Suasana di dalam ballroom terlihat ramai. Arlen memandang ke segala arah dan mendapati banyak orang yang hadir disini. Mereka semua adalah para siswa SMA Charitas, keluarga besar dari Arga, tunangannya, serta beberapa rekan bisnis keluarganya. Jadi, sedang apa dia berada disini?
Pagi harinya.
Ponselnya tiba-tiba berdering saat Arlen baru saja selesai mandi. Ini baru jam 6.45, siapa yang menelfon sepagi ini? Batinnya.
"Halo?"
"Inget nanti malem lo harus dateng, acaranya di Jl. Cempaka No 111. Kalo sampe lo ngga dateng, gue suruh sopir gue buat nyeret lo kesini."
Arlen membeku sejenak. Siapa ini? Dia menjawab telfon dengan baik-baik tapi orang ini malah berbicara seenaknya dan bahkan mengancamnya. Arlen mencoba memutar otak untuk menggali ingatan yang sudah dia dapat. Oh, sepertinya dia tahu pemilik suara ini.
"Arga?"
"Kenapa? Lo mau nolak?"
"Oh, bukan...bukan. Maaf aku tadi baru bangun jadi agak belum sadar." Kilahnya.
"Inget kata-kata gue tadi. Lo harus dateng." Arga memberi penekanan di tiap ucapannya. "Ini saatnya gue lepas dari parasit kaya lo."
"Iya, nanti aku kesana. Apa ada lagi yang mau kamu om-?"
Belum selesai Arlen bertanya, sambungan sudah diputus oleh Arga. Dia hanya menghela napasnya dengan pelan. Dari dalam ingatannya, hari ini adalah ulang tahun Arga yang ke-18 jadi wajar kalau Arlen harus ikut datang mengingat status mereka yang kini sebagai tunangan meskipun Arga tidak pernah mengakui itu. Arlen juga sadar bagaimana Arga sangat membencinya terlihat dari caranya menelfon tadi. Arga menggunakan telfon rumah jadi bisa dipastikan bahwa dia tidak mau menyimpan nomor Arlen untuk dirinya sendiri. Namun sekarang Arlen bingung dengan maksud ucapan Arga yang bilang saatnya dia lepas dari parasit macam dirinya. Apa mungkin...
Tak ingin berpikir macam-macam, Arlen memilih abai dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Apapun yang akan terjadi malam nanti biarlah dia pikir nanti.
-Kembali ke waktu sekarang-
Arlen kini berjalan menuju kursi yang ada di sudut ruangan untuk menghindari keramaian. Meskipun begitu, dia tetap mendapat tatapan tak mengenakkan dari orang-orang yang melihatnya. Ada yang memandangnya rendah, jijik, sinis, dan juga penuh kebencian. Padahal Arlen sudah berpakaian dengan sopan dan pantas untuk hadir disini tapi hal itu seolah tak ada artinya. Tak mempedulikan hal itu, Arlen tetap berjalan menuju tempat duduk yang dia tuju. Tentu saja tak ada satu orang pun yang mau duduk dengannya, jadi Arlen hanya sendirian sepanjang acara. Yang bisa dia lakukan hanya membawa beberapa cemilan ke mejanya dan menyaksikan para undangan yang menikmati hidangan dan hiburan yang sudah disediakan. Acara inti pun dimulai. Terlihat Arga yang ada di depan tengah meniup lilin kemudian memotong kue ulang tahunnya lalu diberikan ke orang tuanya. Semua yang menyaksikan tak lupa untuk bertepuk tangan dan memberikan selamat.
"Dan sekarang, Arga ingin menyampaikan sesuatu yang penting untuk kita semua. Wah, apa ya kira-kira?" Suara MC yang memandu acara membuat semua undangan menjadi bingung. Kemudian MC tersebut memanggil nama Arlen untuk naik ke atas panggung. Semua orang menjadi dibuat heran atas apa yang mereka lihat. Arlen sendiri juga bingung namun mau tak mau dia harus mengikuti kemauan yang punya acara. Dengan langkah pelan, dia mengambil tempat di sebelah tunangannya. Saat Arlen sudah diatas, Arga mengambil mic lalu maju ke depan.
"Terima kasih atas perhatiannya. Sebelum kita melanjutkan acara, ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Tentunya kalian semua sudah tau bahwa saya dan Arlen sudah bertunangan sejak satu tahun yang lalu, tapi mulai malam ini saya akan membatalkan pertunangan kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest