11

1.6K 143 13
                                    

Nathan menatap heran kearah Nadine, wajah gadis itu sembab. Ia menunda menyalakan mesin mobilnya dan memilih meraih bahu gadis itu dengan hati-hati.

"Kamu kenapa? Kamu habis menangis?"

Nadine menggeleng. "I'm okay. Ini nangis dikit karena.. masih galau kehilangan peluang buat kejuaraan di Olimpiade Paris." Ucapnya sambil tertawa kecil.

"Cupu ya aku? Cengeng banget."

Nathan menatap gadis itu dalam diam beberapa waktu sebelum menghela nafas berat.

"Kamu tidak cengeng, itu wajar." Ucapnya, ia tersenyum berusaha meyakinkan gadis itu.

"Mungkin sesuatu yang lebih baik daripada lolos Olimpiade itu sedang menunggumu."

Nadine mengangguk, gadis itu memaksakan senyumnya namun melihat Nathan yang masih menatap khawatir dan tersenyum kearahnya berhasil menghilangkan garis paksaan senyum tersebut.

Nathan dalam hati bersyukur melihat perubahan tipis tersebut.

"Kita jalan?"

Nadine mengangguk. "Yes, please."

Nadine menatap seisi mobil itu. Rasanya tidak mungkin Nathan mengendarai mobil sewaan.

"Kamu minjem mobil ini?"

Nathan mengangguk sambil menatap kearah Nadine. "Staff biasa meminjamkan mobil kepada pemain lokal, teman saya membantu meminjamnya secara diam-diam." Jawabnya sebelum kembali fokus ke jalan.

Nadine menggeleng tak habis fikir. "Di kesempatan selanjutnya, tidak perlu membahayakan staff maupun dirimu sendiri. Jika mau pergi bersama, kamu boleh menghubungiku, aku yang menjemput."

Nathan terkekeh kecil. "Mana mungkin saya membiarkanmu melakukan itu."

Nadine menaikkan bahunya. "Itu bukan hal yang sulit. Aku juga memiliki SIM yang masih aktif. Aman."

Nathan  mengangguk paham. "Make sense. Jika kamu berkata begitu, apakah berarti kamu berniat untuk jalan bersama saya lagi lain waktu?" Tanyanya diselingi nada menggoda yang tipis.

Nadine tersenyum. "Anggap saja kebaikan dari warga lokal."

***

Saat sampai dirumahnya, Nadine membuka pintu rumahnya disambut dengan Noah yang sedang duduk disofa bermain PS dengan santainya.

"Selamat pulang, kak." Ucapnya tanpa berbalik sama sekali.

"Aku pulang." Ucap Nadine sembari memasuki rumahnya, ia melirik Nathan kebelakang sebelum mengkodenya untuk masuk.

"Selamat malam."

Gawang Noah tiba-tiba kebobolan mendengar suara itu. Ia langsung meletakkan stick PSnya dan berjalan mendekat kearah Nadine.

"Siapa?"

"Ah, dia temanku. Nathan. Dan Nathan, ini adikku Noah."

Nathan tersenyum sembari memajukan tangannya. "Nathan,"

Noah melirik Nadine dulu sebelum menjabat tangan itu. "..Noah, adiknya."

Nadine tersenyum. "Kembalilah bermain Noah. Nathan duduklah dulu bersama Noah. Aku akan berganti pakaian sekalian menyiapkan minuman, ada yang kamu inginkan?"

"Yang tidak merepotkanmu."

Noah kembali duduk disofa. "Aku tadi dari luar membeli cola, berikan itu saja."

Nadine memelintir telinga adiknya. "Kamu minum cola lagi?"

Noah berdesis sakit sembari menatap Nathan dengan isyarat bantu dong!

"Hanya sedikit!!"

Nadine menghela nafas. "Kamu tuh udah minum cola kemarin, seliter loh kamu habisin sendiri."

"Maaf-maaf."

Sepeninggal Nadine, Noah kembali menatap kearah Nathan. "Tutup pintunya dan masuk saja." Ucapnya

Nathan menurut dan duduk didekat Noah, melihat game yang dimainkan di PS 5 anak itu.

"EAFC 24?"

Noah melirik antusias. Anak itu memiliki keterampilan bahasa Inggris yang sama dengan Nadine memudahkannya paham apa yang dikatakan oleh Nathan.

"Kamu tahu cara bermainnya?"

Nathan tersenyum miring. "Tentu saja."

Keduanya bermain dengan Noah yang tak jarang berteriak dengan histeris. Nadine datang dengan nampannya sebelum duduk disamping Nathan dan memperhatikan keduanya.

Ternyata kalimat 'laki-laki mudah berteman' itu tak sepenuhnya salah.

Ini pernah ia lihat juga saat awal-awal Theodore datang kerumahnya dan berkenalan dengan Noah, keduanya langsung akrab diawal pertemuan.

"Keren! Kamu kok ga bilang kamu jago?"

Nathan tertawa, "itu bukan apa-apa."

Noah tertawa menanggapi sebelum turun dan duduk dikarpet bawah. Ia meminum air putih yang disiapkan oleh Nadine untuknya dan menatap Nadine dan Nathan secara bergantian.

"Kalian kenal dimana?" Tanyanya

"Saya melihatnya di cafe, kemudian kami kembali bertemu di mall jadi saya memberanikan diri mendekatinya."

Noah menaikkan alisnya. "Are you flirt with my sister?"

Kuping Nathan memanas, bagaimana mungkin anak ini. Ah anak ini mengingatkannya pada salah satu bocah blak-blakan di camp pelatihannya. Marselino.

"Yah.. aku hanya mengajaknya kenalan."

Noah mengangguk acuh. Sejujurnya ia hanya sedang mencoba acuh saat jantungnya berdebar kencang. Bagaimana tidak, meski Nadine membatasi aksesnya untuk mengikuti timnas sepakbola Indonesia untuk mengurangi kesedihan Noah, Noah tetap mengikuti updatenya dari ponsel, bahkan ia masih sesekali bertukar pesan dengan teman-temannya dulu.

Perihal pria didepannya ini, ia sungguh tak menyangka kakaknya akan membawanya kerumah. Salah satu pemain mahal timnas Indonesia.

"Kamu pasti jago bermain bola, ingin bermain dibelakang?" Ajak Noah

Nadine menatap Noah penuh makna dengan gelengan kecil.

"Aku tak apa, kak. Sekali saja, ya?"

"Ini sudah malam."

"Belum jam 9?"

Nadine menghela nafas berat. Noah tersenyum puas, ia segera mengajak Nathan kebelakang namun ia juga tetap berjalan lebih dulu meninggalkan Nathan dan Nadine.

"Dia dulu sama sepertimu. Bermain untuk timnas Indonesia."

Nathan menaikkan alisnya terkejut. "Serius?"

Nadine mengangguk. "Tapi mimpinya harus terkubur semenjak cidera yang ia alami. Sebenarnya masih bisa kembali ke lapangan, tapi jatuh saat ia berada dititik paling tingginya itu membuatnya kehilangan kepercayaan diri."

Nadine tersenyum getir. "Aku dan orang tuaku tidak mau membebaninya dengan memaksanya bermain bola. Jadi, kini dia kembali ke sekolah biasa."

Nathan menatap Nadine. Mata gadis itu amat kentara dengan kesedihan. Tangannya dengan lembut menjalar kepucuk kepala gadis itu dan menepuknya dua kali.

"Dia pasti rindu memiliki teman sparring. Saya akan menemaninya."

***



MOHON BANGET TETEP IKUTIN CERITA AKKK

ASAP bakal kuusahain up double chap tiap hari asal vote dan commentnya juga lancarr😔😔

Buat UP besok mau double up targetting love atau mau up cerita sebelah 'as it was'?😗😗

Thank you guys! -Lullapy

Nathan Tjoe-A-On -Targeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang