Nadine berjalan didalam sebuah mall dengan santainya, berkat finansialnya yang terbilang cukup stabil, ia tak pernah membuat dirinya hanya berdiri menggigit jari didepan apa yang rasanya ia inginkan dan butuhkan.
Nadine selesai berbelanja belanjaan bulanan sekaligus beberapa pakaian yang akan ia kenakan untuk ke Korea beberapa waktu kedepan untuk mengikuti kualifikasi 2023 Asia Championship yang tepatnya akan diadakan di Changwon.
Gadis itu kembali berkeliling sebelum satu tempat yang nampak baru menyapa matanya. Area olahraga tembak.
Dengan earmuff ditelinganya, Nadine memokuskan pandangannya tatkala sebuah pistol diarahkan ke papan targetnya.
Berhasil mengenai semua targetnya, Nadine melepas earmuffnya sembari menatap pistol ditangannya itu.
"You must be a proffesional one."
Seruan dari belakangnya berhasil membuat Nadine berbalik dengan cepat. Ditatapnya sosok berwajah asing namun cukup familiar dihadapannya.
"Kamu yang waktu itu dikerumuni di depan cafe?"
"Kerumuni?"
Mendengar aksennya yang masih canggung, Nadine yakin orang ini belum sepenuhnya warga negara Indonesia.
"Orang ramai disekitarmu saat di cafe."
"Ah kamu juga melihat saya."
Nadine mengangguk, menatap penampilan pria didepannya ia menyadari satu hal. "Ingin melakukan ini?"
Kepala mengangguk sebagai jawaban. "Tapi saya tidak sehebat kamu."
Nadine terkekeh kecil. "Aku tidak berharap banyak padamu, silahkan lakukan, aku sudah selesai."
Hampir beranjak, tangan pria itu menahan lengan Nadine sebelum akhirnya dilepas dengan cepat.
"Oh maaf, saya tidak sopan. Hanya.. saya akan berterimakasih jika kamu meluangkan waktu untuk membantuku menangani ini." Ucap pria itu sembari menawarkan senyum ramahnya.
Nadine nampak berfikir sebentar hendak menolak namun wajah 'orang baik-baik' itu sangat mencerminkan pria didepannya, dan sulit bagi Nadine untuk menolak. "Baiklah,"
Gadis itu lalu kembali ke posisinya sebelumnya, mengambil pistol yang sebelumnya ia gunakan.
"Perhatikanlah, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mengambil posisi berdiri yang nyaman, jangan tegang dan cukup rilekskan dirimu. Gunakan tangan kananmu untuk memegang pistolnya dan tangan kiri untuk mendukung di bawah pistol. Fokus, dan.." gadis itu sempat memasang earmuff ketelinganya, dan mengkode pria disampingnya untuk melakukan hal yang sama.
Duar!
"Done."
Pria disamping Nadine nampak terdiam dalam memperhatikan gadis itu dalam waktu yang cukup lama. Selesai mengurus pistolnya, Nadine kembali melihat kearah pria itu.
"Ingin mencobanya?"
"Tentu,"
Pria itu memfokuskan dirinya kearah salah satu sasaran didepan sana. Ia melakukan semua persiapan sesuai dengan instruksi yang sebelumnya dikatakan gadis itu, cukup untuk membuat Nadine takjub akan daya ingat dan serapnya yang cukup kuat.
Nadine lalu mendekat, "permisi," gadis itu kemudian memperbaiki letak jari telunjuk pria itu agar berada di luar pelatuk, jari tengah dan jari manis berada di sekitar pegangan pistol, sementara ibu jari di belakang pegangannya.
Pria disamping Nadine cukup terkesiap sebentar, ia melirik kearah Nadine sebentar, wajah fokus gadis itu berhasil membuang fikiran pria itu yang mengatakan bahwa semuanya hanyalah modus.
"Lakukan seperti ini," Nadine kemudian sedikit mendorong lengan pria itu secara perlahan sehingga tangan dan lengannya berada sejajar dengan target. "Fokus.. dan tariklah pelatuknya."
Duar!
Nadine tersenyum melihat hasilnya, "tidak buruk untuk percobaan pertama."
Pria itu melepas earmuffnya dan membalas senyuman Nadine. "Saya kembali diyakinkan bahwa kamu pasti seorang pro."
Nadine terkekeh kecil. "Benarkah? Aku tersanjung."
Pria itu lantas melepaskan sarung tangannya sebelum memajukannya, menawarkan sebuah jabatan tangan. "Nathan, Nathan Tjo A On, terimakasih untuk bantuanmu.."
Nadine menyambut ramah jabatan tangan itu. "Nadine, Nadine Malaikha."
Nathan mengangguk. "Terimakasih untuk bantuanmu, Nadine."
Nadine mengangguk. "Bukan hal apa, kamu cukup bagus dalam menyerap apa yang kuinstruksikan, semuanya berjalan mudah berkatmu."
"Kamu terlalu memuji."
Keduanya akhirnya hanya membalas senyum saat kehabisan kata. Nadine lalu berdehem. "Aku masih ada urusan setelah ini, mungkin aku harus pergi meninggalkanmu sekarang."
"Tunggu, sebagai ungkapan terimakasih.. bisakah saya mengantarmu? Kemanapun kamu ingin pergi saat ini."
***
Tbc
😎😎
How bout this one? Nathan be the one who made the first move?🫢🫢🫢🫢🫢🫢🫢
Thankyou love, don't forget to vote n comment!!!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe-A-On -Targeting Love
Short StoryNathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms