#Mature of content. Please be wise#
#SUDAH REVISI#
***
"Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu.
"Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya.
Dia hanya tersenyum miring...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ruu..."
"Apa?"
"Mau nambah Latte lagi..."
"Nggak. Ini udah gelas ketiga ya. Gak baik ibu hamil ngopi banyak-banyak," omel Ruby sambil mendelik tajam ke arah Caddie.
Yang di tatap hanya cengengesan sambil sesekali menyuapkan roti ke dalam mulutnya.
"Kalo gitu mau nambah roti yang itu..."
Jemari Caddie menunjuk ke salah satu roti yang berjejer di etalase toko Ruby.
Kedua alis Ruby bertaut. "Mau rasa Matcha?" tanya nya sambil memastikan kembali arah tunjuk Caddie.
"Iya. Mau 2 ya."
"Sejak kapan Lo suka Matcha?"
Ruby mendekat sambil membawakan pesanan roti Caddie di atas sebuah piring kecil. Menyuguhkan di hadapan sahabatnya itu, lalu ikut duduk di kursi sebelahnya.
"Minggu lalu, suami Gue pulang bawa kue rasa Matcha. Biasa, rasa kesukaan dia. Terus Gue iseng nyoba, eh ternyata enak juga," celoteh Caddie sambil mulai menyantap roti di hadapannya.
Ruby hanya ber-oh-ria menganggapi. Tiba-tiba pikiran nya berkenala ke masa lalu. Mengingat sesuatu yang membuat nya tersenyum jahil.
"Eh Cad..." jeda Ruby sambil menghadapkan tubuhnya ke arah Caddie.
Sambil mengunyah rotinya, Caddie hanya menaikkan kedua alisnya. Menunggu Ruby melanjutkan ucapannya.
"Gue tiba-tiba jadi inget mantan Lo. Dulu toko roti Gue jadi salah satu tempat favorit Lo nge-date kan?" tanya Ruby sambil terkekeh geli mengingat tahun-tahun itu.
Caddie hanya tersenyum tipis. Pikiran nya juga kembali berkelana ke masa-masa itu. Dimana Caddie yang takut tidak mau di ajak kemana-mana selain ke mall dekat rumah nya dan ke toko roti milik Ruby.
Sebenarnya toko roti milik sahabatnya ini bisa di bilang seperti cafe yang menjual berbagai macam roti. Sebab ada juga beberapa pilihan minuman untuk di nikmati disini.
Tapi karena kerendahan hati Ruby, ia hanya ingin di bilang kalau ini toko roti kecil miliknya.
Ya kalau sudah begitu Caddie bisa apa.
Ruby juga memperkerjakan beberapa pegawai di toko roti nya untuk membantu melayani pelanggan ataupun membantu membuat roti di dapur.
Kembali mengingat masa lalu, kala itu Caddie benar-benar menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak ia inginkan. Caddie selalu menerapkan prinsip pacaran sehat. Hanya sekadar ngobrol biasa, lalu pulang. Tidak ada hal lain.
Bahkan seingatnya ia sama sekali belum pernah berpegangan tangan dengan mantan satu-satunya itu.
Caddie yang muda itu sangat-sangat menjaga kesucian nya. Ia tidak ingin berakhir dengan seseorang yang tidak ia cintai. Pikirannya saat itu hanya selalu was-was terhadap siapapun pria yang mendekatinya.