Hari ini akan ada try out yang diadakan oleh sekolah Arlen. Try out ini akan menjadi yang pertama sekaligus nanti akan dijadikan sebagai penilaian individu. Semua siswa kini sudah mulai memasuki ruangan masing-masing. Mata pelajaran pertama yang akan diujikan adalah matematika. Arlen sendiri kini masih sibuk membaca ulang materi di bukunya karena masih ada sedikit waktu sebelum try out dimulai. Karena tempat duduk mereka diurutkan sesuai absensi, Arlen mendapat bangku di deret kedua dari depan. Tak lama kemudian, bel tanda masuk pun berbunyi. Semua siswa yang ada di ruangan langsung meletakkan semua barangnya di loker penyimpanan. Menurut peraturan, setiap peserta hanya boleh membawa satu buah pensil, satu buah rautan, dan satu buah penghapus.
"Selamat pagi, anak-anak." Sapa pak Dani begitu memasuki ruangan. Beliau mendapat giliran mengawasi di kelas Arlen di hari pertama ini.
"Pagi, pak."
"Bagaimana kabar kalian hari ini?"
"Baik, pak."
"Sudah siap dengan ujiannya?"
"Sudah, pak."
"Baiklah, sebelum memulai ujian hari ini, marilah kita semua berdoa sesuai kepercayaan masing-masing agar kalian semua diberi kelancaran dalam mengerjakan. Berdoa dimulai."
Suasana hening mengisi ruangan tersebut. Semua murid melangsungkan doa dengan khidmat. Setelah selesai, pak Dani mulai membagikan soal dan lembar jawaban ke tiap-tiap bangku.
"Waktu kalian untuk mengerjakan adalah 90 menit. Ingat, tidak ada toleransi untuk siswa yang berbuat curang. Siapapun yang ketahuan menyontek maka akan langsung dikeluarkan saat itu juga. Mengerti?"
"Mengerti, pak."
Para siswa mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan tenang. Hanya ada suara alat tulis dan goresan kertas yang mengisi ruangan tersebut. Arlen sendiri dengan lancar mengisi lembar jawabannya. Tak ada kesulitan berarti karena semua materi yang diujikan sudah dia kuasai diluar kepala.
Sekitar 40 menit berlalu, tangan Arlen tiba-tiba terhenti. Dia melirik ke arah pak Dani yang ada di depan.
"Pak." Seorang siswa yang duduk tepat dibelakang Arlen tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Iya, ada apa?"
"Pak, itu kayanya Arlen nyontek deh pak. Itu kertas contekannya jatuh dibawah."
Seluruh kelas langsung menengok ke arah Arlen. Dia sendiri dengan santai menengok kebawah dan benar saja, ada secarik kertas dengan beberapa rumus yang tertulis disitu. Pak Dani yang tadinya duduk di bangku guru, kini berjalan mendatanginya lalu mengambil lembaran tersebut. Beliau mengernyit mengamati isinya.
"Arlen, apa-apaan ini?"
"Kenapa, pak?"
"Kenapa? Berani-beraninya kamu nyontek kaya gini." Pak Dani meletakkan kertas contekan tersebut dengan keras.
"Tapi ini bukan punya saya, pak."
"Masih ngga mau ngaku? Jelas-jelas ini tadi kertasnya ada dibawah kursi kamu."
"Tapi beneran ini bukan punya saya, pak."
"Mana ada maling ngaku. Sudah, ngga usah ngelak lagi. Sekarang serahkan lembar ujian kamu dan keluar dari ruangan sekarang juga!"
"Pak, mohon maaf tapi saya bener-bener ngga nyontek. Coba bapak liat kertasnya baik-baik."
"Apa lagi yang perlu saya lihat? Bukti sudah jelas ada di tempat kamu kok."
"Coba bapak perhatikan lagi. Ini bukan tulisan saya, pak."
"Masih tetep ngga mau ngaku?"
"Tolong bapak perhatiin sekali lagi. Jelas banget kalau tulisannya beda dari punya saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest