Nadine tersenyum manis menatap pantulan dirinya dibalik kaca. Hari ini, tepat pada 19 Januari 2024 ia tengah bersiap untuk berangkat.
Pintu kamarnya diketuk, ketukan khas Theo membuat Nadine berjingkak dan meraih tasnya dengan cepat.
"Gue yakin lo orang yang sama yang nolak tawaran gue pas tahun baru kemarin?" Ucap Theo tatkala melihat Nadine nampaknya cukup antusias bahkan sampai membeli jersey putih timnas Indonesia yang dipadukan dengan cutbray baby blue jeansnya.
Nadine merapikan kacamatanya sembari menutup pintu. "Udah terlanjur kenapa ga dukung seantusias mungkin?" Alihnya
Theo mendengus, ia berjalan disamping Nadine. "Bilang aja lo cuma pura-pura nolak saat itu."
Nadine hanya membalasnya dengan kekehan hambar.
***
Euforia stadion sepakbola benar-benar berbeda dengan tempat dimana Nadine biasa melakukan kualifikasinya.
Stadion olahraga menembak yang terbatas untuk penonton sekaligus cukup tenang, berbanding terbalik dengan ribuan orang yang kini berada disekitarnya meneriakkan Indonesia dengan bangganya.
Nadine melepaskan satu earphonenya dan berbisik kearah Theo yang duduk disampingnya.
"Did you aware bout the difference?"
Theo mengangguk, "disini bebas. Atlit mereka sangat dipuja oleh banyak orang, berbeda dengan kita, kita bahkan jarang dikenal meski sudah menyumbang ratusan medali."
Nadine mengangguk setuju.
Time-out!
Nadine dibuat terkesiap dengan point 3 untuk Indonesia dan 0 untuk Vietnam. Gadis itu tidak begitu memahami perihal sepakbola, namun ia tahu saat kini semua penonton berteriak dengan bangganya atas kemenangan yang diraih Indonesia.
Nadine ikut berdiri dan bertepuk tangan, sesekali ikut berseru untuk meneriakkan kemenangan timnas negara kelahirannya.
Sebelum matanya kembali bertemu dengan mata tajam khas seseorang itu.
Posisi Nadine yang cukup dekat dengan lapangan berhasil membuatnya saling mengunci pandangan dengan sosok yang 3 bulan lalu berkenalan dengannya dan berbagi cukup banyak obrolan. Sosok yang sepulangnya Nadine dari korea, kembali ia cari disekitar cafe dan mall tempat mereka sempat bertemu namun nihil.
Bibir pria yang mengenakan jersey putih bernomor punggung 6 itu tersenyum kearahnya dengan satu lambaian singkat.
Nadine membalas senyumannya sambil mengangguk.
Dari dalam lapangan, rekannya dipenuhi euforia akan kemenangan, begitupun dirinya, ia menatap kearah tribun sebagai persembahan kemenangannya, namun mata Nathan tak sengaja menemui netra coklat khas Asia yang kini berdiri diantara banyaknya pendukung Indonesia disana.
Seolah sekitarnya kosong pria itu bahkan untuk sesaat bingung apakah dirinya masih berada dilapangan yang sama, Nathan juga dengan segera merapikan pakaiannya yang jelas tak akan rapi. Ia lalu kembali menatap kesana hanya untuk tersenyum tipis sambil melambaikan singkat tangannya.
Gadis diseberang membalas senyumannya disertai anggukan membuat senyumnya sedikit lebih lebar dari sebelumnya.
Selamat atas kemenanganmu. Adalah sign yang berhasil dibaca Nathan sebelum Hubner berlari untuk memeluknya dari belakang diikuti para pemain lain.
Nathan tertawa kecil sambil mengangguk. Terimakasih, Nadine.
***
"Kamu terus memperhatikan bangku penonton tadi Nathan, apakah ada yang menarik disana? Beritahu aku, beritahu."
Rengekan dari si bek bernama Justin Hubner itu membuat Nathan mendengus namun tetap disertai senyumannya.
"Yah, kamu tidak akan mengerti Justin." Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian, Nathan keluar lebih dulu dari ruang ganti itu. Tangannya sibuk menari diatas layar ponsel guna mengabari sang ayah terkait kemenangannya.
Tak jauh dari tempatnya, Nathan dibuat kebingungan saat melihat sang wajah PSSI kini tengah berbincang hangat dengan dua pasang orang yang tentu saja satunya dikenali oleh Nathan.
"Oh, Nathan, kemarilah mana yang lain?"
Nathan berlari kecil kearah Erick Thohir sambil mengangguk. "Sepertinya masih berganti, sir."
Matanya sesekali mencuri pandang kearah gadis yang berdiri disamping pria itu.
"Ya sudah, perkenalkan keduanya adalah atlit berbakat Indonesia juga, mereka berlaga di cabang menembak. Aku cukup terkejut saat Theodore mengabari kedatangannya."
"Yang disebelah sana namanya Theodore Kevin, dan gadis cantik ini—"
"Nadine Malaikha." Pungkas Nathan
***
Tbc
Tetap di vote ya sengkuh🥰🥰
Janlupa commentt, gimme ur kritsar😺👊👊👊
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe-A-On -Targeting Love
Historia CortaNathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms