Pesta khusus akan di adakan pada pukul 15.30 sampai dengan 22.00, alhasil Zio memiliki banyak waktu untuk bermain bersama dengan kakaknya.
Saat ini Zio sedang bermain dengan rubahnya yang sudah besar. Terlihat dari wajahnya, Zio sangat senang bermain dengan Omu, sang rubah.
Mengabaikan beberapa pria yang sedang menatap Zio dengan tatapan cemburu. Mereka adalah Zenan, Aldino, Vernon dan Dorian. Mereka menahan untuk tidak mengambil rubah itu dari pelukan Zio secara paksa.
Aldino memikirkan bagaimana ia akan mengalihkan perhatian Zio dari rubah itu. Namun pikiran nya buyar ketika Dorian menepuk pundaknya dan mencengkeramnya.
"Kenapa kau tidak membunuh rubah sialan itu?" Dari suara Dorian, ia menahan amarahnya untuk tidak membunuh rubah itu sekarang.
"Malas..." Jawab Aldino, ia lebih baik membuat karya yang menakjubkan baginya. Ia tidak ahli dalam membunuh.
"fuck" umpat Dorian, ia mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Sedangkan Zio dia mendekati ke empat pria itu, ia mendengar apa yang di ucapkan Dorian.
"Kakak? Apa itu fuck?" Tanya Zio membuat Zenan dan Aldino memukul kepala Dorian hingga membuat sang korban meringis setelah mendapat pukulan yang tidak main main.
"Gak boleh ngomong itu, nanti mulutnya di potong sama papa." Peringat Vernon pada Zio. Ia cukup tau bahwa Zio takut pada Oliver karena wajahnya yang menyeramkan. Jika memilih antara Oliver dan hantu maka Zio akan memilih keduanya karena sama sama menyeramkan.
Selain takut dengan wajah Oliver, terkadang Vernon, Aldino dan Zenan selalu menggunakan nama Oliver hanya untuk menakut-nakuti Zio saja agar tak berbuat lebih.
Jauh di dalam lubuk hati Oliver, ia ingin sekali membuang anak dan keponakannya itu sebab menggunakan namanya. Karena hal tersebut, Zio selalu menjauhinya.
"D-di potong?" Ucap Zio tergagap.
"Iya~ di potong~ huuuu~ hihihihihi~" entah sejak kapan Enno sudah berada di belakang Zio dan menakuti Zio dengan suara hantu.
"AAAAAAAAAA KAKAAAAAAAKKK!" Zio langsung berlari menuju Vernon dan bersembunyi di belakang tubuh Vernon yang besar.
Enno tertawa lepas, ia suka melihat Zio yang ketakutan. Menurutnya ketika Zio takut, di matanya ia melihat keimutan di wajah Zio.
"HAHAHAHAHA OHOK!" Victor memukul tubuh Enno dari belakang membuat Enno seketika batuk. "Hei!!"
"Kau melihat baby ketakutan dan menurutmu itu lucu?" Ucap Victor tanpa embel-embel ayah ketika berbicara dengannya.
"Apa? Kau tidak lihat betapa imutnya itu?"
"Matamu imut.. kasihan begitu di bilang imut, gila emang." Gerutu Victor.
"Alah gak penting itu, yang terpenting adalah... baby ayo berenang!!!" Enno langsung menuju kolam renang dengan merentangkan kedua tangannya keatas sambil berlari. Ngajak Zio tapi gak di bawa zionya.
"Berenang!!? Ayuuuuuuukkkkk!!!" Zio pun mengikuti tingkah Enno dan diikuti oleh Victor.
Sedangkan yang lain, mereka hanya menghela nafasnya. Ini lah yang terjadi jika Enno dan Victor bersatu dengan Zio.
.
.
.
Di kolam renang sudah ada Kavian yang berbaring atas pelampung yang seperti kasur dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Ia menikmati langit sembari meminum secangkir jus jeruk di tangannya.
Zio sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian renang, ia melihat Kavian yang sedang bersantai di atas kolam membuatnya semakin bersemangat.
"Piaaaaaaaaaaaaaaannnnnnn!!!" Zio langsung masuk kedalam kolam yang pendek agar tak tenggelam.
"Jangan dekat dekat, ini dalam..." Peringat Kavian sambil meminum jusnya.
"Tapi dede pingin sama piaaannn~ bobo bobo di situuuu~" Rengek Zio dengan menunjuk pampung kasur yang di pakai Kavian.
"Baby, papa punya sesuatu!" Oliver menunjukkan pelampung kasur besar yang masih di isi udara.
Senyum Zio mengembang, ia naik dari air dan menuju Oliver dengan semangat, melupakan bahwa ia takut pada Oliver. "Papa papa ini untuk dede? Yakan yakan?"
Oliver pun mengangguk. Setelah pelampung kasur itu di isi, ia menyuruh Zio untuk berbaring di atasnya. Lalu Oliver mendorong pelampung itu ke air.
"Yeyyyy!!!" Seru Zio dengan senyumannya.
"AKU MAU MASUK DULUAAAAAANNNNNN!!!" Aldino muncul dan langsung masuk ke dalam kolam membuat Oliver yang berada di tepi kolam terkena air.
"Jangan langsung melompat!" Peringat Oliver ketika melihat Zenan yang akan mengikuti Aldino. Zenan pun menggaruk tengkuknya dan menceburkan diri secara perlahan.
"Heh, ke kolam renang tanpa ada yang memberitahu kami? Cukup tau." Ucap Lyra dengan nada cetusnya.
"Seperti biasa perempuan gak boleh di ajak." Ucapan Enno membuat Lyra refleks memukul kepalanya dengan kesal.
"Kau itu anak sapa sih!" Seru Lyra dengan nada tajam, sambil melayangkan tatapan tajam dan memutar matanya dengan jengkel.
"Saya? Anak siapa? Anak alien lah." Ucap Enno yang membuat Lyra semakin jengkel.
"Ku kira kau anak anomali." Celetuk Violet
.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 14.50, semua anggota keluarga Maximilian sudah siap untuk pergi ke pesta. Dengan para pria yang menggunakan setelan jas mereka yang berwarna hitam dan celananya juga berwarna hitam, juga kemeja mereka berwarna putih. Tak lupa dengan pocket square yang berwarna merah dengan bentuk yang menakjubkan.
Tak hanya para pria yang sudah tampan dengan setelan jas nya. Para wanita juga sudah siap dengan gaun mereka yang berwarna putih dan merah, tak lupa juga mereka mengenakan perhiasan yang membuatnya semakin cantik.
Keluarga Maximilian segera berangkat agar para tamu pesta tidak perlu menunggu kehadiran tamu utama terlebih dahulu. Jika tamu utama belum datang maka pesta tidak akan di mulai.
Untung saja, keluarga Maximilian sampai sebelum acara di mulai. Pesta ini di adakan di sebuah bangunan yang cukup besar, semacam convention center namun lebih besar lagi.
Sebelum acara dimulai, sebagian keluarga Maximilian mencari tempat untuk duduk di tempat khusus tamu utama dan sisanya bercengkrama dengan rekan bisnis mereka.
Enno mendekati salah satu temannya yang sudah lama tak bertemu. Ia pun merangkul bahu teman lamanya itu. "Yo, bro. Gimana kabarnya? Gak semakin tua kan?"
"Pertanyaan yang tidak perlu di pertanyakan." Ucap teman Enno dengan nada kesalnya. "Kau tak pernah berubah, Mr. Enno." Lanjutnya.
"Oh ayolah, tak perlu formal begitu... kita berteman bukan." Enno mengedipkan sebelah matanya. Hal itu membuat temannya ingin menjauh dari Enno.
"Dulu kita bersaing dalam bidang akademik... bagaimana jika sekarang kita bersaing dalam bisnis?" Usul teman Enno, membuat Enno menyeringai.
"Aku tidak yakin kau akan menang, aku lah yang selalu menang, bro. Bahkan memperebutkan Giselle, aku lah yang menang."
"Ah, itu di masalalu. Lagipula kau sudah memilikinya kan?" Kedua pria itu pun tertawa dan kembali bercengkrama tentang masa lalu mereka.
Di sisi lain, Zio menerima sepiring kue cokelat lapis krim yang dihiasi dengan potongan buah segar. Aroma manis dan lembutnya menggugah selera, membuat Zio tidak sabar untuk mencicipi setiap gigitannya.
"Hehehe! Waktunya makan!"
.
TBC.
Minimal vote.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Zio [End]
Random[BROTHERSHIP] [SEDANG DI REVISI tpmgr] Zio adalah balita berumur 3 tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan. Zio selalu di benci oleh anak anak panti dan begitu juga dengan pengurus panti. Zio tak mendapat keadilan selama di panti, namun karena Zio...