Pagi-pagi sekali Arlen sudah menunggu didepan rumahnya. Semalam Dewa mengatakan kalau dia ingin mengantarnya ke sekolah karena memang selama ini Arlen melarang kekasihnya melakukan itu. Bukan apa-apa, Arlen hanya belum ingin anak-anak di sekolahnya tahu kalau dia punya hubungan dengan Dewa. Namun untuk kali ini, Arlen bersedia menuruti permintaan kekasihnya. Sekarang dia tak akan mempermasalahkan jika status mereka diketahui oleh banyak orang. Toh Dewa juga sudah mengenalkannya pada teman-temannya.
Arlen duduk dengan santai karena memang sebenarnya ini masih terlalu pagi untuk berangkat. Dia menunggu sambil membaca beberapa resep baru yang ingin dia coba. Helmnya sudah ada disampingnya, siap untuk dipakai. Dewa sudah bilang akan menjemputnya dengan memakai motor.
Salah satu alasan kenapa Dewa memaksa ingin mengantar Arlen ke sekolah adalah karena dia baru saja membeli motor baru. Karena berhasil menyelesaikan tugas dan mendapat hasil yang memuaskan, kakeknya memberi bonus berupa sejumlah uang yang bisa dia pakai untuk apa saja. Akhirnya Dewa menggunakan uangnya untuk membeli motor baru dan ingin mencobanya hari ini bersama Arlen.
Suara mesin kendaraan roda dua mengalihkan perhatian Arlen dari ponselnya dan melihat ternyata Dewa sudah sampai.
Coba tebak motor apa yang dibeli Dewa?
Ducati?
Ninja?
CBR?
Salah semua.
Ternyata Dewa justru membeli motor matic merk skupi. Lucu, kan?
"Dewa... Dewa, gue kira lo manusia normal ternyata otak lo ngga beres." Arlen bersedekap sambil geleng-geleng kepala.
"Kenapa?"
"Mending gue berangkat sendiri."
"Kok lo gitu? Kan kita udah janjian mau berangkat bareng?"
"Ngga mau, lo pergi sendiri aja."
"Gue udah sampe sini masa lo tinggal? Lo ngga kasian sama gue?"
"Pokoknya gue mau naik bis."
"Jangan lah, kemarin lo udah bilang mau bareng sama gue. Ayolah cil, gue kan pengen lo jadi penumpang pertama yang naik motor baru gue."
"Lo cari penumpang lain sana."
"Kenapa lo tiba-tiba ngambek gini?"
"Gue malu kalo boncengan sama lo."
Bukan. Arlen bukannya malu gara-gara Dewa pakai motor matic. Masalahnya, penampilan Dewa itu tidak nyambung. Dia bawa motor matic tapi pakai helm fullface, leather jacket, masker buff, lengkap dengan sarung tangan riding. Penampilannya akan cocok jika saja yang dia naiki adalah motor sport. Apalagi kalau dilihat-lihat, kakinya Dewa itu terlalu panjang dibanding tinggi motornya. Salah Arlen sendiri kenapa dia tidak tanya secara rinci motor apa yang dibeli Dewa. Memang paling benar kita jangan terlalu berekspektasi kepada manusia terlebih jika manusia itu adalah Sadewa yang kadang-kadang kelakuannya tidak bisa diprediksi.
"Lo malu karena gue bawa motor kaya gini?"
"Bukan. Gue malu liat lo."
"Emang ada yang salah?"
"Lo masih nanya?"
"Ya apa? Gue ngga tau."
"Lo ngga ada helm sama jaket lain? Biasanya kan dapet dari dealer kalo lo beli motor baru?"
"Ngga ada, gue ngga dapet apa-apa."
"Terus lo ngga punya helm sama jaket selain ini?"
"Ada, tapi modelnya ya gini semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest