Sumpah baru kali ini gue bikin cerita yang bahasa baku jadi gue butuh pendapat kalian tentang part ini, kasih masukan kalo ada yang salah, okee. Minta pendapat aja dulu karnakan ini masih proses bikin bahasa bakunya jadi jangan lupa ya guys, byeee.
Silahkan baca kalo rame gue lanjutin kalo sepi gue tarik lagi.
✨🪐Dor dor
Dua peluru itu tidak akan meleset ketika seseorang yang sudah mahir yang memegangnya. Si devil Jungkook sangat menyukai sesuatu yang berbentuk kriminal apapun itu termasuk membunuh orang lain. Jika tidak ingin berurusan dengannya jangan pernah mengusiknya walaupun seinci.
"Mati." Ucapnya dengan suara pelan ketika melihat orang di depannya sudah tidak bernyawa. "Buang." Ujarnya dan meminum minuman yang berbentuk botol dengan kasar alkoholnya yang hanya 5 persen saja karena saat ini ia tidak ingin minum terlalu banyak.
Para tangan kanannya pun mengangguk pasti tanpa berpikir dua kali dan membawa Leo selaku rival tuan mereka.
Jungkook itu jahat. Jungkook itu berhati batu. Jungkook itu pembunuh. Jungkook itu tidak punya hati.
Kata-kata seperti itu seperti makanannya sehari-hari tapi wataknya itu memang benar adanya. Hidup sebatang kara membuatnya tidak peduli sekitarnya kecuali dirinya sendiri. Bahkan sejauh ini pun ia tidak berminat untuk mengajak seseorang berkenalan karena membuang waktunya yang berharga, pikirnya.
Tapi apa jadinya ketika melihat gadis tengil muncul di hadapannya seperti saat ini. Setelah memilih dari markas kesayangannya yang disebut tempat kematian itu ia memilih pergi karena ingin pulang tapi malah di hadapkan dengan gadis tengil yang mengetuk pintu mobilnya karena memang saat ini ia sedang berada di lampu merah.
Sebenarnya bukan ketukan pertama apalagi kedua ini sudah menjelma menjadi ketukan kelima kalinya tapi Jungkook malas menanggapi walaupun jengkel sendiri.
"Apa saya harus turun untuk memperingati gadis itu, tuan?" Tanya sang sopir kepercayaannya, Robert.
Jungkook menggeleng dan tanpa aba-aba membuka kaca mobilnya di bagian belakang dan berhasil membuat gadis itu tersenyum lucu.
"Eh om ganteng." Pujinya dengan ekspresi lucunya.
"Ada apa?" Tanyanya dengan suara dinginnya.
"I-itu aku mau mau ikut." Ucapnya dengan nada pelan sekali.
Jungkook mengernyitkan dahinya bingung. Orang gila pun tahu kalau gadis ini sedang berada di dalam mobil walaupun hanya tangannya saja yang bisa menjangkau ke luar karena terlalu berdempetan. "Dasar sinting." Desisnya yang terdengar marah karena merasa di permainkan.
Gadis itu menggelengkan kepalanya meminta pertolongan dengan mata yang sudah berkaca-kaca ingin menangis. "Aku mohon." Ucapnya lagi.
Sesaat melihat mata jernih itu berkaca-kaca mambuatnya ada yang aneh dalam dirinya. Sial, perasaan apa ini, pikirnya. Entah datang darimana jiwa kemanusiannya itu ia ingin membuka mobilnya sebelum klakson dari belakang berbunyi agar mereka cepat berjalan dan mobil gadis itu sudah mulai menjauh darinya karena sudah lampu hijau.
"Kejar mobil berwarna hitam itu, cepat." Perintahnya mutlak.
Robert mengangguk pasti dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Jungkook tidak tahu kapan terakhir ia peduli dengan orang lain karena memang ia hanya fokus dengan dirinya saja. Tapi ketika mata gadis tadi berkaca-kaca dan memohon untuk menolongnya membuatnya ada yang aneh dalam dirinya. Ia tidak pernah mau merepotkan diri dengan memikirkan orang lain tapi mengapa gadis itu seperti pengecualian baginya?.