17.

3.7K 308 3
                                    

Guilia turun dari mobil setelah papanya. Ia kira papanya akan menunggunya, namun ternyata tidak. Papanya sudah masuk kedalam mansion dengan seorang pria.

Guilia menengok ke mobil yang ada di sebelahnya, matanya melebar ketika melihat temannya.

"Sofiaaaaa~" Guilia berlari menuju Sofia dan memeluknya.

"Lia~" Sofia membalas pelukan Guilia. "Ih, udah lama kita nda ketemu!" Senang Sofia.

"Iya! Yuk masuk, di dalam ada papa..." Guilia menarik Sofia untuk masuk.

"Eh? Ada papa Rio?" Tanya Sofia yang dibalas anggukan oleh Guilia.

"Kalo papa ada pasti papa fran ada kan? Yuk masuk!"

Kedua gadis kecil itu pun masuk kedalam mansion sambil bergandengan tangan. Hal pertama yang mereka berdua lihat adalah ayah mereka berbincang dengan Oliver.

Namun pandangan mereka tertuju pada Zio yang asik memakan buah. Guilia dan Sofia pun saling pandang dan mendekati Zio.

"Hai" sapa Guilia pada Zio, ia duduk tepat di depan Zio.

"Halo" sapa Sofia dan duduk di sebelah kiri Zio.

"Capa?" Tanya Zio bingung.

"Seharusnya kita yang tanya... Kamu siapa?" Tanya Guilia.

"Nama dede Zio" jawab Zio sambil memasukan buah kedalam mulutnya.

"Dede Zio? Kamu anak pelayan ya? Soalnya kita gak pernah liat kamu..." Ucap Sofia dengan tampang polosnya.

"Ukan... dede ukan nak peyayan" balas Zio.

"Terus anak siapa? Kita enggak kenal kamu, kamu pasti bukan dari keluarga daddy Oliver." Timpal Guilia.

Zenan mendengar pembicaraan ketiga balita itu, membuat amarahnya naik. Bagaimana tidak, adiknya yang tak tau apa apa di kira anak pelayan.

Tapi ia tak bisa memarahi dua anak perempuan itu, karena keduanya juga masih anak anak. Namun, dari mana mereka berdua mengetahui perkataan itu.

"Heh, sudah... Kalian sudah kenalan belum? Kenalan dulu dong" lerai Zenan, ia tak mau mendengar ucapan dari mulut kedua bocah perempuan itu.

"Kita belum kenalan... Tapi dede udah kasih tau namanya, cuma kita yang belum." Balas Guilia.

"Dede, nama aku Guilia. Dede bisa panggil aku Lia aja ya?" Lanjutnya.

"Lia antik." Puji Zio, hal itu membuat semburat merah di pipi Guilia.

"Tentu, karena... Lia cantik!" Ucap Guilia dengan nada senangnya.

"Kalo nama aku Sofia." Sahut Sofia. Zio memandang mereka berdua dengan tatapan polos.

"Pia cama Lia tantik." Puji Zio pada mereka berdua dan tentusaja membuat pipi kedua anak perempuan itu terdapat semburat merah.

"Dede juga imut, hihi." Ucap Guilia malu malu. Ia senang di puji cantik oleh Zio.

Sedangkan Sofia, ia malu karena pertama kalinya ada yang memanggilnya dengan panggilan khusus. 'Pia' nama panggilan dari Zio, itu membuatnya senang bukan main.

"Nah, kalo udah kenalan kalian main dulu ya... Kakak Zenan akan temani kalian." Ucap Zenan. Sebenarnya ia tak mau menjaga kedua gadis kecil itu, tapi karena ada Zio ia terpaksa menjaga kedua gadis kecil itu.

Zenan menepuk kepala ketiga dan duduk di sofa sambil bermain ponselnya, sesekali ia akan melihat aktivitas ketiganya.

"Main petak umpet yuk?" Ajak Sofia. Guilia mengangguk semangat, ia menyukai permainan tersebut. Jika ada lomba, ia pasti menang kerena ia sulit di temukan.

"Petak umpet?" Zio memiringkan kepalanya, ia baru mengetahui permainan tersebut.

"Dede nda tau petak umpet?" Tanya Sofia, dibalas gelengan oleh Zio.

"Patak umpet tuh... Kaya mana jelasinnya, Lia bantuin~" Sofia menyenggol lengan Guilia agar menjelaskan cara memainkan petak umpet pada Zio.

Guilia sedikit terkejut, "ah! Petak umpet itu... eee Lia ga tau..." Guilia pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan cengengesan.

"Oh! Kalo dede jaga, dede harus nemuin kita berdua telus kalo Lia yang jaga dede sama Sofia sembunyi, gituuu~" lanjut Guilia.

"Ooo telus alo dede aga... dede aga apa?" Zio menatap keduanya dengan tatapan polos, sedangkan kedua gadis itu menepuk dahinya.

Bagaimana menjelaskan permainan petak umpet pada Zio? Huh!










"Adek, Ayuk pulang... Udah mau sore nih." Bujuk Francesco pada putrinya yang tak mau pulang.

"Nda mau papa, mau sama dede aja~" rengek Sofia, ia memeluk Zio agar ia tidak pulang.

Guilia melihat Zio dan Sofia berpelukan membuatnya merasakan sesuatu dalam dirinya yang tidak ia ketahui. Ia merasa, bahwa ia tak terima Zio di peluk oleh Sofia.

Tak mau kalah, Guilia pun memeluk Zio juga. "Lia juga gak mau pulang!"

"Yah, seperti anak gadis kita menyukai Zio pada pandangan pertama, hahaha!" Ucap Vittorio, ia merangkul pundak Oliver dan Francesco.

"Mana mungkin..." Ucap Oliver tak terima.

"Ya benar, mereka itu masih kecil... tak tau tentang cinta" ucap Francesco menyetujui ucapan Oliver.

"Buktinya Keith" celetuk Vittorio, hal itu membuat Oliver batuk.

"Hahaha!~"

"Sudahlah, kalian pulang... Ini sudah hampir sore, istri kalian pasti khawatir." Ucap Oliver, ia mendekati ketiga anak itu dan melepaskan Zio dari pelukan maut kedua anak sahabatnya.

"Aaa~ daddy Oliver dedenya jangan di ambil!!" Rengek Guilia, namun Vittorio menggendong anaknya dan membawanya keluar, begitu juga dengan Francesco.

"Kita pulang dulu." Ucap Francesco, menghiraukan Sofia yang memberontak karena tak mau pulang.

Oliver hanya memandang mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Setelah itu ia membawa Zio kekamar untuk membersihkan diri bersama. Mwehehehehe~




Author: huh, dedeku direbutin.

Gak mau tau di vote pokoknya 🐛🐛

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang