7

12.2K 1K 48
                                    

Hari baru. Tantangan baru. Kali ini Arlen sudah berangkat ke sekolahnya pagi sekali. Ini semua gara-gara ada tetangganya yang punya hajatan jadi dia merasa terganggu dengan kebisingan dari musik yang dinyalakan. Jam baru menunjukkan pukul 06.55 saat dia sudah sampai di sekolahnya padahal pembelajaran baru akan dimulai jam 8 nanti. Ada beberapa siswa yang juga sudah ada disana tapi suasananya terlihat masih sepi. Arlen pun berjalan ke arah area taman yang ada di belakang kelasnya karena dia ingin memakan bekalnya disana. Dia memang memilih membawa sarapannya ke sekolah daripada harus menghadapi kebisingan di rumahnya.

Arlen kini sedang memakan bekalnya dengan tenang sambil tersenyum dan tertawa sendiri melihat layar ponselnya. Siapa lagi yang bisa membuatnya begini kalau bukan Dewa. Disana terpampang foto selfie yang menunjukkan wajah Dewa penuh dengan bekas lipstik mamanya. Katanya sih untuk membuktikan apakah lipstiknya transferproof atau tidak. Selesai membalas, dia memasukkan ponselnya kembali ke sakunya dan lanjut makan.

"Lo ngapain makan disini?" Sebuah suara menginterupsi kegiatannya.

Arlen hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya tanpa ada keinginan untuk menjawab pertanyaan siswa tersebut.

"Ar, gue boleh duduk disini?"

"....."

"Oke, gue anggep lo ngga nolak." Tanpa aba-aba, siswa tersebut duduk disamping Arlen yang seolah tidak peduli.

Suasana hening menyelimuti keduanya. Beberapa menit berlalu tanpa ada yang mengeluarkan suara. Siswa tadi memperhatikan Arlen yang sedang memakan sandwichnya dengan tenang. Sejujurnya dia merasa sedikit gelisah saat melihat Arlen yang hanya memasang wajah datarnya.

"Ar, boleh gue mau ngomong sesuatu?" Akhirnya dia memberanikan diri untuk bicara.

Masih tak ada tanggapan apapun dari Arlen. Suasana pagi yang sepi masih mendominasi mereka berdua.

"Gue mau.. mau.. " Satu tarikan napas panjang dapat terdengar. "Sebenernya, gue mau minta maaf." Ucapnya terbata.

Arlen mengerutkan keningnya heran. Untuk apa anak ini minta maaf padanya?

"Buat?" Tanya Arlen sambil melirik kesampingnya.

"Buat yang kemarin."

"Kemarin?"

"Iya, kejadian kemarin?"

"Gue ngga tau ada apa."

"Lo ngga inget sama gue?"

"Emang lo siapa?"

Siswa tersebut hanya bisa tersenyum getir mendengar jawaban Arlen. "Gu-gue yang kemarin nglempar bola basket ke arah lo. Inget ngga?"

"Ooh."

"Gue minta maaf karena hampir bikin lo celaka. Setelah kejadian kemarin, gue jadi sadar kalo apa yang gue lakuin itu salah."

"Hm."

"Lo mau maafin ngga?"

"Ngga tau, liat nanti."

Siswa tersebut hanya bisa menghela napasnya pasrah. "Gue ngerti kok kalo misal lo masih sakit hati gara-gara apa yang gue lakuin kemarin."

"...."

"Sebenarnya gue juga ngga ngerti kenapa gue ikut-ikutan yang lain buat ngerjain lo, tapi setelah gue pikir-pikir ternyata selama ini gue suka nyakitin lo tanpa alasan. Mungkin anak-anak yang lain juga gitu, mereka kebawa yang lain sampe ngga sadar kalo apa yang mereka perbuat itu udah nyelakain lo padahal lo ngga pernah punya salah sama siapapun."

"...."

"Gue harap lo mau maafin gue, dan gue juga berharap semoga yang lain juga cepet sadar."

"...."

BRAJAMUSTI (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang