Oliver mengendari mobil dengan kecepatan rata rata, ia mencoba menenangkan diri. Walaupun ia sudah membunuh orang yang merasa harus di bunuh, ia masih merasa harus menenangkan diri lagi.
Ia berniat untuk kembali ke mansion dan mencoba menenangkan diri dengan kertas kertas di atas meja kerjanya. Biasanya orang orang jika ingin menenangkan diri pasti ke bar atau jalan jalan ke luar negeri, tapi Oliver? Ia menenangkan diri dengan sahabatnya, kertas. Jika itu orang lain, mungkin tambah stress karena melihat huruf dan angka.
Sesampainya di mansion, Oliver langsung menuju ke ruang pribadinya. Duduk di kursi kebesarannya, menatap langit dengan tatapan yang sulit di artikan.
Ia melupakan sesuatu...
Oliver menghiraukan itu dan melanjutkan pekerjaan bersama dengan sahabatnya, kertas. Tak berselang lama, ia mengalihkan pandangannya. Menatap kotak yang ada di atas sofa yang berada di ruang pribadinya.
"Ah, kotak itu..." Ia ingat kotak itu, pantas saja ia lupa tadi.
"Besok saja di berikan padanya." Gumam Oliver lalu kembali dengan pekerjaannya.
***
Matahari menunjukan netranya, menunjukan bahwa hari sudah pagi, tak lupa dengan burung berkicau yang terdengar indah di telinga.
Di kamar yang bernuansa baby blue, Zio masih terlelap di atas kasur, menghiraukan sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah jendela.
Ceklek
Lyra masuk kedalam kamar dan melihat Zio yang masih terlelap membuatnya hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa beruntung mengadopsi Zio, karena membuat anggota keluarga Maximilian tersenyum di buatnya.
Lyra mendekati kasur dan duduk di salah satu sisi kasur. Ia mengelus rambut Zio yang terasa halus di tangannya.
"Baby bangun, bangun sayang." Panggilnya namun hanya di balas deheman oleh sang bayi.
"Astaga, hey bangun baby hm?" Lyra menggoyangkan bahu Zio untuk membangunkan Zio.
"Ungg mommy" Zio menarik tangannya keatas, meregangkan otot mungilnya.
"Iya ini mommy." Lyra mengangkat Zio ke dekapannya dan memberi ciuman selamat pagi.
"agi mommy, hihi." Zio cengengesan ketika mendapat ciuman selamat pagi dari mommy nya, hal itu membuat Lyra terkekeh.
"Ayo mandi kita bermain dengan om bebek." Ajak Lyra.
Seketika mata Zio berbinar, siapa sih yang ga mau mandinya di temenin sama om bebek?
"Au mommy auu au andiiii" antusias Zio membuat Lyra kembali terkekeh. Ia menggendong zio menuju kamar mandi dan memandikan zio.
Setelah selesai, zio di baringkan di atas kasur dengan handuk besar yang melilit tubuh zio, seperti bayi di gedong. Lyra menuju lemari, mencari pakaian yang cocok untuk zio.
Setelah menemukannya, Lyra membaluri tubuh zio dengan minyak telon dan bedak terlebih dahulu dan setelah itu Lyra memakai baju. Sebuah ide terlintas di pikirannya.
"Baby disini dulu ya? Jangan kemana mana, mommy mau mengambil sesuatu."
"Otee ommyy" Zio patuh dan mengangkat kedua kakinya agar tangannya menyentuh kakinya itu.
Lyra melihat itu merasa gemas, tak tahan untuk memberikan ciuman pada zio. Kemudian Lyra menuju salah satu lemari dan mencari sesuatu.
Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Lyra mendekati zio yang menatapnya dengan polos. Lyra memakaikan kaos kaki mungil dengan boneka di beruang yang menempel di kaos kaki itu. Lalu, Lyra memasangkan sepatu berbulu yang akan bunyi saat zio berjalan.
"Uduhhhh gemesss nyaaaa" lyra dengan gemas menciumi wajah putranya dengan brutal. Sedangkan zio merasa kegelian akibat kelakukan mommy nya.
"Udah yuk turun, kita sarapan! Let's go!!!"
"Ettt goooo!"
***
Di ruang makan, keluarga Maximilian sudah duduk anteng di kursi masing masing, tinggal menunggu Lyra dan Zio. Hanya ada keheningan di ruang makan itu, tak ada yang membuka suara sedikit pun.
Hingga terdengar suara seperti peluit? Membuat mereka mengalihkan pandangannya. Terlihat Lyra yang menggandeng tangan Zio, sedangkan zio menatap sepatu berbulunya yang berbunyi di setiap langkahnya. Ia tertarik dan tak akan melepaskan sepatu itu.
"Astaga imutnyaa" gemas Violet, ia menggenggam erat tangan suaminya yang ada di sampingnya.
Zio mendongak menatap polos keluarganya itu, ia melepaskan genggaman tangan Lyra dan berlari menuju opanya. Yang lain menatap gemas Zio saat berlari.
"Opa! Patu Zio, hihi!" Valeri Terkekeh gemas Zio, ia mengangkat Zio dan mendudukkannya di pangkuannya.
"Gemes banget sih." Valeri mencium brutal seluruh wajah Zio, sang empu hanya terkikik kegelian saat kumis opanya bertemu dengan kulit wajahnya.
"Sudah lah tuh, lihat Zio... Wajahnya sudah memerah." Lerai Zivanna dan membuat yang lain tertawa.
Setelah bercanda ria, mereka memulai makan sarapan mereka. Tadinya sih tenang, namun karena celoteh Zio yang membuat suasana ruang makan menjadi lebih hangat.
Paginya saja sudah di awali dengan kelucuan Zio dan di tambah lagi tawa Zio di pagi hari, membuat keluarga Maximilian menerbitkan senyumnya. Tingkah Zio memang membuat perubahan pada keluarga Maximilian.
***
Setelah sarapan, Vernon pamit untuk pergi ke sekolah. Hari ini sekolah mengadakan acara perpisahan kelas 12, alhasil Vernon menggunakan pakaian formal.
Begitu juga dengan Keith dan Zhen, mereka berdua pamit pergi ke perusahaannya. Sedangkan Aldino pamit untuk kuliah. Zenan? Ia pergi ke markas gengnya, sudah lama ia tak kesana karena ia sudah menjadi mantan ketua geng itu.
Di ruang keluarga sudah ada Lyra, Violet dan Zivanna, mereka sedang menemani kesayangan mereka yang anteng menonton TV. Sesekali mereka membicarakan sesuatu, mungkin gosip.
Oliver tadi pamit sebentar untuk mengambil sesuatu, dan sekarang ia kembali dengan kotak sedang di tangannya. Zivanna yang menyadari itu pun bertanya.
"Apa itu, Ive?" Tanya Zivanna dengan memanggil Oliver dengan nama 'Ive', karena nama panggilan itu khusus untuk Oliver.
"Bukan apa apa." Zivanna di buat kesal oleh anaknya, ia pun hanya diam melihat apa yang akan di lakukan anak bungsunya itu. Begitu juga dengan Lyra dan Violet.
"Baby?" Oliver duduk di atas karpet berbulu bersama dengan Zio yang fokus menonton kartun.
"Suuuu papi Zio agi onton anti aja ya?" Jawab Zio tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.
"Yah, padahal papi bawain hadian." Seketika Zio menoleh dan menatap binar papinya. Ia menatap kotak sedang yang ada di tangan Oliver.
Zio seketika tertarik dan mendekati kotak itu. "pa ni papi?" Tanyanya.
"Bukalah." Oliver memberikan kotak itu.
Zio langsung berdiri dan mencoba membuka kotak itu. Awalnya ia bingung, bagaimana ia membuka kotak tersebut. Berkali kali mencoba akhirnya ia bisa membuka sendiri.
Mata Zio berbinar melihat boneka yang menurutnya lucu, ia langsung mengambilnya boneka itu.
"Oneka!!! Yeyy!! Maci papiii!" Zio memeluk Oliver dan mengecup pipi Oliver.
Ada perasaan hangat di hati Oliver, ia membalas pelukan Zio dan sesekali mengelus punggung Zio. Oliver merasa senang dengan apa yang ia lakukan sekarang, ia akan mempertahankan kehangatan itu.
Tanpa di sadari Oliver, Lyra, Violet dan Zivanna tersenyum melihat interaksi Zio dan Oliver.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Zio [End]
Random[BROTHERSHIP] Zio adalah balita berumur 3 tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan. Zio selalu di benci oleh anak anak panti dan begitu juga dengan pengurus panti. Zio tak mendapat keadilan selama di panti, namun karena Zio yang polos hanya bisa me...