Saat ini Dewa sedang bersama Arlen menonton sebuah film horror yang tengah booming, The Nun.
"Ar, lo dari tadi gue liat-liat kok lempeng aja? Emang lo ngga takut?" Dewa berbisik.
"Ngga, soalnya hidup gue lebih serem dari ini."
"Ha? Serius lo?"
"Hm. Kenapa emangnya? Lo takut?"
"Takut sih engga, tapi kaget aja kalo pas setannya muncul."
"Dih, ampas."
Dewa tak membalas ucapan Arlen dan kembali fokus menonton sambil memakan cemilannya. Beberapa kali mereka terlibat pertengkaran kecil karena Dewa yang sengaja mengambil makanan Arlen dengan dalih ingin mencicipinya. Padahal tujuan Dewa sebenarnya adalah agar dia bisa melihat ekspresi kesal Arlen yang sangat lucu. Tak jarang Dewa suka melirik ke arah Arlen dan melihatnya sangat fokus sampai tak berkedip. Dia pun tak bisa menahan senyumnya melihat pemandangan itu.
Waktu menunjukkan pukul 14.15 saat mereka keluar dari studio.
"Lo mau makan apa?"
"Hmm... lo biasanya makan dimana?" Tanya Arlen balik.
"Dimana aja bisa."
"Yakin?"
"Lo pikir gue biasanya makan dimana? Di Pluto?"
"Kali aja lo ngga level sama makanan murah."
"Lah? Gue kasih tau ya, gue tiap pulang sekolah suka jajan cilor sama telur gulung. Favorit gue yang ada di depan RS Kasih Bunda, lo tanya abangnya pasti kenal sama gue."
"Bener, lo langganan disitu juga?"
"Yoi."
Arlen hanya manggut-manggut menanggapi jawaban Dewa.
"Gimana kalo makan nasi padang? Lo mau ngga?"
"Boleh, kalo sekitar sini tuh yang enak di seberang kantor pengadilan agama."
"Kok lo tau?"
"Gue tuh suka kulineran, cil. Makanya lo kalo pengen makan sesuatu, lo bisa tanya gue."
"Ya udah kita langsung aja kesana."
Satu fakta baru yang Arlen dapatkan. Dirinya dan Dewa memiliki hobi yang sama yaitu suka jajan. Selama ini Arlen selalu sendirian ketika berkeliling mencari jajanan karena memang dia tidak punya teman. Tapi mungkin mulai sekarang keadaan akan berubah. Ada Dewa yang bisa jadi teman makan dan gelud untuknya.
***
Suasana tempat makan yang mereka datangi terlihat tak terlalu ramai karena memang sekarang sudah lewat jam makan siang. Dewa menarik tangan Arlen untuk duduk di dekat AC karena cuaca diluar tadi cukup panas.
Setelah memesan, keduanya makan dengan lahap dan sesekali saling memperhatikan. Selesai makan, mereka masih disana untuk mengobrol.
"Ternyata makan lo banyak juga. Tapi badan lo tetep kecil."
"Gue ini standard ya, lo aja yang bongsor. Lagian emang kenapa kalo makan gue banyak? Lo ngga suka?"
"Lo nih udah kebiasaan berpikiran buruk mulu ke gue. Gue tuh seneng liat lo kaya tadi, ngga jaim atau nutup-nutupin kebiasaan diri lo sendiri. Lagian kalo lo anaknya suka makan, bisa gue ajak jajan terus."
Satu fakta baru lagi, mereka sama-sama big eater.
"Boleh, asal lo yang nyari tempatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest