"Addie, apa kau ingat masalah beberapa bulan lalu yang terjadi di kantor ku? Yang waktu itu aku ceritakan."
"Yang mana? Masalah kantor mu kan banyak."
"Ck," Damon berdecak. "Wanita gila yang mengacak-acak lemari dokumen di ruangan ku."
"Oh, iya, kenapa memangnya? Sudah tertangkap orang nya?." Tanya Caddie penasaran dengan kedua tangan nya yang masih sibuk memakaikan baju Enzo.
Hening.
Caddie pun menoleh ke belakang menatap Damon yang tidak membalas ucapan nya.
Damon justru melangkah mendekat dengan wajahnya yang di buat datar. Tangan kanan nya memegang sebuah foto yang sudah di cetak berukuran sedang lalu ia berikan pada Caddie.
Dahi Caddie berkerut heran menatap Damon. Tangan nya mengadah menerima uluran foto itu.
Kedua matanya membelalak sempurna menatapi foto tersebut. Jantung nya kini berdebar-debar ketakutan. Tangan nya sedikit gemetar. Pasalnya, ia tahu siapa orang yang ada dalam foto itu.
Caddie mendongak lagi, menatap Damon yang juga masih menatap dirinya.
Seolah mengerti tatapan istrinya, Damon berjongkok di depan Caddie. Memiringkan sedikit kepalanya lalu berkata.
"Tenang. Dia belum ku apa-apa kan. Nyawa musuh ku kali ini ada di tangan mu. Kau sendiri yang putuskan. Tapi jangan harap dia akan ku perbolehkan keluar dengan mata terbuka. Kau pilih." Jeda Damon dengan nada dingin lalu tangan kanan nya mengusap pipi mulus istrinya.
"Kau yang tembak, atau aku." Sambung nya cepat.
Caddie masih membeku di tempat. Mengatur nafas nya yang kian memberat.
Damon paham dengan apa yang Caddie rasakan. Dengan santai, ia berjalan menjauh menghampiri Enzo yang tengah merangkak kesana kemari sendirian. Menggendong nya lalu melangkah ke arah pintu.
"Dia ada di ruang bawah tanah." Ucap Damon di ambang pintu sebelum ia dan Enzo benar-benar keluar.
***
-
"ASTAGA!."
Caddie menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Air mata kembali berjatuhan dari pelupuk matanya.
Dengan gemetar, Caddie melangkah mendekati wanita yang tengah duduk terikat di tengah ruangan temaram itu.
Kedua matanya tertutup kain hitam. Sudut bibir nya robek mengeluarkan sedikit darah. Dress panjang yang ia pakai juga lusuh nan kusut. Apalagi rambut blonde nya yang panjang kini terlihat acak-acakan sekali.
Mendengar langkah seseorang yang mendekat, wanita berambut blonde itu pun mendongak sambil terisak pelan.
"Siapa disana? Tolong lepaskan aku!." Lirihnya memohon.
"Kak..." Caddie menahan isak tangis nya sendiri. Menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara.
"Caddie... Apa itu kau? Tolong aku, kumohon... Hikkss... lepaskan aku... Hikss... Aku terpaksa melakukannya..."
Cassie terus menangis pilu dengan wajah cantiknya yang sudah memerah. Terus memohon kepada Caddie agar dilepaskan.
"Kenapa kakak melakukan nya?."
Caddie bertanya sambil melepaskan ikatan kain hitam itu di mata Cassie.
"Aku... Hikss... Terpaksa... Enrico mengancam akan membunuh Flo..."
Caddie menggeleng cepat. "Itu tidak mungkin, Enrico sendiri sangat sayang pada Flo..."
"Saat itu aku buntu... Aku... Hikkss... benar-benar tidak tahu harus apa selain mengikuti perintahnya...."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Romansa#Mature of content. Please be wise# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring. Sangat menjengk...