"Nathan, are you serious?"
Nathan menghela nafas pasrah kala Ruby menariknya dengan brutal.
"You said she's a girl friend not your girlfriend!"
"But now she's."
Ruby mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak, tadi Marcha tak sengaja mendengar ucapan sepupu Nathan sebelum wanita itu pergi dan tidak lagi mengangkat ponsel Ruby.
Masalahnya Marcha itu untuk beberapa waktu nginap di rumah Ruby, bagaimana dirinya tak khawatir? Tidak ada akses masuk ke rumah Ruby karena kunci dipegang oleh Ruby sendiri, ia juga tidak membawa mobil, jadi Ruby tak bisa berfikir jernih tentang sahabatnya itu.
"Kau ke Indonesia untuk bermain bola! Bukannya terlibat perasaan disana."
"Kau tidak bisa mengaturku, Ruby."
Ruby menatap tajam kearah Nathan sebelum menggeleng. "Apa salah Marcha?"
"Tidak ada."
"Lalu?"
"Hanya masanya yang sudah habis, Ruby. Kami memutuskan untuk putus secara baik-baik, dan dia pergi, apakah salah jika aku memutuskan move on?"
"Nathan.." Ruby menjeda ucapannya, berusaha agar ia tidak terdengar terlalu emosional yang membuat orang akan berpikir ratusan kali untuk membantunya. "Tolong carikan Marcha, ajak dia bicara sekali saja."
"Tidak, kekasihku akan kecewa jika mengetahuinya."
"Nathan."
"Tidak, Ruby."
"Meski dia dulunya juga turut berjasa dalam berjalannya karirmu? Meski dia sahabat kakakmu? Lagipula kekasihmu tidak akan tau selagi kamu tidak mengatakannya langsung kepadanya."
Nathan dibuat tak berkutik oleh ucapan Ruby. Pria itu menghela nafas sebelum menggeleng. "Fine."
"Kutunggu kabar baiknya."
"Ah, maksudku tentang Marcha."
"Ya." Sahut Nathan sebelum berjalan menjauh dari sana.
Marcha Rudgewird—mantan kekasih Nathan yang sempat pria itu fikir akan menjadi wanita terakhir yang akan ia minati. Namun itu sebelum bertemu dengan Nadine Malaikha—si gadis Asia yang berhasil menarik perhatiannya tanpa usaha.
Tidak ada alasan bagi Nathan untuk dinilai mencintai Nadine hanya karena deja vu tentang Marcha.
Karena sejak awal Marcha dan Nadine adalah sosok yang amat berbeda, bahkan tidak ada satupun karakter atau kepribadian dari keduanya yang terlihat sama oleh Nathan.
Jika Nadine adalah gadis tertutup yang selalu mencoba menutupi semua masalahnya dan butuh waktu untuk berbaur, maka Marcha kebalikan dari itu, wanita itu selalu menjadi social butterfly, dimanapun ia pergi.
Jika Nadine memiliki paras khas Asianya berbeda dengan Marcha dengan paras Dutchnya yang kental.
Nathan tidak butuh waktu lama untuk menemukan Marcha, karena ia masih bisa mengingat sekilas dimana wanita itu akan berlari jika ada masalah.
Itu adalah cafe dengan view pelabuhan tua Rotterdam.
Tak lama menatap sekitar, Nathan akhirnya mendapati wanita dengan setelan Prada itu duduk disalah satu bangku cafe yang menampilkan langsung tepat didepan mata view pelabuhan tua itu.
"Marcha,"
Sama seperti Nathan, Marcha masih mengingat tentang pria itu. Bahwa pria itu akan berlari kemari setiap tidak mendapati Marcha atau mendengar kabar Marcha tengah dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe-A-On -Targeting Love
Short StoryNathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms