Hampir satu bulan keluarga Enno berada di Italia dan hari ini mereka memutuskan untuk kembali ke alamnya (negara Inggris). Namun, Enno dan Victor tak mau kembali ke alamnya.
Kenapa? Tentu saja karena tidak mau lepas dengan Zio, cutie mereka.
"Gak mauuuuu~ cutie, baby, dede, tamu cedih tan di inggal kakek~" rengek Enno sambil memeluk pilar mansion, tak mau pergi.
"Nda tu." Ucap Zio dengan nada biasa saja.
Tapi di telinga Enno, nada itu terdengar cetus seolah olah Zio tak menyukai keberadaannya. Tubuh Enno lemas seperti kertas sampai bayangan putih keluar dari mulutnya.
"Dad!! Jangan main main!" Victor mendekati Enno. Ia menangkap bayangan putih itu dan memasukkannya kembali kedalam tubuh Enno.
"Ohok biad*ab..."
"Hah... Mereka ini..." Keluh Giselle.
"Aku heran dari mana mereka mendapatkan sifat seperti itu." Heran Aurora, karena sejak awal ia tak mengetahui lebih dalam tentang keluarga Maximilian.
"Tentu saja pak tua sialan itu..." Timpal Zivanna, mencibir Rainer.
"Ohh, ngomong ngomong... Siapa istrinya?" Tanya Aurora dengan kekepoannya.
"Ah, iya juga... Aku tidak mengetahui istrinya, begitu juga dengan Vio." Timpal Lyra yang ikut kepo.
"Istrinya itu dari keluarga terpandang... Namanya pun di sembunyikan." Ucap Giselle.
"Aku juga..." Ujar Zivanna.
"Ah, sudahlah... Sebentar lagi aku kan berangkat." Sahut Giselle.
"Oh iya, hati hati di jalan ya."
"Iya..."
Giselle menarik kerah kemeja Enno, membawanya masuk kedalam mobil. Tak hanya Giselle, Aurora pun begitu. Ia menarik kemeja suami dan pakaian anaknya, ia tak peduli jika itu akan robek.
"Dede lagi apa? Makan buah? Kayanya enak~ bagi dunggg~" Zenan membuka mulutnya, menunggu Zio memasuk buah kedalam mulutnya.
Namun, yang di harapkan Zenan salah. Zio memasukan sendok kedalam mulut Zenan.
"Nda boleh... Ini unya dede, kakak nda boleh minta! Hung!" Ucap Zio sambil menjauhkan piring yang berisi buah yang sudah di potong potong.
"Dede nda boyeh peyit... Nanti pantatnya kelap-kelip loh..." Ucapan Zenan mampu membuat Zio terkejut.
"Benelan?" Zenan mengangguk dan Zio buru buru memasukan semua buah yang ada di piring kedalam mulut Zenan.
"De- uhuk uhahh.." (udah)
Zenan hanya bisa pasrah, untung saja buahnya tidak terlalu susah di kunyah. Seperti pisang, buah naga dan jeruk.
"Mam nan anyak..."
Ting tong
Bel mansion berbunyi, hal itu membuat Zio dan Zenan menghentikan aktivitasnya. Mereka berdua saling pandang seolah menanyakan, siapa yang datang?
Bodyguard yang berjaga di pintu mansion pun langsung membuka pintu.
Zenan membersihkan mulutnya yang terdapat sisa sisa buah. Ia pun berdiri untuk melihat siapa yang datang.
"Eh loh, kak Marco dan kak Richard... Lagi cari kak Zhen ya?"
Yap, yang datang ke mansion Maximilian adalah Marco dan Richard.
"Iya, Zhennya ada?" Tanya Richard.
"Ada di ruangan pribadinya... Kalo mau nemuin, silahkan." Ucap Zenan mempersilahkan.
"Iya, makasih. Tapi kayanya, om Oliver mengundang keluarga kita berdua kesini... Jadi sekalian kita mau ketemu sama Zhen." Timpal Marco.
"Oh, kira kira kenapa?"
"Mungkin sekedar melepas rindu... Haha~"
"Kita berdua masuk dulu ya, mau ketemu Zhen..." Marco dan Richard masuk kedalam mansion dan menuju ruangan pribadi Zhen.
"Zena" panggil Oliver dari tangga. "Mereka udah datang?" Tanyanya.
"Belum, tapi Marco dan Richard udah datang karena ingin bertemu dengan kak Zhen. Kenapa undang mereka ke sini?" Tanya Zenan penasaran.
"Hanya bertemu, udah lama gak ketemu kan..." Ucap Oliver ketus.
Tak lama setelah itu, terdengar deru mobil di luar mansion. Sepertinya mereka sudah datang.
"Mereka datang" ucap Zenan.
"Aku dengar, aku tau..." Acuh Oliver.
"Entah kenapa aku punya daddy sepertinya, tapi kalo daddy ga ada... Gue juga ga ada~ huhu sedihnya ketua..." Batin Zenan.
Oliver duduk di sofa, menunggu mereka masuk kedalam mansion. Hingga yang di tunggu-tunggu datang.
"Yo bro~ ternyata lu masih ingat kita berdua~" ucap seorang pria, ia menyelonong masuk begitu saja dan merangkul pundak Oliver, Vittorio Moretti.
"Setidaknya beri salam..." Ketus Oliver.
"Biasanya juga enggak" timpal pria satunya, Francesco Bianchi.
"Istri kalian enggak datang?" Tanya Oliver berusaha mengalihkan topik.
"Sebenarnya sih itu, hanya saja ketika mereka berdua bertemu... Kau tau itu..." Ujar Vittorio.
"Oh"
"Aku dengar berita, keluargamu mengadopsi seorang balita?" Tanya Francesco yang hanya di balas anggukan oleh Oliver.
"Kita juga bawa putri kita loh haha~" sombong Francesco.
"Eh, ada Zenan... Kamu jagain putri kita berdua ya? Kita mau ngobrol sama bapakmu..." Ucap Francesco.
"Iya, om."
Ketiga pria itu pun pergi meninggalkan Zenan dengan ketiga bocil, setelah mendapatkan persetujuan dari Zenan. Sedangkan Zenan hanya bisa menghela nafas, ah... Menjaga dua gadis kecil itu sedikit susah.
Keluarga Moretti dan keluarga Bianchi merupakan dua keluarga yang terpandang. Selain itu, dua keluarga itu adalah teman keluarga Maximilian atau bisa di bilang ketiga keluarga tersebut adalah sahabat.
Francesco Bianchi adalah teman Oliver sedari kecil. Tentu saja karena keluarga mereka sering bertemu. Begitu juga dengan Vittorio Moretti.
Francesco memiliki istri yang bernama Isabella Bianchi. Mereka di karuniai dua anak, si sulung bernama Richard Bianchi dan si bungsu bernama Sofia Bianchi.
Sedangkan, Vittorio memiliki istri yang bernama Elena Moretti. Mereka juga di karuniai dua orang anak, si sulung bernama Marco Moretti dan si bungsu bernama Guilia Moretti.
(Sofia dan Guilia seumuran dengan Zio)
Author note : kemungkinan 4 bab lagi end dan gue ada tugas sekolah, walaupun gue libur... Ada tugas kemarin yang harus di kerjakan. Huh gue buat cerita dikit amat, sorry ya.
Ceritanya makin kesini makin gak jelas...
Sore atau malam gue up lagi!!
Di vote hunny. 😤
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Zio [End]
Random[BROTHERSHIP] Zio adalah balita berumur 3 tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan. Zio selalu di benci oleh anak anak panti dan begitu juga dengan pengurus panti. Zio tak mendapat keadilan selama di panti, namun karena Zio yang polos hanya bisa me...