28.

2.1K 161 9
                                    

Kalo ada yang typo ato ada kesalahan plis tandain. Gue itu kurang teliti sama gampang lupaan jadi gitulah, gue mager mau baca cerita sendiri

Btw, setelah cerita ini, ada cerita yang mungkin sedikit serem lah ya dan yang ngalamin adalah aku sendiri hahahahahahaha

.

.

.

Happy reading.

Ketika Zio akan menyendok kue, ia di hentikan oleh Violet. "Belum waktunya Zio, nanti ya kalo udah di kasih tau untuk makan. Kita harus menjaga tata krama dan image kita," ucap Violet.

Mulut Zio berbentuk o dan mengangguk, ia meletakan kembali sendok itu di samping piring kue tersebut. Zio pun tersenyum polos pada Violet seolah-olah tidak melakukan apapun. Violet melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, menurutnya tingkah Zio semakin menggemaskan seiring berjalannya waktu.

Mata Zio mulai menelusuri ruangan, ia dapat melihat beberapa orang yang ia kenal. Matanya menyipit ketika melihat sosok yang sangat ia kenali. Seorang pemuda dengan balutan jaz mahal, namun Zio tidak melihat wajah, karena pemuda itu memunggungi Zio.

Sedari tadi juga, Zio merasakan bahwa ia sedang di awasi dari jarak yang cukup jauh. Cukup merinding jika di awasi dari jarak jauh, ini mungkin orang asing. Jika Zio di awasi oleh suruhan keluarganya, maka ia tidak akan se merinding ini.

Ia menatap Keith yang ada di sampingnya. Keith juga merasakan suatu yang mengganjal dan entah apa itu, ia kurang pasti, namun ia harus berada di sisi Zio saat di situasi ramai seperti ini. Keith langsung menoleh ketika dirinya sedang di tatap oleh Zio.

"Ada apa? Ingin pipis atau bagaimana?" Tanyanya.

Zio menggeleng sebagai jawaban, untuk pipis ia bisa sendiri pergi ke toilet yang ada. Tak perlu di antar oleh seseorang bahkan keluarga nya sendiri. Zio malu jika ada yang melihat Mr. P nya yang mungil. Ia pernah merasa minder dengan milik kakaknya, Vernon yang begitu— emhhm. Zio melihat milik Vernon saat mereka mandi bersama pada saat Zio awal Zio masuk SMP. Memang, waktu itu Zio sangat susah untuk di suruh mandi pagi.

"Daddy, dede mau jalan jalan di sini boleh? Cari—"

"Gak," sahut Keith cepat, memotong ucapan Zio.

Zio seketika memajukan bibirnya, agar Keith mengetahui bahwa ia cemberut. Namun itu tak kan terpengaruh oleh Keith. Matanya juga masih mewaspadai sekitarnya, ia melihat beberapa keluarganya sedang berbincang-bincang dengan kolega bisnis atau teman lama.

Melihat reaksi Keith yang seolah olah tak peduli dengan Zio pun semakin memajukan bibirnya. Siapa sih yang gak kesel pas di cuekin, apa lagi udah cari perhatian biar di perhatiin masih aja di cuekin.

Zio menyenderkan punggungnya di kursi sambil mengeluarkan handphone. Ia lebih memilih memainkan ponselnya di bandingkan diabaikan oleh Keith. Mending cuekin balik aja. Hingga terdengar suara mikrofon yang diketuk dan sang MC sudah berada di panggung.

"Para tamu yang telah hadir di acara ini, dipersilakan duduk di kursi masing-masing," ucap sang MC.

Beberapa tamu yang berbincang-bincang pun langsung menghentikan obrolan mereka dan kembali ketempat duduk masing-masing. Suasana yang sebelumnya sedikit ramai, kini berubah menjadi senyap.

"Terima kasih atas perhatiannya. Mari kita mulai acara ini," kata pembawa acara. "Pada acara hari ini, yang akan menjadi tokoh utama adalah Aditama Bernadi Chandrakanta, salah satu anggota keluarga besar Chandrakanta."

"Tuan Aditama dimohon untuk naik ke panggung, silahkan."

Aditama pun naik ke panggung, aura wibawanya sangat menguar dan tatapannya yang sekan akan menerkam siapa saja. Ia menatap ke depan mengamati setiap detail wajah yang tertuju padanya.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang