24.

2.4K 239 7
                                    

Beberapa hari kemudian.

Setelah kejadian dimana Zio menginginkan pulang dihari pertamanya sekolah. Sudah banyak yang mengenal Zio bahwa ia adalah anak angkat keluarga Maximilian.

Ketika mengetahui itu banyak yang menyebutkan Zio adalah anak pungut. Tapi Guilia dan Sofia membungkam mereka dengan mengancam akan di keluarkan dari sekolah.

Untuk Damar, ia di keluarkan dari sekolah karena sudah menyentil dahi Zio dan mengejeknya anak pungut. Vernon sendiri yang datang ke sekolah untuk mengeluarkan Damar.

Hanya Damar yang di keluarkan, tidak dengan teman temannya yang mengejek Zio anak pungut. Dirga, Mahon dan Andra hanya di beri peringatan.

Setelah mpls selesai, semuanya belajar seperti biasanya. Akan tetapi, hari ini Zio tidak mau sekolah karena malas. Walaupun Damar sudah di keluarkan, masih banyak yang ingin mendekatinya hanya untuk memeras Zio.

Dengan sikapnya yang polos, memungkinkan banyak orang untuk memeras Zio. Sedangkan Zio sendiri senang karena memiliki banyak teman.

Saat ini, Zio berada di kamar Kavian. Zio tidak bermain bersama Kavian, ia hanya menumpang karena kamar Kavian sangat nyaman di bandingkan kamarnya. Zio sedang menonton kartun kesukaannya, Bernard Bear.

Kavian sendiri sedang mengerjakan soal di buku. Kavian itu pintar, ia meluangkan waktunya hanya untuk membuat soal dan mengerjakannya sendiri.

Walaupun umurnya masih 4 tahun, Kavian belajar sampai pelajaran SMA. Ia sudah mempelajari poli nominal dalam matematika, fluida statis dan fluida dinamis dalam fisika, dan ia juga sudah mempelajari seluruh sejarah di dunia.

Kavian tidak di tuntut oleh Zhen untuk mempelajari ini dan itu, melainkan dirinya sendirilah yang bertekad untuk mempelajari itu semua.

Kavian melirik kearah Zio yang sedang menonton kartun sambil berbaring di kasurnya. Ia mendekati
Zio dan berbaring di sampingnya. "Kenapa Dede gak sekolah?"

"Ihh! Piaaaan~ dede kan lebih tua dari piaann, jangan panggil dedeee... Harusnya tuh kakaaa~ gituu" ucap Zio dengan memanyunkan bibirnya, ia mematikan ponselnya.

"Iya, kaka dede kenapa gak sekolah?" Kavian mengulang pertanyaannya.

"Males, cape... Pulang sore... Gak mau sekolah, mau dirumah ajah." Gerutu Zio. Ia membenamkan wajahnya di bantal.

Kavian menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Terus kenapa waktu itu merayu opa Keith agar kaka bisa sekolah?"

"Ih! Kan dede gak tau kalo sekolahnya pulang soreeeee~" Zio berbalik memunggungi Kavian yang hanya menatap datar tubuh Zio yang mungil.

"Terus kalo udah tau gitu, Kaka gak mau sekolah?" Tanya Kavian lagi.

"Gak tau." Ketus Zio. Kavian hanya menghela nafas, ia lebih baik kembali belajar dari pada bertanya sesuatu dengan Zio. Sedangkan Zio kembali menonton kartunnya.

.

Beberapa saat kemudian, seorang maid mengetuk pintu kamar Kavian. "Tuan muda Zio, nona Guilia dan nona Sofia datang untuk menemui anda."

Ketika maid berkata seperti itu, Zio langsung bangun dari kasur Kavian. Ia membuka pintu. "Dimana bibi?"

Maid itu sedikit menyingkir dan membungkuk. "Saat ini mereka berada di ruang tamu, tuan muda Zio."

Zio langsung menuju ke ruang tamu. Meninggalkan Kavian yang berada di ambang pintu, raut wajahnya dingin dan sedikit ada rasa cemburu. "Cih, selalu saja datang."

"Piaaaa, liaaaaaaa~" Zio berlari menuju mereka dengan perasaan senang.

"Jangan berlari!" Peringat Sofia. Zio berhenti dan menggaruk tengkuknya, ia memasang wajah tak bersalahnya.

Guilia memeluk Zio. "Ih Lia kangen tauuu~" ucap Guilia dan mencium kedua pipi Zio. Hingga mata Guilia menatap bibir merah Zio, sepertinya enak untuk di cium.

Di saat Guilia ingin menyatukan bibirnya dan bibir Zio, Sofia menarik rambut Guilia. "Jangan berlebihan, aku yang pertama untuk mencium bibir itu."

Guilia sedikit meringis karena kulit kepalanya terasa panas. Ia menyeringai, "heh? Aku lah yang pertama mencium bibir itu."

"Jangan kau berani-" ucapan Sofia terpotong.

"HEH! Kalian ini jangan berantem! Ndak boleh! Nanti dede gak mau temenan sama kalian... Kalian berantem terus, dede ndak suka! Humph!" Zio bersedekap dada dan memalingkan wajahnya. Pipi chubby nya terlihat mengembung.

Sofia dan Guilia terdiam, mereka mencoba menahan diri untuk tidak mencium pipi chubby Zio.





Seorang pria memasuki sebuah perusahaan yang dinyatakan milik Keith. Pria tersebut menuju resepsionis sambil memegang sebuah dokumen.

"Nona, aku ingin bertemu dengan Tuan Keith." Ucap pria itu.

"Tuan Keith sedang ada rapat dan tak boleh di ganggu untuk saat ini." Ucap wanita yang menjaga resepsionis.

"Oh! Kalau begitu, tolong berikan ini pada Tuan Keith." Pria itu menyerahkan sebuah dokumen yang tertutup rapat.

"Apa ini?" Tanya sang wanita. "Ah, sudahlah... Itu pribadi, anda tidak bisa mengeceknya." Sahut pria itu.

"Baiklah, saya akan memberikannya pada Tuan Keith." Ucap wanita resepsionis dan sang pria mengangguk dan pergi meninggalkan perusahaan Keith dengan seringainya.

Beberapa saat kemudian, sebuah pintu ruangan khusus rapat terbuka, menampilkan Keith dengan wajah datarnya. Ia merasa lelah belakang ini, namun itu bukan apa apa.

Ia dan sekretarisnya menuju ke ruangannya. Tapi saat menuju ke sana, Keith di hampir oleh asistennya.

"Tuan Keith... Seseorang memberikan sebuah dokumen kepada anda. Saya tidak mengetahui isinya karena saya mendapat info dari resepsionis bahwa dokumen itu bersifat pribadi." Ucap asisten Keith sambil menyerahkan dokumen itu.

Keith mengerutkan keningnya, ia mengambil dokumen itu. "Kalian pergilah." Perintah Keith pada asisten dan sekretarisnya.

Ia menuju ke ruangannya sendiri. Sesampainya disana, Keith langsung membuka dokumen itu. Alisnya menukik melihat kertas di map tersebut kosong.

Keith meremas map tersebut. "Siapa yang berani-" ucapan Keith terhenti ketika melihat amplop yang terjaduh dari map tersebut.

Ia mengambilnya dan merobeknya perlahan. Keith membuka lipatan kertas yang ada di amplop tersebut dan membacanya. Amarahnya memuncak ketika membaca isi kertas tersebut, ia meremas map dan kertas tersebut, kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Kedua tangannya bertumpu pada meja, amarahnya semakin membuncah ketika mengingat kembali isi di kertas tersebut.

"Siapa yang berani menantang ku." Geramnya, tangannya hampir merusak ujung mejanya.

"Aghh!! Sialan! Jika dia berani menyentuh Zio, aku akan membunuhnya! Arghh!"

Keith mengusap wajahnya dengan kasar, ia duduk di kursi kebesarannya. Ia mulai melakukan sisa pekerjaannya, membuang pikiran yang menumpuk sejak tadi.

Hanya pekerjaannya lah yang selalu menyingkirkan masalah yang ada di pikirannya.



Isi kertas itu.

Jaga anak yang bernama Zio itu, atau kau akan kehilangan dia, Keith. Tak hanya keluargamu saja yang terobsesi dengan Zio, keluarga saya juga terobsesi pada Zio.

Ingat untuk menjaga Zio, jika tidak kami yang akan membawanya ke mansion kami. Menarik hak asuh Zio darimu, dan mengatasnamakan keluarga kami untuk hak asuh Zio.

Jangan lengah Keith, kami selalu mengawasi keluarga mu. Terutama Zio.

-B


TBC.

Hayo siapa B? Bezzzirrr

Kemaren salah tahun kaviannya 😭😭

"Btw gak bisa double up, cherrie. Lagi rewang😚😚" menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang