33

1K 131 6
                                    

Nathan tidak tahu pastinya sejak kapan. Namun rasanya ada yang berbeda. Dari cara Nadine yang membalas pesannya seadanya, atau pertanyaan-pertanyaan semacam sindiran yang keluar dari bibir gadis itu kala mereka menelpon.

"Nath?"

Nathan berbalik, mengacak mengeraskan rahangnya kala wanita itu kembali mendekat kepadanya. Marcha selalu menjadi tanda tanya besar baginya.

"Sedang apa disini?"

Marcha menipiskan bibirnya sebelum berdehem. "Joy mengundangku dan Ruby. Tapi sepertinya aku datang terlalu cepat."

"Kalau begitu tunggu saja di kamar Joy. Jangan disini."

Respond dingin dari Nathan tentu harus membuat Marcha menahan malu habis-habisan.

"Kenapa kamu seperti ini? Bukannya.. hubungan kita tetap baik meski putus, begitu kan ucapmu dulu?"

Nathan berbalik saat menyadari Marcha yang duduk tepat disampingnya.

"Itu karena dulu aku belum memikirkan gadis lain yang akan menggantimu." Menghela nafas berat Nathan memilih bergeser lebih jauh dari Marcha. "Namun sekarang aku sudah memilikinya. Kami berhubungan jauh, aku tidak mau membuat fikirannya terbebani."

"Kenapa begitu? Kenapa dia yang mendapatkan kamu versi yang kuinginkan, Nath? Dulu, saat denganku kamu akan tersenyum lebar saat gadis lain mendekatimu. Kenapa kami yang memikirkan perasaan kekasihmu baru ada sekarang?"

"Marcha,"

"Apa sama sekali tidak bisa kita perbaiki? Hanya aku dan kamu. Tanpa satupun orang lain.."

***










Karena banyaknya hari libur Theo beberapa waktu lalu banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya. Sama seperti Nadine, dikala pria itu tahu bahwa Nadine yang dulu sudah kembali, dan tidak begitu memerlukan Theo lagi disampingnya.

Namun sepertinya salah.

Theo berani bersumpah ia mengutuk dirinya yang sempat berfikir Nadine tak lagi membutuhkannya.

"Yo.."

Lirihan dari gadis yang berdiri didepan pintu rumah Theo tentu membuat jantung pria itu berdebar tak karuan, takut apa yang ia fikirkan sudah berlalu kembali terjadi.

"Dine? Lo pucet? Masuk dulu deh masuk."

Theo memapah Nadine masuk hingga duduk di sofa ruang tamunya yang terkesan minimalis.

"Yo.. sorry ya waktu gue lagi seneng-senengnya gue ga ada nginget lo."

Theo mengerutkan alisnya, merasa itu bukan hal yang perlu membuat Nadine meminta maaf. Toh, kemarin-kemarin bukannya ia bersenang-senang dengan teman lain melainkan keluarganya sendiri?

"Apaan sih, Dine."

Menipiskan bibirnya Theo melepaskan rangkulannya dari Nadine tadi. "Lo.. ga ada masalah sama yang sekarang, kan?" Sungguh ia berhati-hati dalam memilih kata. Tidak mau membuat suasana hati Nadine semakin buruk.

"Sebut nama aja kali."

"Gue gatau, Yo. He's doin something but dia berekasi seolah dia ga berbuat apapun. Itu kayak bukan Nathan, Yo."

"Maksud, lo?"

"Semenjak Nathan publish hubungan gue dan dia, banyak fans dia yang coba deketin gue. Dan selagi wajar dan itu bentuk dukungannya ke Nathan juga, ya gue welcome."

"Dan terakhir ini sempet viral, soal foto dia saling nyender sama cewek yang sialnya mantan dia, Yo."

Nadine terkekeh kering. "Tapi setelah itu gue minta tolong ke fans-fansnya buat bantu redam tuh foto karena Nathan lagi terlalu banyak rumor disini."

Nathan Tjoe-A-On -Targeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang