18

1.3K 137 5
                                    

Tanpa aba-aba, Noah berlari ke ujung pembatas, begitupun salah satu bocil timnas yang lari menghampirinya.

Disana Marselino Ferdinand berpelukan erat dengan Noah.

Ditempatnya? Nadine tentu saja terkejut. Sejak kapan mereka kenalnya?

"Bro, never seen you for years." Tegur Marselino

Noah tertawa hambar. "Sibuk sekolah."

Marselino manggut paham. "I see, udah lulus dong ya sekarang?"

Noah mengangguk. Ia bertemu Marselino awalnya di laga U-17 yang sempat ia ikuti. Keduanya cukup dekat sebelum Noah memutuskan berhenti.

"Btw, sama siapa disini?" Marselino celingukan, melihat gadis yang duduk dari tempat Noah berlari tadi pemuda itu mendorong bahu Noah dengan senyum jahil.

"Katanya mau jadi anak Tuhan dulu, malah keluar negeri bawa cewek. Kenalin bro."

Noah melirik Nadine dibelakang sana, matanya juga sempat melirik Nathan yang nampak melambaikan tangan kearah Nadine sebelum meninggalkan lapangan itu lebih dulu.

"Ga, takut trigger dia kenalan sama lo."

Marselino memencak tak terima namun juga membalasnya dengan kekehan tipis. "Tapi kayak ga asing,"

"Dih?"

"Nggak, nggak. Btw bagi ig, tar kontakan lagi."

Setelah bertukar kontak, akhirnya Marselino kembali meninggalkan tempat itu dan Noah sendiri kembali ke pada Nadine.

"Kenalan kamu?"

"Iya, waktu di U-17 ketemu dia."

Nadine mengangguk paham. "Ini Nathan ada chat ngajak aku ketemuan, duh tapi gimana ya."

"Aku dukung sih tapi beresiko, kak. Aku lihat-lihat terlalu banyak fansnya, kamu belum siap."

"Jadi aku tolak?"

"Suruh ke hotel aja."

"Gila kamu."

"Kan, ada aku? Ga masalah, atau nggak ketemunya di lobby saja, aku tetep temenin."

Nadine mengulum bibirnya tak enak. "Capek dia."

"Ketemu kamu paling energinya langsung balik,"

"Hah?"

"Nggak."

***

Disinilah Nathan, entah sengaja atau tidak, pria itu membawa Marselino, membuat pemuda berusia 20 tahun itu dengan kurang ajarnya mengkudeta Noah untuk jogging pagi (katanya) dan kini tidak lagi nampak batang hidung keduanya disana.

Nadine maupun Nathan hanya diam di salah satu kursi sekitar lobby hotel yang ditempati oleh Nadine—Fairmont Doha.

Keduanya nampak saling diam bingung membuka percakapan.

"Selamat.. untuk yang semalam."

Nathan tersenyum, pria itu merilekskan dirinya sebelum mengangguk. "Terimakasih. Semua berkat tim dan juga dukunganmu."

Nadine mengangguk. Entah sejak kapan semuanya terasa canggung. Mungkin semenjak Nathan mengiriminya pesan-pesan manis yang sengaja tidak menutupi ketertarikannya?

"Bagaimana kabarmu?"

Nadine kembali mengangguk. "Aku baik-baik saja."

"But you don't seems to."

"What do ya mean?"

"Kamu terlihat menyimpan beban, kamu tahu?"

"Mana mungkin."

Nathan Tjoe-A-On -Targeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang