Restoran Italia ini menjadi saksi pertemuan resmi antara dua keluarga. Waktu menunjukkan pukul 6 sore saat tuan Arsatya datang bersama istri dan anak keduanya, serta tak lupa ada Arlen juga yang turut hadir. Mereka kini tengah menunggu tamu mereka sampai.
15 menit kemudian, pintu private room terbuka menampilkan tiga orang yang masuk kesana. Sepasang suami-istri serta anak laki-lakinya duduk di tempat yang sudah disediakan.
Lalu siapakah ketiga orang tersebut? Mereka adalah keluarga Carter. Sang kepala keluarga bernama William Carter, merupakan seorang pemilik perusahaan farmasi yang ada di Paris dan kini sedang mendirikan cabang disini. Istrinya, Isabel Carter, adalah seorang kurator seni di museum Louvre. Lalu ada anak mereka, Matthew Carter. Dia seumuran dengan Dewa dan juga Arlen. Sebenarnya mereka semua adalah orang Indonesia asli namun karena ayah William adalah penduduk asli dari Inggris, jadinya mereka memakai nama marga dari keluarga William yaitu Carter.
"Selamat datang, pak William."
"Terima kasih atas sambutannya. Maaf kami tadi sedikit terlambat karena ternyata disini trafficnya lebih parah daripada Paris."
"Tidak masalah, pak."
"Tentu anda sudah tau tujuan saya ingin bertemu dengan anda. Kali ini saya membawa anak saya, Matthew."
"Saya juga datang dengan anak saya, Dewa."
"Kalau boleh tau, siapa yang duduk di sebelah Dewa?"
"Nanti anda akan mengetahuinya sendiri."
William hanya memberikan pandangan penuh tanda tanya namun dia tak berbicara lebih jauh lagi. Dia berpikir mungkin yang sedang bersama Dewa adalah temannya.
"Sebaiknya kita nikmati dulu makan malamnya sebelum nanti kita mulai berdiskusi soal apa yang ingin anda sampaikan."
"Baiklah, karena sepertinya kita nanti juga perlu banyak waktu untuk membahasnya. Maka dari itu, kita nikmati dulu hidangan yang sudah disiapkan."
"Mari pak, silakan."
Makan malam itu pun berjalan dengan lancar. Kedua keluarga nampak menikmati hidangan yang sudah tersaji. Namun Arlen bisa merasakan aura tidak mengenakkan dari kekasihnya. Bisa dia lihat Dewa yang terlihat enggan untuk berada disini namun karena ini permintaan papanya, maka dia harus menurut. Matthew beberapa kali mencoba berkenalan dan mengajaknya bicara meskipun hanya mendapat tanggapan seadanya. Dewa hanya mengucapkan paling banyak dua kata untuk menjawab semua pertanyaan dari Matthew.
Arlen juga beberapa kali menangkap tatapan tidak suka yang diarahkan Matthew padanya. Mungkin hal itu karena Dewa yang terlihat lebih memperhatikan dirinya. Bukannya takut, Arlen justru balik membalasnya dengan sebuah senyuman lebar.
Akhirnya acara makan tersebut selesai. William mulai membuka pembicaraan soal apa yang ingin dia sampaikan.
"Jadi, bisa kita mulai pak Arsatya?"
"Silakan. Kami disini siap mendengarkan anda."
"Baiklah, saya akan jelaskan langsung ke intinya. Tujuan saya ingin bertemu secara pribadi dengan anda adalah atas permintaan anak saya."
Semua orang memperhatikan dengan seksama. Bahkan Arlen juga terlihat fokus mendengarkan.
"Kita memang tidak mengenal terlalu dekat tapi saya tau pak Arsatya adalah orang baik. Saya tentunya ingin mempererat hubungan kita dengan cara menjodohkan anak saya, Matthew, dengan Dewa. Bagaimana menurut anda?"
Semua yang ada disana terdiam selama beberapa saat. Tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun.
"Tentu saya sangat mengapresiasi niat baik pak William dan keluarga. Terlebih saya masih belum membalas kebaikan anda sewaktu dulu menolong saya." Jawab papanya Dewa memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest