"Aksa, aku suka sama kamu."
Laki-laki yang sedang minum itupun menoleh kemudian meletakan minuman dingin itu diatas meja. "Terus?"
Lalisa, gadis yang baru saja menyatakan perasannya kepada orang di depannya dengan sangat percaya diri namun bukan jawaban seperti ini yang ia mau dengar paling tidak ucapkan terimakasih karena menyukainya apa tidak bisa? Lisa bahkan tahu sekali kalau perasaan itu tidak bisa di paksakan tapi satu kata itu berhasil membuatnya sakit hati.
Lisa yang masih di tempat pun tersenyum tipis dengan tatapannya yang mulai berubah menatap orang di depannya. "Lupain aja." Ujarnya kemudian berbalik.
Aksara yang memang tidak peduli memilih ikut berbalik menuju kelasnya.
🪐✨
"Heh, ngelamun bae." Ujar Rosie menyenggol lengan temannya.Lisa yang tersadar pun menoleh. "Apalah anj." Umpatnya kesal.
Rosie tertawa. "Lo kenapa dah?"
Lisa terlihat menggeleng. "Tiba-tiba keinget kalo gue pernah serendah itu didepan Aksa."
Rosie tersenyum tipis kemudian merangkul pundaknya. "Halah lupain ajalah cowo masih banyak."
Lisa menoleh sekilas. "Gue tau tapi emang gak mudah aja."
Rosie mengangguk mengerti. "Eh btw kita healing boleh kali."
"Lo mau kemana njir?"
"Ke rumah gue yuk."
"Gue punya rumah kocak."
Rosie memutar bola matanya malas. "Iya gue juga tau anjing tapikan rumah lo disini kalo rumah gue jauh sialan."
Lisa tertawa lagi. "Jauh banget anjing ke Australia sono."
"Lah daripada disini sat."
Lisa berdecak malas. "Ntar gue mikir-mikir dulu."
"Kebanyakan mikir lo bangsat."
"Gue harus ngumpulin niat dulu sialan."
Rosie memutar bola matanya malas kemudian matanya tidak sengaja menatap objek yang di kenalinya. "Anjing Aksara dateng lagi." Gumamnya namun di dengar Lisa.
Lisa yang sedang memainkan ponselnya pun mendongak dan membuatnya terdiam. Kalian ingin tahu di depan itu apa? Aksara datang bersama kekasihnya. Apa-apaan ini sialan, pikirnya.
Munafik jika ia tidak mengatakan kalau ia sedang cemburu dan sakit hati melihat pemandangan di depannya. Harusnya ia yang berada di dekat Aksara bukan perempuan itu. Harusnya hanya dirinya yang bisa memeluk Aksara bukan dia tapiii kenyataan macam apa ini. Kendati ungkapan rasa suka itu telah terlontar 5 tahun lalu dari mulutnya nyatanya ia belum mampu menghilangkan perasaan itu.
"Sa, pergi aja yuk." Ujar Rosie uang mengerti perasaan Lisa.
Lisa menggeleng pelan. "Ya enggalah gue duluan disini ngapain harus pergi." Ucapnya masih menatap objek di depannya.
Rosie meqnghela nafas. "Gue tau lo sakit hati jadi gausah diliat, sa."
Lisa terlihat terdiam tapi masih mau di tempatnya. "Gue gapapa kok."
Rosie memutar bola matanya malas. "Halah bullshit."
"Dia ganteng banget gak sih, Jeh?"
Rosie juga tahu kalau Aksara setampan itu tanpa ditanya sekalipun tapi ayolah ia tidak ingin perasaan Lisa kembali terluka seperti yang sudah-sudah. "Iyasih minusnya brengsek aja."