Perjalanan menuju cafe Altair memerlukan waktu sekitar satu jam dari rumah Arlen. Disana adalah tempat Dewa biasa hangout bersama teman-temannya dan kali ini dia ingin mengenalkan Arlen kepada mereka. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak kecil karena itulah mereka sudah merasa seperti saudara, bahkan orang tua mereka juga adalah teman dekat meskipun tidak berada di bidang pekerjaan yang sama.
Meskipun Dewa sudah mengatakan padanya kalau teman-temannya itu orang yang baik tapi Arlen tetap merasa sedikit gugup. Dia memang sudah membuka hatinya untuk Dewa namun kini Arlen juga harus menyiapkan mental untuk bertemu orang-orang terdekatnya.
Kini Arlen sudah sampai di sebuah cafe berlantai tiga dengan dekorasi klasik dan suasana yang sejuk karena dikelilingi oleh pohon-pohon dan taman yang indah. Mereka berdua berjalan menuju lantai tiga dengan sambil bergandengan tangan. Sesampainya disana, Arlen mengatur detak jantungnya yang sedari tadi tidak tenang. Ketika masuk, dia bisa melihat tiga orang pemuda di dalamnya sedang bersantai sambil bermain game.
"ARLEN?"
Baru saja melangkahkan kakinya, seseorang tiba-tiba menerjang Arlen dari belakang dan memeluknya sangat erat. Saat dia menoleh, ternyata pelakunya adalah orang yang dulu pernah dia tolong.
"Rio?"
"Akhirnya kita bisa ketemu lagi, aku tuh susah tau nyariin kamu tapi ngga ketemu padahal aku udah keliling di daerah sana tapi ngga ada yang kenal sama kamu."
"Maaf, Ri. Gue emang jarang bergaul sama orang-orang disana hehe."
"Tapi bagus deh kita ketemu lagi. Jadi kamu yang mau dikenalin sama Dewa ke kita?"
"Hehe, iya."
"Gimana ceritanya kalian udah saling kenal?"
Seseorang bertanya ke Rio. Sedangkan Dewa kini sudah duduk sambil memakan snack yang ada di meja.
"Iya, Bar. Dia yang aku ceritain waktu itu, yang udah nolongin aku pas dicegat preman malem-malem."
"Yang pas mobil kamu mogok itu?"
" Yap."
Mari berkenalan dengan sahabat-sahabat Dewa. Yang bertanya tadi adalah Albara Gustian. Rumahnya berada di satu area yang sama dengan Dewa namun beda komplek. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak bayi bahkan keduanya sering menginap di rumah satu sama lain. Papanya Bara adalah seorang pengusaha di bidang ekspor-impor mobil, baik mobil sport, mobil listrik, dan mobil custom. Sedangkan mamanya adalah aktor film papan atas yang sudah melalang buana di berbagai festival film internasional.
Disamping Bara adalah Darren Arseno Dirgantara. Sesuai dengan namanya, dia adalah anak dari direktur maskapai penerbangan yang terkenal dengan pelayanan bintang lima dan selalu menjadi favorit masyarakat. Rute penerbangannya meliputi dalam dan luar negeri. Suami dari ayahnya adalah seorang dokter spesialis jantung. Ya, kedua orang tua Darren adalah laki-laki. Dia memanggil mereka Daddy dan Papi. Awal kedekatannya dengan Dewa adalah saat SD. Waktu itu orang tua Dewa sedang merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke 10 dan orang tua Darren adalah salah satu yang menjadi tamu undangan. Pada saat acara mereka berdua saling berebut balon yang menjadi dekorasi bahkan sampai beradu fisik. Besoknya, waktu di sekolah ternyata mereka diikutkan lomba cerdas cermat di tim yang sama oleh gurunya dan mau tidak mau mereka harus akur demi bisa menang. Pada akhirnya, setelah lomba berakhir mereka malah semakin dekat dan menjadi sahabat sampai sekarang.
Pemuda ketiga yang duduk di karpet adalah Rafael Benjamin Winata. Sama seperti Darren, kedua orang tuanya adalah laki-laki tapi dia memanggil mereka dengan sebutan Daddy dan Mommy. Daddy-nya adalah direktur dari rumah sakit swasta yang setara dengan Singapore General Hospital dan selalu menerima Service Excellency Award dari pemerintah tiap tahunnya. Rumah sakit ini adalah langganan para artis dan pejabat. Papinya Darren juga bekerja disini. Untuk mommy Rafael, beliau adalah seorang profesor di bidang Ilmu Kelautan. Dewa sering bertemu dengan Rafael waktu melakukan cek kesehatan di rumah sakit daddy-nya. Biasanya Rafael akan mengajaknya bermain di ruangan pribadinya setelah Dewa selesai check up dan dia juga akan menghibur Dewa kalau anak itu menangis sehabis disuntik vaksin. Lama kelamaan mereka pun akhirnya menjadi sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest