"Loh kamu kesini lagi? Bukannya harusnya minggu depan?" Tanya Jean saat menyadari pasien usil yang kemarin mengerjainya habis-habisan itu kembali menemuinya padahal jarak waktunya baru satu hari.
Lisa menyengir dan duduk di depannya setelah meletakan tas branded nya itu ke atas meja. "Gini-gini aku ada tujuan kesini, dok."
Jean mengernyitkan dahinya. "Tujuan apa?" Tanyanya penasaran, bukankah tujuannya hanya berobat lalu selain itu apa?
"Dokter, sibuk gak?" Tanyanya langsung.
"Sibuklah kamu gak liat berkas saya segini banyaknya." Ujarnya dan menujukan setumpuk berkasnya.
Lisa melirik sebentar kemudian memutar bola matanya malas, padahal berkas di kantornya melebihi ini tapi ia tidak selebay ini kok, pikirnya. "Yaelah, banyakan juga kerjaan aku, dok."
"Emang kamu kerja apa?"
"Asik diajak kenalan nih." Ucapnya di selingi tawa.
Jean memutar bola matanya malas melihat kepedean pasiennya ini. "Sabar Je sabar." Ucapnya bermaksud menguatkan diri di depan Lisa.
Lisa yang melihat itu tertawa keras, dokter di depannya ini lucu sekali dengan segala ekspresinya, sungguh.
"Gini deh tujuan kamu kesini apa selain ingin berobat?"
"Mama Papa aku mau kenalan, dok."
Jean mengernyitkan dahinya bingung. "Kenalan sama siapa? " Tanyanya dan sesekali meminum air minumnya.
"Kenalan sama dokter lah kan kemaren di bolehin di kenalin jadi ya di suruh dateng."
Jean yang sedang minum itu nyaris tersedak. "APA?" Tanyanya dengan mata bulatnya yang melotot karena tidak menyangka perkataannya kemarin akan terdengar semengerikan ini ketika di dengar rungunya.
Lisa dengan refleks menutup kedua telinganya dan matanya kemudian membuka matanya ketika reaksi Jean sesuai dugaannya. "Gimana dok? Bisa gak?"
Jean memijat pelipisnya karena pening luar biasa. Baru kali ini ia menjadi sefrustasi ini karena pasiennya yang kelewat usil padanya. "Astaga Lisa kamu-" Bahkan ia tidak tahu kata-kata seperti apa yang akan ia keluarkan saat ini karena bingung cara menjawabnya.
Lisa yang masih di depannya pun hanya menaikan alisnya menunggu lanjutannya. "Aku kenapa?"
Jean menghela nafas sebentar kemudian berdeham. "Kamu serius?"
Lisa mengangguk dengan santai. "Serius lah yakali main-main aku juga sibuk, dok."
"Ya kalo sibuk ngapain kesini sih?"
"Yakan hubungan ini harus di perjelas dulu, dok."
"Astaga Tuhan hubungan apa heh?"
Lisa tertawa. "Yaelah tinggal jawab iya engga doang."
"Apa yang saya dapet kalo ngeiyain permintaan kamu?" Tanyanya yang sudah pasrah sekali.
Senyum Lisa terukir tanpa diminta. "Jadi suami aku dong."
"Saya yang rugi ternyata."
Lisa tertawa lagi. "Lagian kenapa sih? Kita cocok tau. Kamu dokter mana ganteng banget lagi terus aku juga CEO muda. Aku kaya, aku punya semuanya, tubuh aku juga ideal yekan apalagi yang kurang coba. "
Untuk kesekian kalinya Jean nyaris tersedak minumannya kali ini benar-benar tersedak setelah mendengar penjelasan Lisa barusan. Pasien seperti apa yang ia dapat ini, astaga. "Kurang waras." Ketusnya.
"Waras kok kalo hubungan kita udah jelas hehe."
Jean mengacak rambutnya frustasi dan menyandarkan punggungnya karena lelah menghadapi Lisa. "Hah."