Alien: binar
Alien: kamu kehilangan sesuatu ga?Binar: ga
Alien: aku anggap udah kamu buang ya
Binar: apa yg kamu temuin?
Alien: agenda
Binar: aku ambil skrg
Binar: kamu baca?Alien: belum, emg boleh?
Binar melempar remot TV ke sudut sofa. Menggerakkan cepat tuas kursi roda ke pintu, melewati turunan di teras dengan mulus. Seingatnya dia sudah membuang agenda itu di tempat sampah. Harusnya sudah diangkut ke tempat pembuangan. Bukannya malah di tangan Sakha. Bagaimana bisa.
"Binar? Nyari Ibu?" Retno senang melihat kehadiran Binar di pintu. Jarang sekali, hampir tidak pernah, anak ini menyambangi rumahnya.
"Nyari anak Tante."
"Oh, mau ambil buku sampul hitam?"
"Tante tahu?"
Tante Retno tersenyum. "Masuk, Bi. Ibu ninggal mendoan takut gosong. Kamu ambil sendiri di kamarnya. Sakha lagi main ke rumah abangnya. Nggak usah sungkan, kamar Sakha nggak ada barang berharganya."
Karena sudah diberi izin, Binar tidak sungkan melajukan kursi rodanya masuk lebih dalam. Sementara Tante Retno kembali lagi ke dapur setelah menunjuk kamar di dekat anak tangga. Binar menuju ke sana. Membuka pintu tanpa ragu. Dia hanya perlu mengambil buku miliknya lalu keluar sebelum pemilik kamar pulang.
Tante Retno benar. Tidak ada barang berharga di kamar yang Binar buka. Kamar ini terlalu bersih dan kosong. Hanya koper yang dibiarkan terbuka di dekat meja, menampilkan tumpukan baju yang tidak dipindah ke lemari. Di dinding tidak ada bingkai foto yang tergantung, meja yang dihampiri Binar juga sama kosongnya. Agenda yang dia cari tergeletak di atas meja sendirian.
Binar mengambilnya dan berbalik. Tante Retno datang dari arah dapur membawa sepiring mendoan hangat. "Ketemu, Bi?"
Binar mengangguk. Menutup pintu di sampingnya.
"Nih, kamu bawa pulang buat cemilan." Meletakkan piring di atas agenda yang ada di pangkuan Binar.
"Piringnya?"
"Halah, gampang." Kemudian teringat sesuatu. "Maafin anak Ibu yang jail ya, Bi. Ibu udah suruh mangkuknya biar ditinggal aja, malah sama dia langsung dibawa pulang. Sengaja itu dilama-lamain biar bisa gangguin kamu."
Ah, kini Binar mengerti. Sudah dia duga. "Nggak apa-apa. Pulang ya, Tan. Makasih."
"Udah gitu minta ikanmu."
Binar tidak lihat ada ikan di kamar Sakha tadi.
"Tapi ikannya diminta Jio. Kalau Sakha keterlaluan, bilang ke Ibu ya, Bi."
"Iya."
"Dia aslinya pendiem kok, Bi."
Sepertinya Tante Retno ini tidak mengenal baik anak bungsunya. Tapi bukan urusan Binar.
Dari jalan tampak Sakha yang berlarian, lalu rem mendadak saat berpapasan dengan Binar di halaman rumah. "Kamu cepet banget ke sininya."
Dengan nada menuduh. "Kamu udah baca?"
"Belum. Dibilang belum." Sakha memegang hidung.
"Gimana bisa kamu temuin? Kamu ngorek sampah?"
"Nggak sengaja ketinggalan pas mau diangkut kemarin pagi. Jatuh di jalan, aku bantu simpen." Melihat apa yang dibawa Binar di pangkuan. "Piringnya nanti aku ambil ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Wins All [End]
Storie d'amoreHe fell first, he fell harder. Orang-orang bilang namanya seterang karirnya. Orang-orang mungkin salah. Hidup Binar kembali ke titik ini lagi. Cahayanya redup. Karirnya kandas, mimpinya selesai. Sampai kemudian seseorang datang. Dibanding anugerah y...