafas ringan. "Next Addie."
"Baiklah."
Caddie tampak berpikir sekarang. Sebenarnya ada banyak sekali yang Caddie ingin ia tanyakan. Tapi entah mengapa ia lupa sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan nya.
"Oh iya... Kapan terakhir kau pacaran? Aku tidak pernah tahu mantan mu. Lagi pula aku kurang percaya pria sempurna seperti mu pasti dulu nya playboy."
Damon tersenyum sombong. "Jadi secara tidak langsung kau mengatakan bahwa aku tampan, kaya, dan mapan? Itu kan definisi sempurna jaman sekarang?."
Caddie memukul lengan Damon. "Terlalu percaya diri itu tidak baik! Sudah cepat jawab saja pertanyaan ku!."
"Baiklah." Damon menghela nafas sebelum kembali bicara. "Mantan ku hanya ada 2. Yang pertama saat SMA. Sekarang setahu ku, ia sudah mati karena gantung diri."
"Kok bisa?."
"Karena gantung diri."
"Pprtftt...." Caddie mencebikkan bibirnya. "Maksud ku,, kenapa ia gantung diri? Depresi?."
"Aku tidak tahu Addie. Aku bukan orang tuanya."
"Baiklah. Lanjutkan."
"Lalu yang kedua..."
Damon sengaja menggantung ucapannya. Tersenyum usil sambil menatap Caddie penuh makna.
"Ck. Apa lagi setelahnya? Lanjutkan!."
Damon terkekeh kecil lalu kembali melanjutkan ceritanya. Pandangannya kini menatap langit-langit kamar nya yang luas.
"Dia anak rekan bisnis papa. Kami putus sekitar 3 atau 2 tahun lalu. Aku tidak ingat. Itupun karena aku yang memutuskan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Romance#Mature of content. Please be wise# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring. Sangat menjengk...