Setelah bertemu dengan Rainer, Zio di kurung dalam kamar Rainer dan tidak di perbolehkan keluar kamar karena takut akan dimonopoli oleh kelurga sulungnya. Jika di tanya oleh keluarga sulungnya, maka Rainer akan menjawab... 'kalian sudah berbulan bulan bersama dengan zio maka giliran ku.'
Rainer sangat posesif pada Zio, untung saja Zio hanya menurut saja pada Rainer. Kenapa tidak menangis? Karena di dalam kamar Rainer, Zio hanya bermain mainan yang dibelikan oleh Rainer, menonton kartun kesukaannya, dan Zio juga punya hewan baru, rubah yang diberi nama omu oleh Zio sendiri.
Ahh, tentang hewan... Sepertinya Zio melupakan anak kucingnya, Mio. Kasihan Mio.
Untuk makan, Rainer selalu menyuruh maid untuk mengambilkannya. Zio tidak di perbolehkan keluar dari kamar Rainer, bahkan yang di luar pun tak bisa masuk tanpa seizin Rainer.
***
Matahari malu malu menunjukkan sinarnya. Dua orang laki laki berbeda usia masih terlelap di kasur kingsize dan berpelukan erat seakan akan salah satu dari mereka akan hilang.
Rainer membuka matanya dan mengerjap pelan guna menyesuaikan cahaya sekitar. Ia melihat ke samping kanannya, terdapat Zio yang masih tertidur lelap tanpa terganggu dengan sinar matahari yang masuk dari celah korden.
"Baby, wake up" Rainer mengusap pelan rambut Zio yang terasa halus di tangannya dan kemudian mencium kening Zio.
Rainer mengerutkan kening ketika merasakan panas di bibirnya. Ia melihat Zio yang tertidur dengan dahi berkerut dan wajah Zio yang sedikit memerah, Rainer sontak meletakkan punggung tangannya di dahi Zio. Benar dugaannya, Zio demam!
Rainer masih terlihat tenang, ia pun segera mengambil ponselnya dan menelpon dokter pribadi keluarga Maximilian. Tak lupa, ia menelpon menantunya, Zivanna untuk segera datang ke kamarnya.
Tak butuh waktu lama, Zivanna sudah masuk kedalam kamar Rainer dengan wajah panik.
"Astaga! Dad-"
"Tak perlu khawatir, aku sudah menelpon dokter pribadi... mungkin ia akan segera datang." Ucap Rainer memotong ucapan Zivanna.
"Dad, sudah ku bilang jangan mengambil Zio dari kita... gini kan jadinya! Bagaimana nanti jika terjadi pada Zio?! Kau yang seharusnya bertanggung-jawab..." Amuk Zivanna pada Rainer.
"Iya iya, daddy salah..." Yah, lebih baik mengalah dari pada melanjutkan perdebatan kecil itu.
"Unggh... hic hic ommy" lenguh Zio yang baru saja bangun dari tidurnya karena mendengar suara berisik.
"Kan! Zio saja mencari Lyra!" Amuk Zivanna lagi.
"Ck! Sudahlah! Kau panggil kedua menantumu itu." Ucap Rainer sembari menenangkan Zio yang merengek. Ia malas berdebat dengan menantunya itu, walaupun sudah tua mereka bisa adu bacot kapan saja jika bertemu.
"Cih!" Zivanna langsung keluar dari kamar Rainer.
"Hic hic hic... Ommyyy, yuyut au ommyy hic" rengek Zio pada Rainer.
"Iya, mommy sebentar lagi datang..." Rainer menepuk pelan punggung Zio agar tidur kembali.
"Ughhh, cakitt yuyut anasss... Ungg yuyut..." Rainer menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung bagaimana menenangkan bayi yang lagi rewel.
Jika Rainer kebingungan di dalam kamarnya, berbeda lagi di luar, lebih tepatnya di ruang makan. Setelah mereka di beritahu oleh Zivanna bahwa Zio sakit, mereka menggeram menahan amarahnya. Jika Rainer bukan salah satu keluarganya, mungkin sudah babak belur. Berbeda dengan para menantu, Lyra dan Violet khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Zio [End]
Random[BROTHERSHIP] Zio adalah balita berumur 3 tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan. Zio selalu di benci oleh anak anak panti dan begitu juga dengan pengurus panti. Zio tak mendapat keadilan selama di panti, namun karena Zio yang polos hanya bisa me...