Seperti pagi-pagi biasanya, rutinitas Caddie dimulai dengan bangun tidur, menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya, memandikan Enzo, lalu menyuapinya makan atau sekadar menyusuinya.
Hanya itu.
Mungkin terakhir, ia baru akan menyiapkan dirinya sendiri untuk mandi dan sarapan.
Tapi hari ini, Caddie benar-benar masih terlelap pulas dalam tidurnya.
Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, namun tak ada tanda-tanda Caddie akan bangun, bahkan sekadar bergerak dalam tidurnya."
Semalaman ia terjaga, pikirannya penuh dengan kekhawatiran tentang Damon yang pulang dalam keadaan berantakan. Damon sama sekali tidak mengajaknya bicara atau menjelaskan apa pun. Bahkan, ia tetap mengacuhkan Caddie yang terus bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi Damon tidak menolak, kala Caddie membantu mengompres wajah dan jemari tangan nya yang sedikit memar.
Dia hanya terdiam, memperhatikan wajah istrinya dengan saksama.
Setelah semalam selesai mengompres, Caddie langsung mendapat telepon dari Ruby, di malam itu juga.
Caddie masih ingat betul bagaimana laporan Ruby yang datang bertubi-tubi, penuh semangat, dengan nada bicara yang sangat terkejut.
"Gue kirimin Lo suatu rekaman video, yang Lo sendiri pasti ngga akan percaya kalau Lo liat."
Itu ucapan pertama Ruby begitu Caddie mengangkat teleponnya semalam.
Setelahnya, Caddie mendapat sebuah kiriman video yang berdurasi cukup panjang, sekitar lebih dari 30 menit.
Tapi Ruby bilang, langsung saja lihat pada 15 menit terakhir.
Kedua matanya hampir melompat keluar dari tempatnya. Rahangnya ternganga, terbuka lebar. Jantungnya serasa mencelos, bahkan mungkin terhenti sesaat.
Dalam video semalam, terlihat jelas betapa besar cinta Cassie pada Enrico.
Caddie merasa di permainkan oleh kakaknya sendiri.
Ia menyesal karena melepaskan nya kemarin.
Ia menyesal membuat Damon sebegitu marah padanya.
Bahkan sampai semalam suaminya itu masih mengacuhkannya.
Salahnya sendiri memang. Terlalu mementingkan ego dan mengedepankan hati nuraninya yang menurut Caddie, kali ini bisikan hatinya itu salah.
Caddie merasa sangat bersalah. Kini, ia harus mencari cara agar suaminya tidak terus-menerus mengabaikannya.
Ternyata, begini rasanya diacuhkan oleh pasangan. Tidak enak. Pikirnya.
Pun perasaan bersalah itu semakin mendalam. Mungkin inilah yang selalu Damon rasakan ketika dirinya suka ngambek tanpa alasan jelas kepada suaminya.
Kini, saat Caddie masih pulas dalam tidurnya, Nelly datang mengetuk pintu kamarnya.
Karena sang empunya tidak kunjung membukakan pintu, Nelly berinisiatif membuka nya lebih dulu lalu menyembulkan kepalanya kedalam.
"Nyonya... Selamat pagi... Nyonya..." sapa nya sopan, tapi tetap tidak kunjung ada balasan.
Kedua mata Nelly menangkap sosok Nyonya-nya yang masih bergelut di bawah selimut.
Nelly tersenyum hangat lalu berjalan masuk ke dalam kamar nya sambil menggendong Enzo.
Dengan perlahan dan hati-hati, Nelly mencolek-colek lengan Caddie.
Tetap saja tidak membuat Nyonya nya itu bergerak barang sejenak.
![](https://img.wattpad.com/cover/367697259-288-k180361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Roman d'amour#Mature of content. Please be wise# #SUDAH REVISI# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring...