29. Sendiri atau dalam keramaian, sialnya aku tetap mengingatmu

1.2K 313 88
                                    

Mulmed:

Sal Priadi ft. Kunto Aji-Ikat aku di tulang belikatmu

Monolognya Sal, lirik lagunya, mirip sama situasinya Binar-Sakha💔

***

"Siapa tamu Bu Retno pagi-pagi gini?" Masih dengan mata yang lengket, Arum semakin merapat ke jendela. Tadinya hanya berniat membuka gorden. Kemudian tertarik dengan mobil yang baru saja memasuki halaman rumah depan.

Binar menaikkan selimut hingga kepala. Memejamkan mata lagi. Berharap repetan mulut Arum tidak terdengar olehnya.

"Loh, Mas Sakha pulang?"
"Kamu tahu dia mau pulang, Mbak? Kok biasa aja reaksinya. Udah tahu yaa?"
"Sendirian tuh dia. Kirain bawa adek-adekannya."
"Ditungguin kok nggak noleh ke sini. Sombong bener. Mukanya serius banget padahal biasanya lawak."
"Tapi kelihatan makin ganteng kalau serius, jadi dimaafin."
"Nginep nggak ya? Mumpung orangnya di sini, ajak ke mana gitu yuk, Mbak."

"Dia pulang bukan buat liburan, Arum."

"Terus buat apa?" Arum lompat ke kasur dan menyingkap selimut yang menutupi kepala Binar.

Binar menarik paksa selimut, berbalik badan. Mengabaikan Arum yang jumpalitan di atas kasur sementara dia tetap malas buka suara.

Setali dua uang dengan Arum, Ida juga melaporkan hal yang sama padanya satu jam kemudian.

"Tamunya Bu Retno plat B. Sakha pulang lagi ya, Bin? Belum ada dua bulan nggak sih? Apa ada yang ketinggalan? Atau cuma pengin ketemu kamu?"

Binar melirik kedatangan Ida sejenak, tidak berkata apa-apa dan kembali fokus ke apel yang sedang dia kupas.

"Tapi mana kok belum ke sini? Aku kira malah udah ngetem di sini."

Arum yang dari tadi kalem menempelkan jari di bibir. Menyuruh Ida diam. "Ada konflik batin yang kita nggak tahu, Ida."

"Konflik batin apa?"

"Namanya aja konflik batin. Ya pasti rahasia."

"Bilang aja kamu nggak tahu."

Arum berusaha keras memberi kode lewat kedipan mata yang terlihat seperti orang kelilipan di gurun pasir. Binar membiarkan. Dia sudah di tahap terserah apa pun yang ingin orang-orang di rumah ini lakukan. Dia yakin mereka akan paham dan diam dengan sendirinya nanti.

"Eh iya, kemarin gimana ketemu dokter, Bin? Kapan mulai terapinya? Aku seneng waktu kamu mutusin mau terapi lagi. Semoga lancar ya, Bin."

"Minggu depan." Binar tetap tenang memotong apel. "Makasih, Da."

"Sakha serius nggak mampir, Bin?"

Binar meletakkan pisaunya di atas meja. Bunyi yang ditimbulkan tidak berlebihan. Tapi Arum langsung menjatuhkan sisa roti selai ke piring, berdiri dan menggeret lengan Ida menjauh. Menyelamatkan diri.

***

Sakha tersenyum tipis mendengar obrolan hangat antara Mama dan Ibu di dapur dari balkon lantai dua.

Topiknya beragam. Saling tukar resep. Mama mengajarkan teknik baking. Ibu bercerita soal hobi barunya berkebun. Lalu lompat ke aib Sakha di masa kecil. Mama juga menyebutkan satu-dua aibnya selama tinggal di rumah ini. Keduanya tertawa-tawa.

Acara selesai satu jam yang lalu. Hanya keluarga besar. Dari pihak Sakha hanya menghadirkan Ibu.

Tapi ternyata cukup melelahkan. Sakha yang biasanya sanggup bicara dengan siapa pun, bahkan berjam-jam, kali ini kehabisan energi. Dia lelah memasang senyum ke semua orang. Lelah menjawab pertanyaan basa-basi.

Love Wins All [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang