19.

3.5K 305 0
                                    

Pagi hari ini Sofia sangat senang, dikarenakan ia akan pergi ke mansion Maximilian hanya untuk bertemu dengan Zio. Ia diantar oleh kakaknya, Richard.

Awalnya sih begitu. Tapi, senyuman yang tadinya tertera di wajah Sofia kini luntur ketika ia melihat Guilia yang juga datang ke mansion Maximilian.

Keduanya menatap permusuhan. Padahal mereka adalah sahabat, namun kebencian itu muncul karena menyukai satu orang.

"Lu kesini juga?" Ucap Richard sambil merangkul pundak Marco.

Marco mengangguk sebagai jawaban. "Iya, katanya Lia mau main kesini. Gue juga ada urusan pekerjaan sama Zhen."

"Widih, gak ngajak ngajak. Yodah yuk masuk~ woy kalian berdua, yok masuk!" Panggil Richard pada kedua gadis kecil tersebut.

Sebelum Marco mengikuti langkah Richard, ia menatap kedua gadis kecil itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Entah itu membenci, tak suka atau apalah.






"Tuan Zhen, di luar ada tuan Marco dan tuan Richard. Mereka mencari anda." Ucap salah bodyguard.

Zhen berdecak kesal karena kesenangannya dengan Zio terganggu. Ia dan Zio sedang bermain tanah kinetik yang kemarin Zhen belikan.

Tak hanya itu, Zhen membelikan mainan seperti dinosaurus, pisau mainan, wadah untuk mencetak tahan kinetik tersebut.

"Beritahu mereka, tunggu di ruang tamu." Ucap Zhen sambil berdiri dan membersihkan pakaian santainya yang sedikit kotor.

Bodyguard tersebut membungkuk dan pergi untuk memberitahu apa yang di perintahkan oleh Zhen.

"Dede, mau ikut?" Tanya Zhen, namun di balas gelengan oleh Zio.

"Dede acih au ain."

Zhen menghela nafas dan pergi keruang tamu. Di sana sudah ada Marco dan Richard yang saling berbicara tentang pekerjaan, kemudian adik perempuan mereka yang duduk berjauhan di sofa. Tumben sekali...

"Kenapa?" Ucapan Zhen mampu mengalihkan pandangannya keempat manusia yang berbeda umur itu.

Melihat Zhen datang, kedua gadis kecil itu turun dari sofa dan berlari mendekati Zhen.

"Kakak zhe dimana dede?"

"Kakak dimana dede? Aku bawa mainan untuk dia!"

"Aku bawa biskuit buatan mama. Dimana dede, kakak zhe?"

Zhen baru datang sudah di suguhi pertanyaan oleh kedua gadis kecil itu dan mereka berdua mencari Zio. Sebegitu tertariknya mereka pada Zio?

Zhen menunjuk ke salah satu pintu yang sedikit terbuka. "Ada di dalam ruangan sana... Kalian bermainlah dengan Zio dan jangan berbuat ulah." Peringat Zhen pada mereka berdua dan ia pergi menuju kedua temannya.

Sofia dan Guilia berlari menuju ruangan yang di tunjuk oleh Zhen.

"Aku duluan!" Pekik Guilia. Ia langsung membuka pintu tersebut dengan kasar, mengagetkan Zio yang berada di dalam.

"Lia pia, dede aget tau hump" Zio mengembungkan pipinya, kesal Guilia yang membuka pintu dengan kasar.

"Dede! Aku bawa mainan!" Pekik Sofia, dengan menenteng paper bag berukuran sedang.

Sofia dan Guilia saling berpandangan, mereka menatap dengan kebencian di mata mereka. Ingatkan sekali lagi, mereka akan berlomba untuk menarik perhatian Zio.

"Talian tenapa cih... dede au ain tau! Janan belantem! Ata mommy nda boyeh belantem!" Ucap Zio yang sudah berdiri melerai Guilia dan Sofia.

Zio, padahal mereka belum saling pukul loh. Kenapa kaya udah tau kalo bakal berantem.

Kenapa?
Karena Zio melihat dari mata kedua gadis kecil itu.

"Dede, kita main berdua aja yuk?" Guilia menarik tangan kiri Zio.

Namun, Sofia tak mau kalah dan menarik tangan kanan Zio. "Enggak! Dede bakalan main sama aku!"

"Enggak boleh! Dede itu cuma boleh main sama aku! Ga boleh sama kamu!" Pekik Guilia, ia menarik tangan Zio dengan kencang dan membuat Zio mendekat kearahnya.

"Kamu itu enggak di ajak! Dede cuma boleh main sama aku!" Sofia menarik tangan Zio, begitu pula sebaliknya.

Sedangkan di sisi Zio, ia merasa sakit di kedua tangannya. Tangannya terus ditarik ke kiri dan ke kanan, apalagi ia sempat terjatuh. Namun kedua gadis itu tidak menghiraukan Zio.

Bibir Zio melengkung kebawa, air matanya mulai keluar.










Zhen dan kedua temannya sedang membicarakan proyek yang akan mereka kembangkan. Mereka melakukan itu di ruang tamu dengan penjagaan yang ketat dan bodyguard terpercaya.

"Bagaimana menurut kalian berdua?" Tanya Marco dengan Zhen dan Richard.

"Menurut ku ini terlalu banyak mengeluarkan modal yang sangat besar. Terlebih lagi ini juga memerlukan teknologi yang sangat canggih." Ucap Richard memberikan pendapat.

"Benar, selain memerlukan teknologi yang sangat canggih... Ini juga memerlukan-" ucapan Zhen terhenti ketika ia mendengar suara tangisan.

Suara tangisan itu, membuat Zhen, Marco dan Richard sontak menoleh. Zhen tau suara tangisan siapa itu, ia langsung berlari menuju ruangan bermain, tempat ketiga anak itu bermain dan di ikuti Marco dan Richard.

"Zio!" Zhen berhenti di ambang pintu. Matanya terbuka lebar melihat Zio yang menangis.

Zhen masuk dan langsung menggendong Zio, "cup cup kenapa hm? Ada apa? Kenapa menangis hm?"  Ucapnya sambil menenangkan Zio yang menangis.

"Anu, kakak zhe... kita minta maaf." Ucap Sofia. Hal itu mampu membuat Zhen menoleh kearah Sofia dan Guilia.

"Ada apa?!" Tanya Marco yang baru datang dan di ikuti Richard.

"Sepertinya adik kalian melakukan kesalahan... Richard, Marco."  Ucap Zhen yang menatap Marco dan Richard bergantian.

"Kita hentikan pembicaraan kita tentang proyek yang di maksud. Bawa pulang adik kalian... Mereka menyakiti adikku." Ucap Zhen. Ia sempat melihat pergelangan Zio yang memerah.

Zhen keluar dari ruangan bermain Zio, menuju kamarnya. Zio menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Zhen.

Di sisi lain, Marco dan Richard memandang satu sama lain. Kemudian mereka menatap adik perempuan mereka.

"Huh, Sofia ayo pulang." Richard menyeret adiknya.

"Kau juga Lia." Marco menggendong Guilia yang menangis.

Mereka pulang dengan perasaan tak enak di hati mereka. Entah apa yang dilakukan dengan adik perempuan mereka pada Zio.













Author: segini dulu, nanti malem up lagi. Baru pulang sekolah gue langsung buat ni bab.

Baby Zio  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang