3.

9K 609 8
                                    

Matahari mulai muncul dari ufuk timur. Udara masih terasa dingin, walaupun matahari sudah bersinar terang menyinari sebagian bumi. Sinar matahari mulai masuk melewati celah korden hingga sinar tersebut menyinari wajah seorang balita.

Balita itu tak lain adalah Zio, ia tak merasa terganggu dengan cahaya matahari yang masuk melewati celah korden. Masih terlihat nyaman di atas kasurnya yang tak seberapa empuk tersebut.

Brak!

Pintu di buka secara kasar oleh seorang wanita, pengurus panti membuat Zio tersentak dari tidurnya.

"Hei! Bangun pemalas! Ini sudah jam berapa hah! Enak sekali kau tidur di kasur buruk mu itu!" Bentak wanita tersebut.

"Bibi-"

"Siapa yang kau panggil bibi hah?! Bangun dan cepat bersihkan panti ini!" Wanita itu langsung pergi dan menutup pintu dengan kasar.

Zio menghela nafas, ia membuka korden jendela melihat langit yang semakin cerah. Kemudian ia turun dari kasur dan menuju kamar mandi. Setelah itu ia memakai pakaian, lalu melakukan pekerjaan yang di suruh wanita tadi.

Pertama-tama Zio menyapu lantai, kemudian mengepel lantai dan terakhir menyapu latar yang terlihat kotor. Setelah semuanya selesai, juga jam menunjukan pukul 09.45 dan itu waktunya untuk sarapan bagi Zio.

Hal inilah yang tidak di sukai oleh Zio sendiri. Pasti ia di suruh untuk menggoreng sendiri atau memakan bekas mereka.

"Hei kau! Kenapa kau melamun hah!" Teriak seseorang wanita ketika melihat Zio yang melamun di depan pintu.

Zio tersentak dan menundukkan kepalanya. Dengan sendu ia berkata, "maap bibi."

"Kemari! Duduk di sini!" Ucap wanita itu dengan nada yang sedikit... lembut?

Zio yang tak mau dibentak pun hanya menurutinya. Merasa aneh ketika ia duduk di meja makan. Selain itu, makanan di meja masih utuh. Bukankah anak anak panti selalu sarapan jam delapan pagi dan sekarang hampir jam 10.

"Anak anak, hari ini kedatangan pemilik panti jadi kalian bersikap baiklah, oke?" Ucap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik namun sifatnya buruk pada Zio. Wanita paruh baya tersebut biasa di panggil Nene oleh anak panti.

"Baik, Nene!" Seru anak anak panti.

"Terutama kau, Zio! Jangan membuat ulah! Mengerti!" Tekan Nene.

"Aik, Nene." Lirih Zio sambil menundukkan kepalanya, ia takut pada wanita paruh baya tersebut.

"Cih aku tak sudi mendengarnya memanggil ku Nene." Batin Nene.

Kemudian setelah percakapan itu, semuanya makan dengan tenang. Begitu juga dengan Zio yang makan dengan lahapnya, sedangkan anak panti dan pengurus panti sesekali melihat Zio dengan tatapan sinis mereka.

"Apalah itu, hanya sehari ini kau makan dengan enak namun tidak untuk lain kali." Batin salah satu pengurus panti.

Setelah sarapan, seperti biasa anak anak panti bermain dengan riangnya di taman, juga dengan Zio. Ia duduk di bawah pohon dengan anak kucing di pangkuannya, tadi ia menemukan anak kucing itu di balik pohon.

Anak kucing itu lucu dengan hidungnya yang berwarna merah sedikit pucat, bulunya berwarna abu abu dengan garis garis abstrak berwarna hitam dan putih. Bulunya juga tebal dan panjang, yah sepertinya anak kucing tersebut keturunan kucing anggora.

"Ucing una nama nda? Au Zio aci nama nda?" Tanya Zio pada anak kucing itu dan tentu saja anak kucing itu tidak menjawab.

"Mm, Zio acih nama Mio? Agus nda? Nama ucing Mio aja ya?"

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang