3 bulan kemudian
Hari ini Arlen dan Dewa sedang menghadiri sidang terakhir yang melibatkan Arga. Agendanya nanti adalah pembacaan putusan atas tindakan kriminal yang dia lakukan tempo hari. Sebenarnya mereka tidak perlu datang tapi keduanya ingin menyaksikan bagaimana nanti Arga dijatuhi vonis.
Untuk teman-temannya juga sudah mendapat hukuman kurungan. Brian dan yang lain masing-masing dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan sedangkan Zeva mendapat hukuman pembinaan selama 1 tahun 10 bulan di lapas khusus perempuan.
"Jangan khawatir, dia pasti dapet hukuman yang berat." Dewa mencoba meyakinkan kekasihnya. Mereka berdua duduk didampingi kuasa hukum yang ditunjuk oleh tuan Arsatya.
"Iya."
"Habis ini lo bisa fokus buat siapin ujian masuk ke Cakrawala."
"Hm."
Arlen menggenggam tangan Dewa dengan erat. Dia kembali fokus mendengarkan hakim yang tengah membacakan pasal-pasal apa saja yang dilanggar oleh Arga. Meskipun dilaksanakan secara tertutup, tapi suasana di ruang sidang ini sangat tegang. Berkali-kali ibunya Arga menatap Arlen dengan sorot mata penuh amarah namun hanya dibalasnya dengan senyuman tipis.
"Menimbang, berdasarkan barang bukti beserta keterangan para saksi, terdakwa nyata telah melanggar pasal-pasal yang disebutkan. Memutuskan, menjatuhi terdakwa dengan hukuman selama 5 tahun 6 bulan kurungan dan denda sebesar 389 juta rupiah. Putusan ini adalah putusan akhir tanpa adanya banding."
Palu pun diketuk. Vonis sudah dijatuhkan tanpa ada kesempatan untuk bisa dikurangi.
Suara tangis dari ibunya Arga terdengar jelas disana. Arlen hanya melihat tanpa ada niat untuk mendatanginya. Dia melihat ke arah Arga yang masih duduk di tempatnya. Ada sedikit rasa kasihan melihat pemuda itu yang kini terlihat menyedihkan. Namun jika teringat dengan semua perbuatannya dulu, rasa kasihan itu mendadak hilang begitu saja.
Arlen hanya memandang datar ke arah Arga yang kini tengah dibawa oleh petugas. Tatapan mereka bertemu sesaat namun Dewa dengan cepat mengalihkan perhatiannya.
"ARLEN!!"
Dia melihat ibunya Arga mendatanginya namun ditahan oleh asistennya.
"Puas kamu bikin anak saya dipenjara?"
"...."
"Puas kamu menghancurkan masa depan anak saya? Jawab!!"
"Maaf tapi anda marah pada orang yang salah." Ucap Dewa.
"Buat apa kamu belain dia?"
"Sekali lagi maaf nyonya, tapi anda salah orang. Yang menuntut Arga adalah papa saya karena anak anda sendiri yang sudah melukai saya. Jadi kalau anda tidak terima, anda bisa protes ke papa saya."
"Kamu jangan ikut campur! Jelas-jelas ini semua terjadi karena ulah dia."
"Tante, apa tante tau apa yang udah anak tante lakuin ke saya? Dia yang udah nyulik saya malem-malem sampe hancurin toko saya."
"Ngga usah ngarang cerita, pasti kamu sengaja mau ngerusak masa depan Arga."
"Yang ngancurin masa depan Arga ya dia sendiri. Maaf ya tante, bukannya saya lancang tapi tante harusnya bisa introspeksi diri. Jangan mentang-mentang dia anak tante terus tetep dibelain meskipun salah. Anak tante kan udah dewasa, harusnya dia tahu mana yang baik dan buruk."
"Berani-beraninya kamu ceramahin saya!"
"Saya bukan mau ceramahin tante, tapi tante harusnya bisa buka mata sama kelakuan anak tante. Saya dari dulu tidak pernah mengganggu apalagi merugikan anak tante. Justru Arga yang selama ini bikin hidup saya susah. Dia sengaja menyuruh teman-temannya untuk membully saya di sekolah sedangkan dia hanya diam dan menonton saya yang sedang kesakitan. Ngga pernah sekalipun dia mau nolongin saya. Atau tante sebenernya tau kelakuan Arga kaya gitu tapi tante diem aja? Kalo gitu berarti anda sendirilah sumber dari sifat buruk Arga."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest