4. Datang dari planet lain

2.1K 397 89
                                    


085xxxxxx: hai binar
085xxxxxx: ini sakha
085xxxxxx: udah tidur?

Binar: udah

085xxxxxx: xixi
085xxxxxx: jangan lupa kunci jendela

Binar mengernyit. Semakin dilihat, semakin diladeni, orang ini cukup aneh. Dia menarik kembali anggapannya soal kemiripan Sakha dengan sang Ibu. Mendingan ibunya ke mana-mana.

Setelah tanya apakah dia sudah mandi sore, lalu maksa memasangkan lampu jalan, sekarang merecokinya lewat chat.

Dia tidak punya ingatan istimewa soal Sakha. Makanya dia cukup bingung menghadapinya. Juga canggung. Lama tidak bertemu membuat orang jadi asing, kan?

"Pftttt, beneran nanya gitu?" Arum menyemburkan tawa.

"Apa lucunya nanya orang mandi apa belum ke orang dewasa? Dikira anak kecil."

Arum terkekeh. "Habis Mbak suka bikin orang kikuk. Wajar kalau pertanyaan yang keluar dari Mas Sakha juga nyeleneh."

"Dia nggak kikuk sama sekali. Bukan gara-gara aku, dia emang udah nyeleneh."

Dan entah kenapa dia malah menceritakan kelakuan Sakha pada Arum yang ternyata tetap ke rumah meski larut malam.

"Justru Mbak yang kikuk ke dia?"

"Nggak. Biasa aja."

"Kok kesel?"

"Bayangin, Rum. Ini baru dua hari. Gimana sama tingkah dia besok-besok?"

"Ada apa sama tingkahnya?"

"Dia selalu muncul. Bikin nggak nyaman. Bikin kaget."

"Baru Mas Sakha ini, ya? Yang berani ngadepin Mbak. Orang lain kalau dijutekin sekali langsung mundur. Ogah temenan."

"Nah. Aneh kan dia ini."

Arum mematikan lampu dan menyisakan bintang-bintang menyala di langit kamar. Mereka bersiap tidur.

"Mbak selalu nolak kehadiran orang baru."

"Aku udah nyaman sama orang-orang yang biasanya."

"Tapi dia nggak baru-baru banget. Mbak malah temenan baik sama ibunya."

"Itu beda."

"Gimana kalau Tuhan sengaja datengin Mas Sakha ke hidup Mbak Binar?"

"Tetep aku usir."

"Kalau nggak mau pergi?"

"Kenapa dia mesti tinggal? Dia nggak punya alasan buat tinggal."

Arum berbaring miring, memeluk kakak sepupunya itu. Seperti menasihati anak kecil yang bertengkar dengan teman main. "Tapi dia baik. Minimal temenan lagi. Dulu kan pernah jadi temen SD."

"Dulu ya dulu. Dari mana baiknya? Dia aneh."

"Salah satu anehnya kayak apa?"

"Suka senyum."

"Lah? Suka senyum kok aneh?"

"Kayak psikopat."

Arum tergelak. "Senyumnya ramah kayak Tante Retno. Ibunya aja gitu. Anaknya pasti nurun."

"Kamu belain dia."

"Iya. Ganteng soalnya."

***

Sakha bangun terlalu pagi. Di sekitar masih dipenuhi kabut. Dia bergidik dan buru-buru masuk kembali untuk mengambil jaket.

Ibu tidak memanfaatkan kepulangannya untuk minta diantar ke mana-mana. Semalam sudah tanya, katanya Sakha bebas mau apa. Tapi dia belum ada rencana ke mana.

Love Wins All [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang