CH.31 Ketahuan

4.7K 250 101
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU S2E31

THIRD P.O.V

“Emir, baba memberitahunya tentang keadaanku kan?.” Tuduh Asad kepada Abuya, Abuya mengangguk, memang benar, ia yang memberitahu Emir tentang keadaan kakaknya yang sedang tidak baik-baik saja, tapi Abuya juga memberitahu Emir ketika ia tingga satu hari lagi menuju kepulangan dari liburanya.

“Arghh tinggal satu hari dia pulang dari liburan, baru baba bilang pada Emir.”

“Aku takut itu akan mengganggu liburanya Baba.” Abuya menggelengkan kepalanya.

“Tidak, baba yakin, Emir amat sangat menikmati liburanya, sudahlah, orangnya juga sudah disini.” 

Asad masih berjalan jalan didalam kamarnya, mondar mandir kesana kemari, mengambil minum didapur, naik ke kamarnya dulu dilantai dua, turun lagi masuk ke kamarnya sekarang, kakinya memang sudah tidak sakit, tapi cara berjalanya masih sedikit kaku.

“Darimana?.” Tanya Asad kepada Emir yang sudah ada didalam kamarnya, berbincang dengan Abuya.

“Bersama Ibrahim.” Jawab Emir singkat, Asad menganggukan kepalanya.

“Melakukan apa? Lama sekali.” Lanjut Asad, wajah Emir sedikit memerah, Abuya yang mengerti hanya diam sembari menggaruk janggutnya yang tidak gatal.

“Biasa, berbincang mengenai liburan kami, oh iya, dia juga memberikanku oleh-oleh, tuh.” Jawab Ibrahim sambil menunjuk sekantong kecil makanan dimeja samping tempat tidur Asad, kembali Asad mengangguk.

“Tidak ada untukku?.” Tanya Asad.

“Kakak siapa? Aku teman Ibrahim, wajar jika hanya aku yang diberi.” Ucap Emir, Asad berjalan dan mengambil kantong kecil pemberian Ibrahim untuk Emir, membukanya dan mengambil salah satu coklat lalu memakanya.

“Eyy, Baba juga dapat oleh-oleh kemarin, sepertinya hanya Asad saja yang tidak diberi.” Sambung Abuya.

“Kak Asad kan bukan siapa-siapanya Ibrahim baba, makanya dia tidak dapat oleh-oleh.” 

“Biar aku nanti yang bilang langsung kepada Ibrahim, sembarangan sekali dia tidak memberiku oleh-oleh, padahal aku kan bos nya, dan dia bekerja padaku.” Ucap Asad sambil duduk disamping Emir dan memakan coklat.

“Bos nya Ibrahim itu Baba, jangan salah bicara.” Kata Abuya mengoreksi ucapan Asad, Abuya juga mengambil satu coklat dari kantong kecil milik Emir lalu memakanya, mendengar ucapan Abuya sontak mereka bertiga tertawa, rumah Abuya kembali menjadi hangat, sudah sangat lama tidak terdengar suara tawa menggema dirumah yang dingin ini, baru kali ini lagi gelagak tawa kembali terdengar dari ketiga pria penghuni rumah Abuya.


Ibrahim bangun dari tidurnya yang lelap tepat dipukul tujuh malam, badanya berkeringat gerah, kipas angin didepanya berputar kencang, tapi masih saja tetap terasa panas, ia mendekat kearah kipas angin, udara yang dihasilkan juga terasa hangat, pantas saja gerah bukan main, benar apa kata Emir, sudah sepatutnya kamar Ibrahim dipasang AC.

Selesai mandi dan mengganti pakaian, Ibrahim berjalan menuju ke ruang tengah, dari jauh terdengar suara gelak tawa yang ramai, banyak perbincangan dan obrolan yang saling menimpali, terdengar juga perdebatan kecil yang diakhiri dengan tawa, Ibrahim semakin mempercepat langkahnya.

Terlihatlah didepanya, diruang tengah, Abuya, Asad dan Emir yang duduk ditemani tv, berbincang, bercanda dan tertawa, dimeja terdapat banyak camilan dan minuman, tawa mereka begitu lepas dan tulus, seperti bebas dan benar benar tidak ada beban, baru pertama kalinya selama Ibrahim bekerja disini melihat Abuya dan Emir tertawa hingga gigi mereka terlihat, tanpa sadar bibir Ibrahim ikut tersenyum melihat mereka bahagia, ia senang melihat keluarga yang baik dan selalu memperlakukanya dengan sangat luar biasa itu bisa berkumpul berbahagia, mereka benar benar berhak, dan layak untuk berbahagia.

“Ahhh Brahim!! Kemarilah!.” Ucap Abuya ketika matanya melihat ke arah Ibrahim, sambil tersenyum lebar Ibrahim berjalan ke arah mereka.

“Duduk disini!.” Titah Abuya sambil menepuk posisi kosong disampingnya, Ibrahim mengangguk dan duduk disamping Abuya, tangan Abuya merangkul Ibrahim dekat.

“Brahim, ada yang ingin Asad sampaikan kepadamu, Asad, silahkan.” Ucap Abuya, Asad mengangguk lalu batuk sedikit untuk membersihkan tenggorokanya, tatapanya tajam menatap ke arah Ibrahim.

“Tuan Asad?.” Tanya Ibrahim..

“Ssttt.” Ucap Asad sambil menaikan telunjuknya dan menempelkanya dibibirnya.

“Ibrahim, kurang ajar sekali kamu, kami sudah mengetahui semua hal yang tega teganya kamu lakukan, terlebih kepada saya, bisa-bisanya kamu hanya memberikan sesuatu kepada Emir dibelakang kami, dibelakang Abuya!.” Ucap Asad dengan nada marah, reflek wajah Ibrahim pucat dan gugup, sial, Ibrahim menatap ke arah Emir, terlihat olehnya Emir menundukan kepala.

“M-maksud anda tuan?.” 

“Alahh, sudahlah, jangan berlagak seperti orang bodoh, tadi siang ketika kamu pergi berdua bersama Emir, kamu memberikan sesuatu kan kepadanya?.” Tanya Asad serius, semakin pucatlah wajah Ibrahim, bagaimana mungkin Asad mengetahui apa yang dilakukanya dengan Emir tadi siang, mungkinkah ini waktunya untuk come clean dan jujur mengenai semua hal kepada Asad? Tapi Ibrahim tidak mau merusak suasanya yang nyaman dan aman yang baru saja dia lihat barusan, mana mungkin ia tega merusak kebahagian yang baru saja ka lihat diwajah Abuya, Emir dan Asad, yang hanya bisa Ibrahim lakukan saat ini hanyalah mengangguk pelan.

“Sialan!!!, Bisa-bisanya kamu memecah belah kami, merusak hubungan saya dengan adik saya dan Abuya, tega sekali kamu hanya memberikan Emir dan Abuya oleh-oleh, sedangkan saya? Nihil, kosong tak diberi apapun, kenapa kamu setega itu?.” Tanya Asad, kepala Ibrahim sedikit pusing dan oleng, apa yang sedang dibicarakan oleh Asad ini?.

“A-apa maksud anda tuan? Saya kurang mengerti.” 

Asad mengeluarkan kantong kecil yang ia berikan kepada Emir, kantong kecil berisi coklat khas kota di Indonesia, beberapa permen dan camilan manis, Asad menunjukan kantong itu dihadapan Ibrahim.

“Ini, maksud saya ini Ibrhaim, luar biasa, Emir saja kamu beri oleh-oleh, saya dan Baba tidak kamu ingat kah?.” Tanya Asad, sontak beban berat beratus ratus kilogram terasa hilang seketika dibahu Ibrahim, ia mengira jika Asad mengetahui tentang apa yang sebenarnya ia dan Emir lakukan dikamarnya tadi, rupanya Asad iri karena tidak beri oleh-oleh, wajah Ibrahim kini kembali berwarna dan tersenyum.

“Hei! Jangan bawa bawa Baba, Baba dapat kok oleh-oleh, hanya kamu saja Asad!.” Ucap Abuya, Asad menggaruk kepalanya.

“Oke oke Baba, kau tidak ingat untuk membelikan sesuatu untuk saya kah Ibrahim? Hmm?.” Tanya Asad kembali.

“Maafkan saya tuan, tapi saya kira anda tidak akan berada lama disini, bahkan saya tidak mengira akan ada anda dirumah Abuya, kehadiran anda benar benar unexpected tuan, jadi saya tidak membeli lebih untuk anda.” Jawab Ibrahim sambil menahan tawa.

“Jangan sok berbaha inggris!, Coklat seperti ini, kamu masih punya kah di kamarmu?.” Ketus Asad, Emir menunduk tapi terlihat menaha tawanya.

“Sepertinya ada beberapa bungkus lagi tuan.” 

“Good,nanti bawakan ke kamar saya, jangan dimakan!.” Ibrahim mengangguk, sialan, efek kejut yang dihasilkan dari percakapan barusan benar benar luar biasa, Ibrahim kira ia akan merusak sebuah hubungan keluarga, ternyata pria bajingan itu hanya ingin coklat.

“Brahim, bisakah kamu buatkan untuk kami, teh hangat, tapi memakai rempah sachet yang kamu bawa itu?.” Pinta Abuya.

“Tentu saja Abuya, akan saya buatkan yang spesial untuk kalian bertiga.” Jawab Ibrahim, ia berjalan kedapur dan dengan hati yang gembira membuatkan teh spesial untuk kedua pria yang telah berhasil mencuri hatinya, dan satu pria menyebalkan yang benar benar menguji kesabaranya, terlepas dari itu semua, ia sangat senang karena bisa melihat ketiga pria itu, berkumpul bersama dan berbahagia.


************

Hai hai my lovelies, apa kabss??? Gimana chapter kemarin ??? Hot kahh?? Suka nggak?? Kangen sama Emir nihhhh hahaha.
Makasih buat yang udah vote dan komen di chapter kemaren, jangan lupa di vote dan komen juga yaa dichapter inii, makasih banyakkk sayang sayangkuu❤️❤️❤️❤️❤️.

SELAMAT MEMBACA ILYSM GUYS❤️❤️❤️.

PRIA ARAB MAJIKANKU (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang