7.

9.9K 464 5
                                    

Di sebuah ruangan yang begitu gelap tanpa ada penerangan sama sekali, membuat beberapa orang di dalamnya merasa takut. Apalagi mereka mendengar suara aneh dan melihat sosok hitam bermata merah di sudut ruangan, tak ada yang tau sosok apakah itu.

Orang orang yang ada di dalam ruangan itu berkisar 15 orang, 10 wanita dan 5 anak kecil atau balita. Mereka dikurung oleh seseorang yang tidak mereka kenal, pasalnya saat mereka tertangkap, mereka tak dapat melihat wajah yang menculik mereka karena memakai topeng.

Kelima anak kecil itu ketakutan di dalam ruangan yang begitu gelap itu, terlebih lagi suara suara yang mengerikan itu dan sosok hitam. Kelimanya mungkin akan mengalami trauma dalam kegelapan.

Sengaja, itu sengaja. Mereka akan perlahan lahan hancur dan siap untuk di hancurkan lebih dalam lagi, kejam kan? Tentu. Siapapun itu, ia tak memiliki perasaan apapun pada orang yang telah menyakiti salah satu keluarganya ataupun orang yang ia sayangi.

Krieeeett

Suara pintu besi terbuka menampilkan dua orang dengan pakaian serba hitam, di tangan mereka terdapat beberapa roti dan tentu saja untuk memberi makan mereka sebelum di siksa lebih dalam. Keduanya langsung melemparkan roti itu kedalam, kemudian menutup pintu besi itu. Salah satu dari dua orang itu menyeringai, bahwa sebentar lagi ia akan melihat tuannya menyiksa mereka.

"Makanan terakhir kalian." Batin orang itu.

Pintu tertutup sempurna, dan orang orang di dalamnya saling berebut roti. Mereka tak menghiraukan anak anak yang memelas menatap para wanita itu, mereka juga ingin makan tau. Namun apa boleh buat, mereka itu tak mau mengalah. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri hingga tak memikirkan orang lain. Mereka egois.

"Apa yang kau lakukan! Ini milikku!" Teriak seorang wanita paruh baya yang merebutkan roti dengan seorang wanita.

"Apa apaan! Ini milikku! Kau sudah memakan roti itu! Sekarang yang ini milikku!" Bentak wanita itu.

Tak mereka sadari, seseorang melihat itu di layar laptopnya. Perilaku mereka terpampang di layar tersebut, terlihat betapa egoisnya mereka. Keegoisan mereka membuat orang yang menonton perilaku mereka semakin gencar untuk melihat mereka menderita karena rasa sakit di tubuh mereka.

Ia menyeringai, bayang bayang ketika ia menyiksa mereka. Mulai dari teriakan mereka yang mengalun indah di telinganya, darah yang berceceran di lantai, dan wajah memelas mereka yang seakan akan ingin di bunuh lebih dalam lagi. Ahh, menyenangkan.

"John... Bawa mereka semua ke ruangan itu dan... Tak lupa bius mereka... Kau pasti tau selanjutnya kan, John..." Ucapnya pada asisten pribadinya yang baru saja datang. John yang mendengar perintah tuannya, mengangguk mengiyakan perintah tuannya.

"Tapi... Aku akan bermain dengan mereka setelah selesai makan malam..." John membungkuk hormat dan kemudian melaksanakan tugasnya.

Setelah asistennya pergi, ia memejamkan sejenak matanya hanya untuk mengusir emosinya yang membludak saat mengingat kesepuluh wanita itu dengan kejamnya memukul dan mencaci maki seorang balita polos yang saat ini menjadi bungsu kesayangan keluarganya dan dia.

Beberapa menit ia menenangkan diri, ia pergi dari sana dan kembali ke mansion nya, sekaligus melihat si bungsu manisnya. Ahh... Ia merindukannya, ia ingin memeluknya, namun mungkinkah ia? Keluarganya saja selalu memperebutkan si bungsu, mungkin suatu saat ia akan mendapatkan giliran. Ia tak sabar.

***

Di mansion Maximilian, terlihat semua sudah duduk anteng di kursi masing masing. Tinggal menunggu si bungsu yang merengek tak mau meninggalkan kartunnya.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang