Karena malam ini hujan turun dengan deras, Arlen memutuskan untuk menutup tokonya lebih cepat. Jam baru menunjukkan pukul 8 malam namun jalanan sudah terlihat sepi. Hanya ada beberapa mobil yang nampak sesekali lewat. Maklum saja, suasana dingin seperti ini pasti membuat siapapun malas untuk keluar.
Arlen melihat ke sekelilingnya dan hampir semua ruko yang ada disana juga sudah terkunci rapat. Karena melihat keadaan yang sepertinya tidak memungkinkan untuk pulang, akhirnya dia mengajak Reva untuk menginap saja disini. Di ruko yang mereka tempati memang terdapat sebuah kamar minimalis yang terletak di lantai 2 dan terkadang dipakai oleh Arlen untuk beristirahat jika dia mampir sepulang sekolah.
"Kak, kak Reva pake aja kamarnya. Aku biar tidur di sofa sini."
"Dingin, Ar."
"Kan bisa pake selimut."
"Kamu ngga apa-apa tidur disini?"
"Ngga apa-apa, kak. Tenang aja, kan tinggal tidur doang."
"Nanti kalo ngga nyaman, gimana?"
"Ya ampun, kak. Sofanya empuk, kok. Kalo aku tidur di lantai baru deh ngga nyaman."
"Kamu yakin?"
"Yakin."
"Yaudah kalo gitu, aku ke atas ya."
"Iya."
"Kalo dingin nanti ngga apa-apa kamu masuk kamar aja. Ngga aku kunci pintunya."
"Iya, kak."
Arlen mengikuti Reva berjalan ke kamar atas untuk mengambil bantal dan selimut. Setelah mendapat benda yang dia inginkan, Arlen kembali ke sofa yang ada di lantai bawah kemudian merebahkan dirinya disana.
Suara gemuruh air yang ada diluar sepertinya menandakan kalau hujannya masih akan berlangsung lama. Arlen hanya bisa memainkan ponselnya karena itu adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Sekitar satu jam lebih dia berkutat dengan gawai di tangannya hingga akhirnya kantuk menyerang.
Lama-lama matanya semakin terpejam. Arlen membenarkan posisi selimutnya kemudian langsung menyamankan diri untuk tidur. Selain hujan, suara katak yang saling bersahutan juga menjadi pengantar lelapnya malam ini.
***
PRAANG!!!
Suara benda pecah membangunkan Reva dari tidurnya. Dia masih mengumpulkan kesadaran saat terdengar suara berisik dari lantai bawah. Langsung saja dia berlari untuk melihat apa yang terjadi disana.
Badannya membeku seketika saat dia menyaksikan ada beberapa orang berpakaian serba hitam sedang membawa Arlen keluar dengan paksa. Matanya menangkap keadaan toko yang sudah hancur berantakan.
"ARLEN!!!"
"Diem atau kita bakal tembak!"
Reva terduduk lemas di lantai saat sebuah pistol ditodongkan tepat di hadapannya. Dia hanya bisa pasrah melihat Arlen yang dibawa dalam keadaan terikat dan matanya ditutup.
Mereka pun masuk kedalam mobil yang terparkir di depan kemudian melaju kencang ditengah derasnya hujan yang masih mengguyur tempat ini.
Entah berapa lama Reva terdiam tanpa bisa melakukan apapun. Akhirnya setelah tersadar dari rasa terkejutnya, dia segera melihat rekaman CCTV untuk melihat kronologi kejadian. Tangannya juga bergerak cepat untuk menghubungi seseorang.
Halo? Kenapa, kak?
Dewa, tolongin Arlen. Dia... dia diculik.
Diculik?
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAJAMUSTI (BxB)
Teen FictionSebenernya gue orangnya males balas dendam tapi kayanya anak-anak modelan mereka kudu dikasih pelajaran sekali-kali. -Arlen Cover by Pinterest