Begitu turun dari ojek, Caddie berjalan cepat menyusuri trotoar dengan langkah terburu-buru. Pasal nya, ini sudah lewat 10 menit dari jam perjanjian yang di bilang Ruby untuk bertemu dengan Pria itu.
Lagipun sebenarnya Caddie cukup kesal, kenapa juga Ruby begitu bersemangat mengenalkan Caddie dengan teman suami nya itu.
Dan lagi, kenapa pula retoran mahal harus berada di belakang gedung-gedung mewah, pun harus melewati gang pula. Apa konsep nya memang seperti harta karun yang tersembunyi?.
Byuur...
"Sialan!" umpat nya kesal. Bagaimana tidak. Sebuah mobil mewah baru saja lewat dengan kencang menerobos kubangan air dekat trotoar dan menyipratkan air kotor itu ke arah nya. Sekarang pakaian nya jadi sedikit basah dan kotor setengah nya. Apalagi sepatu mahal nya.
Bersamaan itu, ponsel nya berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari,...
Nomor tidak dikenal?"Siapa nih?" gumam nya. Dengan cepat dia mengangkat nya, takut-takut itu bos nya atau ada hal penting lain.
"Hal-" baru saja dia akan bicara, tapi sebuah suara berat dan tegas terdengar menyapa telinga nya.
"Apakah calon istriku ini seorang yang malas dan tidak tepat waktu?"
Caddie langsung panas dingin mendengar nya. Apa? Telinga nya tidak salah dengar kan? Hello... mereka bahkan hari ini baru akan bertemu dan pria itu sudah menelpon nya dan berbicara seenak nya.
Tapi,- tunggu dulu... darimana pria itu mendapatkan nomor nya.
"Ini ud-" lagi-lagi pria itu memotong ucapan nya.
"Cepat. Aku tidak suka keterlambatan" tegas nya.
Tut...
Panggilan di akhiri begitu saja oleh pria itu. Caddie mendengus kesal. Kalau gini lebih baik tidak jadi saja. Belum jadi suami saja sudah seenak jidat nya begitu.
Tapi lagi-lagi karena gengsi, Caddie tidak ingin dia di cap sebagai tukang bohong. Lagipun dia benci dengan orang yang suka membatalkan janji sepihak.
Jadi sebisa mungkin dia akan tetap datang hari ini. Meski pakaian nya sedikit kotor karena cipratan mobil sialan tadi, setidak nya justru Caddie berharap pria itu akan ilfeel dengan nya karena datang dengan pakaian seperti ini.
Caddie mempercepat langkah nya memasuki restoran mahal bernuansa barat itu, Caddie cukup bersyukur restoran itu terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang datang. Lalu seorang pelayan datang menghampirinya.
"Saya sudah ada janji, atas nama Ruby Delima" ucap Caddie ramah. Pelayan itu kemudian mengantarkan Caddie ke meja yang telah di reservasi oleh sahabat nya, Ruby.
Sampai di meja itu, Caddie bisa melihat punggung seorang pria yang sedang duduk membelakangi nya. Dengan menghela nafas pelan, Caddie melanjutkan langkah nya dan langsung duduk di hadapan pria itu.
Pria itu pun hanya menatap nya datar dan melirik jam di pergelangan tangan kiri nya.
Merasa tersindir karena terlambat, Caddie berkata "Jangan salahkan aku yang terlambat. Salahkan hujan."
Pria itu hanya menaikkan selebah alis nya dan terheran. "Sudah salah, malah menyalahkan hujan." ucap nya pelan namun tegas.
Sekarang manik bola mata hitam itu menatap Caddie lekat. Melihat perempuan di hadapan nya itu dengan tatapan menilai dari atas hingga bawah.
Caddie yang merasa di perhatikan begitu hanya mendengus kesal.
"Apa yang kau lihat? Iya aku tahu pakaian ku kotor. Dan lagi, salahkan hujan".Memang. Salahkan saja hujan. Tadi sebelum pergi kesini, Caddie memutuskan untuk pergi menggunakan ojek. Biar cepat katanya.
Di jalan saat matahari sedang terik-teriknya, tiba-tiba saja mendung dan hujan turun. Membuat nya kesal bukan main. Mana tadi ketiduran pula, makanya terlambat dan harus buru-buru.
Bahkan dia sekarang hanya menggerai rambut nya dan hanya make up tipis-tipis.
Pria itu hanya tersenyum samar. Kemudian menaruh kedua tangan nya di atas meja dan memanggil seorang pelayan untuk memesan. Sambil menunggu, pria itu kini menatap nya lekat, lagi.
Caddie jadi salah tingkah kalau begini terus.
Pasalnya pria di hadapan nya ini terlalu tampan untuk standar ketampanan orang Indonesia. Apalagi dia hanya menggunakan kemeja berwarna navy yang dua kancing atas nya sengaja di buka, lengkap dengan jas berwarna hitam.
Cukup lama Caddie memperhatikan dada bidang nya itu. Pikiran nya berkata bahwa, sepertinya akan nyaman kalau ia merebahkan kepala nya di atas sana. Caddie terus melamun hingga pria itu menjentikkan jarinya di depan wajah Caddie.
"Hey! Kau sedang di alam mana huh?" Sarkas nya seraya tersenyum miring.
Caddie mengerjap dan berdehem lalu, "Jad- jadi... apa yang membuat mu tertarik menyetujui ucapan Ruby untuk menemui ku?" tanya Caddie.
Sebab dia tahu, kalau pria di depan nya ini sudah lama menjomblo juga. Hampir 3 tahun kata Ruby.
Pria itu mengangkat bahu nya acuh. "Entahlah. Aku hanya mengikuti insting ku" jelas nya datar.
"Oh ya? Memang nya seperti apa seleramu, sampai kau berkata seperti itu?" kini Caddie yang penasaran. Ruby hanya bilang bahwa pria di hadapan nya ini workaholic. Jadi mungkin tidak ada waktu atau-
"Jadi kau ingin kapan?" pria itu bertanya.
Tidak, seperti mendesak lebih tepat nya.
"Maksud mu?" Caddie yang tidak mengerti maksud pria itu pun bertanya balik.
"Kapan kau mau kita menikah? Sebutkan saja tanggal nya" jelas nya lagi dengan wajah tenang.
Caddie mengernyitkan dahi dan melotot tajam. Dengan nada kesal Caddie menjawab "Kau pikir aku sudah setuju? Enak sekali bicaramu". Caddie melempar pandangannya ke arah lain.
Menyebalkan sekali pria ini. Kenapa begitu terburu juga. Bahkan sudah langsung bertanya begitu.
Pria itu bersidekap tangan di depan dada, masih menatap Caddie yang tengah kesal itu. Kemudian dia tersenyum samar.
"Kau tahu? Sepertinya kau tipe ku"
Kembali Caddie melotot tajam ke arah pria itu. "Hey, bahkan aku tidak tahu nama mu!" seru nya kesal.
Kini pria itu tertawa pelan dan memajukan sedikit tubuhnya ke arah Caddie sambil menyeringai menatap lekat Caddie. "Damon. Namaku Damon Gustavo" jeda nya sebelum kembali menyandarkan diri di kursi nya.
"Dan aku rasa aku tertarik padamu".
Baru saja Caddie ingin bicara, pria itu, yang sekarang dia ketahui bernama Damon Gustavo, menyela kembali.
"Ini" ucap nya datar sambil memberikan jas nya yang baru saja dia lepas dan memberikan nya pada Caddie.
Caddie yang tidak paham hanya menyeritkan dahi bingung.
"Lihat dirimu sendiri. Hampir tercetak jelas dadamu sekarang. Harus kah aku menyalahkan hujan juga? Atau justru berterimakasih?" sambil menyeringai pria itu melirik sekilas dada Caddie.
Caddie yang panik langsung menunduk dan melihat penampilan nya lagi.
Kemeja putih nya memang basah karena hujan, dan- cipratan dari mobil sialan tadi. Jelas menjiplak kan bra hitam nya.
Caddie buru-buru mengambil dan memakai jas Damon. Jelas dia tenggelam dalam jas nya. Sekarang pipi nya pasti sedikit merona karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Lãng mạn#Mature of content. Please be wise# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring. Sangat menjengk...