Sarah memundurkan langkahnya ke dalam halte, ketika rintik hujan mulai menyapu pipinya. Wanita itu menyesal tidak membawa jaket, hingga kini tubuhnya malah diselimuti angin dingin. Bola mata bulatnya menatap langit yang gelap, memancarkan sinar bulan redup.
Sesekali ia akan mengecek ponsel untuk mengetahui posisi taksi pesanannya. Namun, Sarah malah mematikan ponselnya secara impulsif begitu mendengar petir merajai cakrawala. Wanita itu lantas menunduk dalam, jemarinya saling memilin dengan erat.
Tak lama, sebuah mobil berhenti di depannya. Tanpa menunggu, Sarah segera berlari kecil menerobos hujan dan duduk di kursi penumpang. Wanita itu menarik napas lega begitu tubuhnya sudah masuk ke dalam mobil.
"Ke perumahan Flamboyan, Nona?"
Mendengar suara berat itu menyapa, Sarah menjatuhkan sorotnya pada kaca spion depan. Namun, wajah sang pengemudi tak dapat Sarah tangkap karena tertutupi topi hitam.
Pikiran wanita itu berkenala. Jauh. Jauh sekali ke belakang. Saat waktu kelam menimpa sekujur tubuhnya seolah tengah memberikan kutukan.
Lantas, Sarah menjawab patah-patah, "Bukan, Pak. Sepertinya saya keliru menaruh alamat, ya? Itu alamat lama."
"Tujuan saya ke Jalan Cendrawasih," ungkap Sarah kemudian.
Wanita itu sedikit tertegun karena sang pengemudi tak menjawab ucapannya. Ia lantas menekan pedal gas dengan kecepatan rata-rata tanpa bicara sepatah kata pun. Apakah kesalahan Sarah keterlaluan, ya? Ah, harusnya ia tidak begini, mungkin saja itu merugikan pekerjaan sang sopir.
Merasa lelah, tak sadar matanya kian memberat. Sarah merasa bahwa jiwanya nyaris copot dari raganya. Tak kuasa menahan kantuk, akhirnya wanita itu pasrah dan terlelap.
Namun, jika Sarah mampu memutar waktu, ia tidak akan tidur di dalam taksi. Bukan, ia tidak akan pernah memesan taksi. Bukan, ia tidak akan pernah pulang selarut itu.
***
Kelopak mata bulat itu terbuka, Sarah sendiri terkejut menyadari bahwa ia baru saja ketiduran di dalam taksi. Wanita itu segera menegakkan tubuhnya dan membaca kondisi sekitar.
Ia bisa bernapas lega karena mobil ini masih melaju santai. Sarah segera melirik ke arah smartwatch yang tersampir di pergelangan tangan, dan kini degup jantungnya bergemuruh hebat. Jika dihitung sejak pertama kali ia masuk mobil, artinya perjalanan ini sudah berlangsung 2 jam. Seharusnya untuk pergi ke tempat tujuan, 30 menit pun sudah sampai.
Sarah meneguk salivanya berat, saat melirik ke arah jendela dan yang ditangkap matanya hanya jajaran pohon liar yang tumbuh menjulang. Walau ia orang bodoh yang tidak banyak tahu tentang alur jalan, tapi jelas Sarah paham bahwa ini bukan lintasan menuju kediamannya. Bukan pula jalan menuju perumahan Flamboyan. Sarah benar-benar asing dengan jalanan ini.
"Pak, maaf, apa kita tidak salah jalan?" tanya Sarah hati-hati.
"Tidak. Ini jalan lain, Nona."
Jawaban singkat itu membuat Sarah mengernyit. Ia semakin gusar. Situasi ini benar-benar tak beres.
"Saya pikir, tolong turunkan saya di sini saja, Pak," ujar Sarah terbata-bata.
"Di sini, Nona? Baiklah."
Astaga, sungguh, Sarah bisa bernapas lega. Mobil ini benar-benar berhenti dan kunci pintu pun terbuka. Sarah segera menyiapkan 2 lembar uang seratus ribu dan menyimpannya di jok mobil. Ia merapikan tasnya dan segera turun dari mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/366257569-288-k89435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Love
RomanceSarah ditawan oleh mantan suaminya--Armand. Namun, sosok itu telah berubah. Ia tidak relevan dengan Armand yang dulu Sarah kenal. Kini, pria berperawakan tinggi dan tegap itu menjadi jelmaan iblis yang kejam dan berperilaku tak berperasaan, seperti...