Lisa punya penyakit asam lambung dan karena merasa sudah semakin parah ia pun mulai berobat mandiri alias tidak di perintah oleh siapa-siapa. Sesampainya disana bukan berarti ia langsung masuk, bukan. Ia harus antri dulu untuk nomor kesekian dan akhirnya namanya di panggil.
"Lalisa."
"Ah iya." Ucap Lisa ketika namanya dipanggil kemudian berdiri dari duduknya dan baru menyadari kalau ia antrian terakhir, sialan.
"Silahkan masuk." Ujar suster itu dan mempersilahkan Lisa untuk masuk dan ia menunggu di depan pintu.
Lisa pun masuk dan sesaat langkahnya terhenti. Laki-laki yang menjabat sebagai dokter itu tampan sekali dan apa ini? Ekspresinya memang begitu atau bagaimana?
"Mana ada dokter mukanya lucu gini anjir." Ujarnya speechless sendiri melihat dokter tampan itu.
Jean, selaku dokter itupun mendongak dan mendapati pasiennya yang masih di depan pintu yang tertutup itu. "Dengan nona Lalisa?"
Lisa mengangguk dengan kaku dan mulai berjalan kearah meja.
"Jadi apa keluhannya?" Tanyanya dan menatap pasien di depannya dengan tenang.
Berbeda dengan Lisa yang malah ingin tersenyum-senyum dengan leluasa saat ini. Duh, mengapa dokter di depannya ini ganteng sekali sih selain ganteng malah terlihat imut karena pipinya yang berisi.
"Lalisa?"
Mata Lisa mengerjap lucu kemudian duduk dengan tegap sesekali tersenyum yang membuat matanya ikut tersenyum juga. "Gini dok saya kan punya penyakit lambung sebelumnya nah sekarang udah beda lagi nih."
Jean terlihat mengernyitkan dahinya, maksudnya bagaimana? Jadi penyakitnya dua atau satu sebenarnya. "Maksudnya gimana? Bisa di jelaskan?"
"Beberapa bulan terakhir ini saya punya penyakit lambung-"
"Terus kamu sering makan-makanan yang pedas-pedas ya?"
Lisa anaknya yang memang ramah tamah dan jarang berbohong ini pun menjawab dengan semangat. "Harus dong."