26

1.6K 166 8
                                    

Untung saja kopi itu belum memasuki tenggorokan Nadine, namun tetap saja memalukan kala kopi yang baru saja masuk dimulutnya kembali keluar mengenai baju yang ia pakai.

Nathan tak kalah kagetnya dengan cepat mengarahkan tangannya untuk menada kopi yang masih mengalir agar tidak turut mengenai celana yang dipakai oleh Nadine.

"Nath, itu jorok, pakai tisu." Ucap Nadine dengan cepat.

Nathan menaikkan alisnya sebelum sadar akan maksud perkataan Nadine. Padahal menurutnya tidak jorok sama sekali, namun ia memilih mengikuti interupsi Nadine karena menurutnya tisu memang lebih membantu untuk menyerap.

"Maaf.." Ucap Nathan, sungguh tak menyangka akan reaksi barusan.

Setelah membersihkan diri, Nadine keluar dari kamar kecil cafe dengan mengenakan baju yang tadi dibeli buat Nathan.

Nathan berusaha menahan senyumnya kala melihat gadis itu nampak menggemaskan dibalik baju tersebut.

"Kita langsung pulang saja, ya? Aku sudah membayarnya." Ucap Nathan yang langsung diangguki oleh Nadine.


"Soal pertanyaanmu.. maaf reaksiku berlebihan." Ucap Nadine kala keduanya sudah memasuki mobil ash-blue milik Nadine.

Nathan tersenyum kecil, ia menarik satu tangan Nadine dan digenggamnya dengan kuat diatas paha gadis itu.

"Aku yang harusnya meminta maaf."

"26 tahun."

"Hm?"

"Ayah dan Bundaku menikah di usia bunda 26 tahun, aku ingin seperti bunda. Aku juga sudah membicarakannya dengan pelatihku, aku akan pensi menembak di usia 26 tahunku dan itu sudah disetujui."

Gadis itu melirik malu-malu kearah Nathan yang kini menatapnya. "Aku.. berfikir untuk menikah di usia 26 tahun."

Nathan tersenyum sembari mengangguk. "Tahun ini kamu 25 tahun." Pria itu mengambil waktu jeda sejenak sambil mengalihkan perhatiannya kearah jalan didepannya.

Diusapnya dengan lembut jari-jemari Nadine sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Terimakasih sudah memberiku waktu 1 tahun untuk menyiapkan semua keperluan kita secara matang."

"Ya?"

"Bukankah harus mempersiapkannya dulu seperti lamaran, gaun, gedung, tempat tinggal, pernikahan, dan lain sebagainya?"

Nadine menggeleng sebelum menyemburkan tawanya. "..Nath.. are you.. joking?"

Nathan melirik sekilas kearah Nadine, pria itu masih mempertahankan senyumnya. "Everything about you never look like a joke for me. I'm totally serious, Nad."

Nadine bisa merasakan sekujur tubuhnya merinding mendengar kalimat itu.

Sebuah kalimat yang mungkin biasa saja bagi beberapa orang. Namun berhasil membuat kedua pipi Nadine bersemu merona dengan ujung mata yang menampung air, siap untuk dikeluarkan kapan saja.

Entah sejak kapan, namun Nadine menyadarinya beberapa waktu belakangan ini. Bahwa tiap-tiap kalimat Nathan sangat berharga baginya. Bagaimana tidak? Kalimat-kalimat dari pria itu selalu berhasil membuatnya merasa benar-benar dicintai, dihargai, dan.. istimewa.

"Nathan.." suara gadis itu bergetar membuat pria disampingnya yang fokus ke jalanan dengan cepat menepi dijalanan yang cukup sepi pengendara.

"Nad? Sorry, did i say something's wrong?"

Nadine menggeleng, melepaskan genggaman Nathan, ia memilih menarik pria itu kedalam satu pelukan hangat.

"There's nothing is wrong. I just.. aku hanya merasa terharu dan tidak bisa menahan airmataku."

Nathan Tjoe-A-On -Targeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang