29

2.7K 212 10
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya, menyinari sebuah ruangan di mana terdapat kepompong besar dari selimut. Di dalam kepompong tersebut ada Zio yang tertidur nyenyak, tidak peduli dengan sinar matahari yang menyinari kamarnya.

Pintu terbuka memperlihatkan Enno dengan wajah jahilnya, tersenyum lebar seperti hantu Jepang, Kuchisake—onna. Dengan ekspresi seperti itu, Enno mendekati Zio yang masih tertidur.

Ketika Enno sudah dekat dengan kasur, dia langsung menangkap selimut yang membungkus Zio. Seketika Zio terbangun karena terkejut hingga ia menangis. Enno pun kaget melihat Zio menangis.

"AAAAAAA HUUAAAAAAA."

"Eh, eh, eh! Ini kakek, jangan menangis! Jangan menangis!! Tenang, dede tenang oke?" kata Enno sambil mencoba menenangkan Zio agar tidak ada orang yang datang karena tangisannya. Jika ada yang datang, bisa jadi masalah besar baginya.

"Hiks, hiks, kakek jahat! Pegi sana, dede gak mau sama kakek! Pegi sana!" gerutu Zio sambil menggoyangkan tubuhnya yang terbalut selimut agar Enno melepaskannya.

"Iya, iya, kakek akan pergi. Tapi jangan menangis, ya? Nanti kakek janji akan memberimu puding, kakek serius!" Mendengar itu, Zio langsung berhenti menangis dan hanya tersedu-sedu pelan.

"Benarkah?" tanya Zio dengan tersedu-sedu, tangannya hendak mengucek matanya namun dihentikan oleh Enno.

"Jangan dikucek ya, nanti merah matanya kayak jaranan engkleng engkleng gitu," ucap Enno sambil menirukan jaranan yang pernah ia tonton di ponselnya. Hal itu membuat Zio tertawa.

"Yodah yuk bangun geh, mandi terus kebawah. Kita makan bareng bareng atau mau di gendong sama kakek?" ucap Enno dengan menaikturunkan alisnya.

"Gak mau ah nanti kakek pinggang na encok kaya daddy sama papi."

(⁠ノ⁠ಠ⁠益⁠ಠ⁠)⁠ノ

Di taman belakang mansion, Zio bermain bola dengan hewan peliharaan milik papinya, yaitu seekor serigala. Serigala tersebut sudah jinak setelah Oliver menemukannya di tengah hutan dalam keadaan terluka.

Serigala itu bernama Charles. Beberapa saat yang lalu, Zio dan Charles bertemu, dan Charles langsung bermanja-manja dengan Zio.

"Arles! Tangkep!" Zio melempar bola dengan sangat kencang hingga bola tersebut terlempar jauh dari tempat ia berada. Charles pun langsung mengejar bola tersebut, meninggalkan Zio sendirian.

Beberapa penjaga yang mengawasi Zio dari kejauhan mendapat perintah untuk berkumpul di suatu tempat. Awalnya mereka ragu untuk meninggalkan Zio sendirian, namun karena itu perintah, mereka akhirnya pergi.

Zio duduk dengan meluruskan kakinya, menunggu Charles kembali dengan bola. Cuaca yang panas membuat wajah Zio sedikit memerah.

"Ihh! Lama sekali," gerutu Zio.

Di tengah kekesalannya, tiba-tiba mulut Zio dibekap dengan kain yang sudah diberi obat bius oleh seseorang. Zio berusaha melawan, namun kesadarannya menghilang. Zio pun pingsan dan dibawa oleh orang tersebut.

Di sisi lain, Dorian melihat semua itu dari balkon kamarnya. Awalnya ia berniat untuk merokok namun ia malah mendapati Zio yang di culik oleh seseorang.

"EZIO!!!" teriak Dorian dari balkon, suaranya menggelegar, membuat seisi mansion terkejut.

Dorian langsung keluar dari kamarnya dan bergegas menuju tempat dimana Zio di culik. Di ujung tangga, Dorian melihat Lyra yang cemas.

"Ada apa Rian, kenapa berteriak?" tanya Lyra dengan nada khawatir.

"Mom! dede di culik mom! Rian liat sendiri dari balkon!" ucap Dorian langsung membuat Lyra terkejut.

"Apa?" Violet yang barusaja keluar dari dapur terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Dorian. Violet merasa tubuhnya melemas dan akhirnya ia pingsan.

"Violet!!!" Lyra pun mendekati Violet untuk mengecek violet. Sedangkan Dorian, ia pergi ke taman belakang mansion untuk mengecek jika seseorang yang menculik Zio belum jauh.

乁⁠[⁠ᓀ⁠˵⁠▾⁠˵⁠ᓂ⁠]⁠ㄏ

"Kau yakin itu dia?" tanya seorang wanita yang masih terlihat muda. Ia mengelus lengan suaminya dengan jari lentiknya.

"Terlihat dari bentuk wajahnya, dia mirip dengan mu." ucap suami wanita itu. Ia menatap laptop yang berisi banyak gambar seorang anak dengan wajah yang sangat imut.

"Seharusnya waktu itu aku tidak membuangnya... Aku menyesal hiks... Sungguh aku menyesal... Aku membuang anak pertamaku..." Wanita itu menangis, menyesali perbuatannya di masalalu.

"Sudah lah, itu bukan salahmu, aku tau... di saat itu kau sedang terpuruk, sayang... Tenang lah..." Ucap sang suami, dengan lembut mengelus punggung istrinya.

"Tapi aku masih ragu, mas... Bagaimana jika dia bukan anakku?"

"Jika kau ragu, kita bisa melakukan tes DNA... dan sepertinya, kakak ku mengincarnya juga."

"Benarkah?"

"Iya... tetapi aku tidak memberitahu mereka bahwa dia anakmu."

"Huh syukurlah, aku lega."

Sang suami tersenyum dan mengecup kening sang istri. Keduanya saling berpandangan, hingga seorang anak kecil yang baru berumur 2 tahun mendekati mereka.

"Yayah undaaa" pekiknya dan mendekati orang tuannya dengan membawa mainan mobil-mobilan di tangannya. Tak lupa dengan baby sitter yang menjaga anak itu di belakang.

(⁠ ͡⁠°⁠ᴥ⁠ ͡⁠°⁠ ⁠ʋ⁠)

"Kak! Bantuin kenapa oy!!! Cape saya tu bolak balik!!!" Gerutu seorang pria yang tengah membawa banyak barang.

"Derita lu." Ucap seorang wanita sambil meminum alkohol yang di sediakan.

"Oy cil, mending jangan suruh paman terus! Bibi sono tuh di suruh! Paman tu capeeeeeee banget! Plis yaaaaaa?"

"Bibi na cantik jadi gak bisa di suruh suruh nanti cantik na ilang." Ucap Zio dengan polosnya.

"hahahaha! Tuh dengerin, bocil aja tau kalo gue cantik."

"LU CANTIK JALUR LIMA PULUH!!!"

"MATA LU SUEK!! MINTA DI BANTING LU YEE!!!"

"PAMAN BIBI JANGAN TERIAK!!"

"LU JUGA TERIAK CIL!!" teriak kedua pria dan wanita tersebut.

TBC.

Sorry banget cuk, laptop gue kena virus bngst, ngeselin emang. Gak jadi buat pdf... laptop jancok.

MINIMAL VOTE KALO GAK MAU KOMEN.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang