Rehat bentar dari anak-anak Charitaz, kali ini yg uwu mau lewat dulu 😉
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Si gila
Ar, kakek gue ngga setuju sama hubungan kita. Sorry, buat sekarang dan beberapa waktu kedepan gue ngga bisa hubungin lo.
Bagaimana perasaanmu jika mendapat pesan seperti itu dari kekasihmu di pagi hari yang cerah?
Kaget? Pasti.
Bingung? Jelas.
Sedih? Entahlah.
Baru juga selesai mandi malah mendapat kejutan. Tadinya Arlen sangat senang saat mendapat notif pesan dari Dewa namun saat dibuka, ternyata isi pesannya malah membuatnya tak berkutik. Dia bahkan belum sempat sarapan tapi kini moodnya langsung mendung gara-gara ini. Biasanya hari libur adalah favoritnya untuk melakukan banyak hal. Namun kali ini, Arlen hanya ingin berdiam diri di kamar dengan pikirannya yang kemana-mana.
***
Terhitung sudah seminggu yang lalu sejak Arlen mendapat pesan mengejutkan dari Dewa. Dan sejak saat itu pula dia tidak mendapat kabar apapun dari pacarnya itu. Arlen sendiri bingung harus bagaimana. Di satu sisi, dia ingin mempertahankan hubungannya. Namun di sisi lain, dia juga tidak bisa apa-apa jika harus berhadapan dengan kakek Dewa.
Sedang bingung-bingungnya berpikir, tiba-tiba ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. Ternyata yang menelfon adalah Ayu. Segera saja dia mengangkatnya.
Halo? Kenapa, Yu?
Kak, disuruh ke rumah katanya mama kangen.
Sekarang?
Iya lah.
Dirumah ada siapa?
Ada papa, mama, aku, kak Dewa, kakek, sama nenek. Oh iya, kata mama sekalian nanti kakak disuruh ketemu sama kakek.
Hah? Yang bener?
Iya, kakek pengen kenalan sama kamu kak.
Harus banget sekarang?
Hm, ini sopir mama udah berangkat. Mending kak Arlen siap-siap.
Oke, makasih ya infonya.
Sip, kita tunggu disini.
Arlen hanya bisa mendesah lemah. Apakah hubungannya harus terhenti sampai disini? Padahal dia sudah bahagia karena orang tua Dewa bisa menerimanya dengan sangat baik tapi ternyata masih ada kakeknya yang menentang. Kenapa dadanya tiba-tiba terasa sesak? Ah, ini karena dia tidak siap jika harus berpisah dengan Dewa. Membayangkan saja rasanya sudah menyakitkan. Tapi apa daya, dia hanya orang biasa yang tidak punya kuasa. Mungkin sekarang adalah saatnya dia menghadapi kenyataan. Pasti kakeknya Dewa ingin bertemu dengannya karena ingin menyuruhnya mengakhiri hubungan yang dia jalin dengan cucunya.
Yaudah lah. Yang terjadi, biarlah terjadi. Gue pasti bisa, meskipun nanti nangis banyak. Arlen berusaha menguatkan diri.
Dia pun berjalan gontai ke kamarnya. Sebentar lagi sopir mamanya Dewa pasti sampai sementara dia masih belum bersiap-siap. Setidaknya dia harus berpenampilan sebaik mungkin di hari perpisahannya dengan Dewa.
***
Sepanjang perjalanan, Arlen hanya bisa diam tanpa mengucap sepatah kata. Matanya menatap kosong ke arah jalanan. Rasanya mau menangis pun juga percuma. Pikiran dan hatinya berkecamuk tidak karuan. Dia sangat merindukan Dewa saat ini. Bolehkah nanti dia memeluknya untuk terakhir kali? Bisakah dia melupakannya setelah nanti mereka berpisah? Apakah dia sanggup jika nanti di masa depan Dewa akan bersama orang lain? Tak terasa air matanya menetes memikirkan itu semua. Segera saja Arlen menghapusnya karena sekarang dia sudah sampai tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest