o n e

5.5K 186 4
                                    

Nadine Malaikha—gadis dengan keturunan kental darah Indonesia, wajah Asianya yang begitu khas bangsa Indonesia dipadukan dengan surai yang dipirang coklat gelap guna menambah kepercayaan diri.

"Dine! It's time to get some rest! Udahan aja deh!"

Gadis yang masih mengenakan earmuffnya itu nampak tidak bergeming sama sekali. Theodore—rekannya itu berjalan ke sisinya, cukup terpana melihat bagaimana fokusnya gadis itu, Theo bahkan tidak yakin Nadine menyadari keberadaannya saat ini lantaran fokusnya hanya dititikkan pada satu papan berjarak 50 meter didepan sana.

Duar!

Suara tembakan menghantam indra pendengaran Theo membuat pria itu mundur beberapa langkah, namun matanya tetap memicing guna melihat kearah papan sasaran gadis itu.

"Theo?"

Nadine melepaskan earmuffnya sambil mengemasi senapannya.

"Lagi-lagi lo main agresif seharian ini, yah walau hasilnya tetap perfect seperti lo biasa sih. But is something's wrong?"

Nadine tersenyum tipis, "nope. Hanya saja, hari ini.."

Theo yang paham arah pembicaraan Nadine langsung mengangguk paham, berhasil memotong Nadine yang jelas tak ingin melanjutkan ucapannya.

"I see. Tapi jangan larut-larut banget, ya? Lo tahu, lo juga bisa move on dan terus maju."

Nadine mengangguk sebagai tanggapan, gadis itu lalu menenteng tas coklat gelap yang sudah sehari-hari menemani rutinitas latihannya.

"Thank you, bro. Gue balik duluan deh, harus bersih-bersih, risih."

Theo tersenyum tipis dan mengangguk, pria kelahiran tahun 2000 itu tinggal di tempat pelatihan mereka, itu sebabnya ia cukup mengenal Nadine dan juga pautan usia yang tidak terlalu jauh mudah membuat mereka akrab.

"Kalau ada apa-apa, kabarin gua Dine. Let me be your 911."

Kedua ujung bibir Nadine menurun saat ia tersenyum. "Gak ah, takut gue jadi anaheim orang baru putus."


***

Nadine berjalan keluar dari cafe begitu berhasil mendapatkan cheesy garlic bread sekaligus avocado coffee yang diam-diam menjadi favoritenya selama ini.

Tak ada yang spesial dari harinya, semuanya berjalan biasa saja ditengah masyarakat metropolitan yang masing-masing sibuk dengan urusannya.

Menjadi atlet menembak memang tidak memiliki privilage sebesar itu dimuka sosialnya. Apalagi di negara kelahiran Nadine sendiri, olahraga tersebut belum begitu terkenal sama sekali, sangat berbeda dengan mereka atlet olahraga bulutangkis, sepakbola, dll.

Ramainya pintu masuk cafe yang tepat berada disamping pintu keluat berhasil membuat kening Nadine cukup berkerut. Namun tak fikir panjang ia berjalan menuju mobilnya kembali setelah itu.

Tarikan diujung kaos oblong yang tengah ia kenakan berhasil menarik atensi, seorang anak dengan rupa tak terurus itu menatap penuh harap kearahnya.

Pulang cepat sambil menikmati roti dan kopinya sepertinya kini tinggal angan semata saat anak laki-laki itu berbicara.

"Kak.. aku belum makan 3 hari.. maaf kalau kurang sopan, apakah kakak punya kelebihan uang untuk membelikan saya makan ditempat itu?"

Nadine menipiskan bibirnya sebentar. Ia selalu menjadi penyayang bagi semua anak kecil, juga bagaimana sopan santun anak kecil dihadapannya ini benar-benar tidak bisa membuat Nadine berkutik.

Nadine tersenyum tipis, "mari."

Anak dihadapan Nadine itu memakan roti bagiannya dengan lahap, Nadine sendiri mulai memakan roti yang tadi rencananya ia nikmati dijalan bersama dengan anak itu.

"Kakak cantik, baik hati, dan benar-benar tulus. Terimakasih untuk semua makanannya."

Nadine tersenyum kecil, "tentu, dik. Makanlah sepuasmu, jangan sungkan untuk meminta tambah."

"Kakak memiliki uang yang banyak?"

Nadine menaikkan satu alisnya, "entahlah. Aku tidak bisa mengatakan itu jumlah yang banyak, tapi kakak selalu menyisipkan beberapa untuk anak-anak kecil yang seperti kamu."

"Benarkah? Apakah kakak sudah bertemu dengan banyak anak jalanan sepertiku?"

Nadine mengerutkan alisnya, ah mungkin ia salah bicara didepan anak kecil ini. "Anak seperti kamu yang kakak maksud bukan anak jalanan. Tapi anak yang berani hidup sendiri dan tetap memiliki semangat untuk melanjutkan hidup."



"Aku terlihat seperti itu?"

"Tentu."

***

Tbc

Hi! This is Lullapy thank you for the time you used to read this work. Hope y'all like it. So sorry cause our bb Nathan belum bertemu dengan Nadine disini, but soon! I'll make it ASAP!

Love ya, don't forget to vote nn comment!

Nathan Tjoe-A-On -Targeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang