13.

7.6K 441 8
                                    

Pagi ini sangat sejuk dan damai, harusnya menikmati pagi hari yang sejuk ini dan di temani teh ataupun kopi. Yah, seharusnya begitu...

Namun, di mansion keluarga Maximilian tidak menikmati pagi yang indah ini. Lyra, Violet, dan Zivanna berusaha menenangkan bayi menggemaskan mereka yang sedang tantrum.

Setelah menyelesaikan sarapan tadi, Zio ingin ikut dengan Keith ke kantor. Namun tidak di perbolehkan oleh Rainer agar tetap di mansion untuk menemaninya, karena hari ini Rainer hanya ingin di mansion saja.

Zio menangis dengan keras karena tidak di perbolehkan untuk ikut kekantor bersama dengan Keith. Hal itu membuat keluarga Maximilian gelagapan.

"Aihhhhh! Dad! Kau menangisi cucu kesayangan ku!" Zivanna berkacak pinggang, menatap Rainer dengan tatapan tajamnya tapi itu tak akan berpengaruh pada Rainer.

"Apa salah ku? Aku hanya tak memperbolehkannya keluar dari mansion ini! Dede hanya akan menemaniku di mansion ini!" Balas Rainer dengan nada sombong.

"Cih! Seharusnya kau membiarkan Zio pergi... Jika kau membiarkan Zio pergi dengan Keith, ia tidak akan menangis seperti ini! Kau bla bla blaa blaa blaa blaa blaa blaa blaa blaa blaa blaa blaa..." Oceh Zivanna tak ada hentinya.

Valeri melihat istrinya yang mengoceh tak jelas sambil menggerakkan kedua tangannya seakan akan sedang main drama, menganggap istrinya sedang tantrum, sama seperti Zio. Begitu juga dengan Keith dan Oliver, mereka berdua duduk di sofa menunggu perdebatan itu selesai. Sedari tadi mereka berdua hanya memegang kunci mobil dan memainkannya.

Sedangkan yang lainnya, sudah terlebih dahulu pergi karena takut terlambat.

"Hueeeee au itut daddddddyyyyyy haaaaaaa" Zio mendekati Keith dan memeluk kakinya.

"Astagaaaa..." Violet hanya bisa memijat kepalanya yang terasa pusing. Hah, sepertinya Zio mulai nakal.

"Sudahlah, kau bawa saja Zio dan perketat pengawasan Zio." Ucap Lyra pada suaminya.

"Hey! Mana boleh! Zio tetap disini!" Bantah Rainer, namun ia tak mau membantah lagi ketika Zivanna menatapnya dengan tajam. Hal itu membuat nyalinya menciut, tak berani pada menantunya itu.

"Eee iya iya, boleh kok." Lanjut Rainer dengan tidak rela, karena jauh dari dede Zio.

"Kapan pak tua ini di panggil tuhan huh!" Batin Zivanna.

Keith memberhentikan mobilnya di halaman perusahaannya, ia keluar dengan zio di gendongannya lalu masuk kedalam bangunan tinggi itu. Untuk masalah mobilnya, ia serah kan pada petugas gerbang.

"Benvenuto, signor Keith." Salam seoang wanita yang bertugas di resepsionis pada bosnya yang hanya di balas anggukan oleh Keith. (Selamat datang, tuan Keith)

Wanita itu sedikit terkejut karena bosnya membawa seroang balita yang imut, baru ingin mengagumi wajah balita itu, tatapan tajam dari bosnya itu membuatnya nyalinya menciut. Tatapan bosnya itu seakan akan menerkamnya bak singa menerkam rusa yang sudah menjadi targetnya.

"Tieni lo sguardo." Geram Keith, ia langsung menutupi zio dengan jasnya agar tak di lihat oleh orang orang. Ia langsung menuju lift khusus untuk dirinya. (Jaga tatapanmu)

"Daddyyy cumuk!" Zio bergerak tak nyaman di dalam jas Keith, kepalanya menyembul keluar dari jas Keith.

"Daddy maahhh dede cumuk auuu... nda au cama daddy agi, ahat... dede au ulangggg mommmyyy maamiiii huaaaaaaa..." Keith gelagapan karena zio tiba tiba menangis dan meminta pulang.

Hingga Keith mengambil ponselnya dan mencari kartu Marsha and the Bear, zio pun berhenti menangis dan mengambil paksa ponsel Keith. Agak terkejut dengan tindakan zio yang mengambil paksa ponselnya. Yah, setidaknya zio anteng dengan kartun kesukaannya.

Sesampainya di kantor Keith, Zio anteng dengan kartunya bahkan ia di sediakan cemilan dan susu coklat kesukaannya.

***

"Siapkan penerbangan untuk pergi ke Italia..." Ujar seorang pria pada sebrang telepon, asisten pribadi pria itu.

"Gunakan pesawat pribadi milik pak tua Rainer itu saja... Jangan beritahu mereka." Lanjutnya dan langsung menutup telepon itu sepihak.

Pria itu menyeringai setelah menutup telepon, hingga ia merasakan tepukan di bahunya dan pelakunya adalah istrinya.

"My love... Kita akan bertemu dengan baby?" Tanya wanita itu dengan nada lembutnya. Sedangkan suaminya langsung merangkul pinggangnya dan mencium pipinya.

"Sure, love. Kita akan bertemu dengan the cutie." Ujar pria itu.

"Ah, I can't wait." Ucap wanita itu, tak lupa dengan seringainya.

"Tidak kamu saja, love. Me too, i wanna monopolize the cutie." Ucap pria itu dengan seringainya.

"Victor! Come here!" Teriak seorang wanita paruh baya, membuat orang yang bernama Victor itu tersentak.

"My love, sebentar yaa." Pria itu, mencium seluruh wajah istrinya dan kemudian berlari bak anak kecil. "Yes moommmm, i'm comminggggg!"

Sedangkan sang istri memijat pelipisnya, pusing melihat kelakuan suaminya yang seperti anak kecil. Hanya anaknya yang selalu diam dan sikapnya yang dingin. Hah, tapi untung lah, melakukannya tidak seperti ayahnya dan kakeknya... Apalagi kakek buyutnya.

Kenalan dulu...

Enno Maximilian, anak bungsu dari Rainer. Sikap Rainer menurun pada Enno, yang selalu berperilaku seperti anak kecil. Enno memiliki istri bernama Giselle Jasmine. Giselle sendiri adalah wanita dominan yang menyukai perilaku kekanakan Enno waktu kuliah dulu.

Enno dan Giselle hanya memiliki satu anak yang bernama Victor Maximilian. Sikap Victor tak ada bedanya dengan Enno sendiri, hal itu membuat Giselle sedikit kesal. Namun kekesalan itu hilang ketika melihat wajah Victor yang hampir mirip dengannya.

Victor memiliki istri bernama Aurora Eirene. Sama seperti Giselle, Aurora adalah wanita dominan. Victor dan Eirene hanya di karuniai seorang putra bernama Dorian Maximilian.

Setelah semuanya siap, keluarga bungsu Rainer pun berangkat menggunakan pesawat pribadi milik Rainer. Hanya butuh beberapa jam untuk sampai, jadi mereka lebih baik mengurus urusan mereka dengan pasangan.

Dorian? Mending tidur.

***

"DEDE ULANGGGG!!! MAMIIII!" pekik Zio ketika sudah sampai di mansion. Ia langsung memeluk Violet, membuat hati cemburu Lyra berkobar.

"Huh? Mommy nda di peluk?" Cemberut Lyra, namun bukannya mendapat pelukan dari zio, ia malah mendapat pelukan dari suaminya.

"Sama aku aja." Bisik Keith pada Lyra, wajah Lyra memerah di buatnya. Sangking malunya ia memukul bahu suaminya dengan keras, tapi itu tak seberapa bagi Keith.

Violet membawa zio ke kamarnya untuk di mandikan, meninggalkan dua sejoli yang sedang bermesraan itu. Tak lupa ia menutup mata zio agar tak melihat apa yang dilakukan dua sejoli itu.

"Mami... adi dede iat cucu pink..." Celetuk zio di gendongan Violet.

"Susu Pink? Oh itu susu rasa stroberi sayang." Ujar Violet.

"Susu setobeli? Dede au ugaaa au obaaa!" Seru zio dengan tatapan binar.

"Iya, nanti minta yuyut."

"Ya! YUYUTTT!! DEDE AU CUCU PINKKKK!" Teriak zio di lorong lantai dua, suara menggema membuat Rainer membuka pintu kamarnya dengan tatapan bingung. Susu Pink?




Selanjutnya pasti kalian tau.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang