Him 2

508 86 24
                                    

"Maksud kamu apasih tiba-tiba mutusin aku kayak gini?" Tanya Aksara yang tidak habis pikir dengan Selena padahal sebelumnya mereka baik-baik saja.

"Ya maksud aku kita putus." Ucapnya lagi.

"Gak, aku gamau kamu apa-apaan sih."

Lisa yang  melihat drama menjijikan didepannya pun berdecih sinis dan menatap keduanya dengan tajam.

"Aksa, udah deh kita udah gaada hubungan lagi sekarang." Ujar Selena dan mengambil tasnya.

"Kamu harus kasih tau alasannya apa bukan malah putusin aku sepihak kayak gini." Ucap Aksara yang masih bingung dan tidak terima mengapa ia di putuskan mendadak begini.

"Heh bocah goblok udah tau diputusin malah ngemis." Ucap Lisa yang sudah muak sendiri.

Aksara dan Selena menoleh ke sumber suara.

"Lo-" Ucap Aksara.

Lisa menaikan sebelah alisnya.

"Ini pasti karna ulah lo, kan?" Tudingnya.

"Gue kenapa njir."

"Halah lo gak usah pura-pura gak tau deh ini pasti karna ulah lo."

Lisa terkekeh sinis. "Terserah." Ucapnya dan berlalu dari sana karena terlalu menyakitkan untuknya juga. Dimana di depan matanya Aksara menahan orang seperti Selena, haha lucu juga. Anak itu polos atau memang bodoh sebenarnya.

"Udah ah aku mau pergi."

"Selena, dengerin aku dulu." Ucapnya menahan tangan Selena.

"Apalagi sih."

"Omongan kamu gak bener, kan?" Tanyanya dengan sedikit harapannya.

Selena memutar bola matanya malas. "Aku bener-bener mutusin kamu, bye." Selena melepaskan tangannya dan berlalu dari sana.

Aksara tentu geram dan melihat kearah Lisa yang terlihat tersenyum-senyum sendiri melihat pertunjukan di depannya. Dengan langkah lebar ia mendatangi meja Lisa dan menarik tangannya sehingga mereka berhadapan. "Apa yang lo lakuin makanya Selena mutusin gue, ha?" Tanyanya dengan tatapan tajamnya.

Lisa melupakan sejenak tangannya yang terasa nyeri dan tersenyum sinis. "Apaan dah lo nuduh-nuduh gak jelas gini." Ucapnya menatap mata tajam Aksara.

"Ini semua pasti ada hubungannya sama lo, sialan." Umpatnya.

"Wow kasar banget." Ucapnya dan menepuk bibir tipis itu dengan pelan. "Gak boleh kasar-kasar sayangku." Ujarnya sembari terkikik geli.

"Lepasin tangan lo."

Lisa tertawa. "Udah sih dia yang mutusin kok gue yang lo salahin."

"YA PASTI EMANG KARNA LO."

"EMANG GUE NGAPAIN ANJING."

Rosie yang melihat itu heran sendiri. Lisa memang berani kepada siapa saja tapi ia tidak menyangka kalau Aksara sebagai pengecualian dan apa ini? Mereka berdebat? Tumben sekali.

"Lo denger ya, kalo gue tau Selena mutusin gue dan ada sangkut pautnya sama lo-" Ujarnya sedikit memberi jeda di perkataannya ketika tatapan Lisa berubah menjadi tajam dan terlintas kekecewaan juga, apa itu perasaanya saja atau bagaimana. "Lo bakal tau akibatnya."

Lisa tersenyum miring dan mendekatkan dirinya ke depan dan membisikan sesuatu yang berhasil membuat Aksara menegang. "Sayang, gue gak takut apapun termasuk anceman lo jadi silahkan buktiin sendiri. Tapi, kalo lo udah tau kebenarannya lo bakal tau siapa gue." Bisiknya dan menepuk pundaknya sekilas.

Melepaskan tangannya dari tangan Aksara dan mengambil barang-barangnya. "Ayo, Jeh." Ujarnya dan pergi lebih dulu.

Rosie yang memang penonton dari awal pun hanya ikut membereskan barang-barangnya. "Lo sih ada yang tulus malah milih badut, mampus kan lo." Ucapnya dan menyenggol Aksara kuat.

"Maksud lo apa?"

"Emang dasarnya aja lo yang bego." Umpatnya dan meninggalkan Aksara yang kebingungan.

Sedangkan di sisi lain, Lisa menetralkan nafasnya yang memburu. Munafik jika ia tidak merasakan sakit ketika Aksara begitu menyalahkannya karena putus dari Selena. Apa dirinya kalah dari wanita seperti Selena? Lucu sekali. Apa tidak bisa Aksara melihatnya sekali saja? Lisa pun mengusap air matanya yang keluar dari pelupuk matanya ketika Rosie memasuki mobil.

"Lo gapapa?" Tanya Rosie menatap Lisa.

Lisa mengangguk pelan. "Gapapa."

Rosie mengenal Lisa kurang lebih 10 tahun lamanya. Menelisik semua perlakuan Lisa bukanlah hal yang sulit untuknya. Lisa bukan tipikal orang yang suka dikasihani orang lain tapi itu tidak berlaku untuknya, Lisa pernah menyembunyikan masalahnya darinya sehingga Rosie begitu marah ketika temannya sedang terpuruk tapi Lisa malah mengabaikan keberadaannya sedang memendam masalahnya sendiri.

Sejak itu Lisa tidak lagi menyembunyikan segala masalahnya bahkan hanya Rosie yang tahu bagaimana kuatnya Lisa menghadapi masalahnya. Hanya Rosie sebagai pengecualian yang bisa menatapnya kasihan, hanya Rosie yang bisa menasehati Lisa dan Lisa menerimanya.

"Emang tadi kenapa sih?"

"Gue muak Jeh sama Selena. Gue udah biarin dia selama ini karna seperti yang lo tau kalo kebahagiaan Aksara itu prioritas gue makanya gue diemin tapi makin kesini dia gatau diri. Gue cuma gamau aja Aksara tau kalo perasaan konyol gue ini masih ada bahkan setelah ditolak waktu gue nyatain tapi kapan sih dia ngelirik gue." Ucapnya dengan suara yang bergetar.

"G-gue secinta itu Jeh sama dia, gue sayang, gue tulus kurang gue apa coba? Kenapa yang jadi pacarnya cuma mau hartanya doang tapi kenapa dia bego banget sih. Gue doang yang mandang dia dari hati bukan dari tampang apalagi hartanya, gue doang tapii-" Ucapnya dan mengusap air matanya yang lagi-lagi keluar ini begitu sesak, sungguh.

Rosie menatap Lisa prihatin dan mengusap punggungnya lembut. Ini bukan pertama kalinya Rosie melihat Lisa kembali menangis hanya karena Aksara yang tidak pernah meliriknya selama ini.

"Apa gue terlalu cinta aja kali ya makanya gue di giniin? Coba aja dari dulu gue move on yakin gue gak bakal kayak gini."

"Mungkin lo harus lebih berusaha aja kali." Ucap Rosie maksud memberi semangat agar temannya ini tidak pantang menyerah. Walaupun terkadang ia kesal degan kebodohan Lisa tetap saja ia juga ingin Lisa bahagia dengan pilihannya sendiri walaupun sulit.

Lisa terkekeh miris. "Gue kurang usaha apalagi coba. Gue udah nyatain perasan gue tapi ditolak abis itu gue diem selama bertahun-tahun dan ngejauhin dia dari orang yang menurut gue gak pantes buat dia. Gue cuma liatin dia bahagia sama pilihan dia sendiri walaupun gue sakit."

"Jadi mau lo apa? Lo mau berhenti aja?" Tanyanya dengan lembut.

Lisa memandang ke depan dan belum menjawab pertanyaan Rosie kemudian menghela nafas. "Gue belum tau tapi mulai sekarang gue bakal nyoba lupain dia."

Kenapa tidak dari dulu saja, pikir Rosie. Namun meksipun begitu ia tidak akan langsung mengatakannya karena takut di pukul Lisa, haha.

Rosie tersenyum tipis dan mengangguk. "Gue bakal dukung apapun keputusan lo. Kalaupun akhirnya lo sama dia gue juga bakal dukung dan begitupun sebaliknya."

Lisa mengangguk. "Yaelah lo baru juga mau nyoba move on udah disuruh ngarep lagi."

Rosie tertawa. "Ya lagian Psikopat kayak lo gak cocok kalo galau mah."

"Sialan lo." Ujarnya kemudian ikut tertawa.

🪐✨

End?

End?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oneshoot LKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang