CH.46 Ternyata Giliran Abuya

4.5K 240 108
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU S2E46

THIRD P.O.V

Rumah sudah mulai sepi lagi, Abuya sedang berada di kantor, Asad, entah kemana dari sejak Abuya berangkat tadi pagi, ia juga ikut berangkat, Ibrahim sedang membereskan cucian dan juga menyetrika pakaian yang sudah kering.

Sejak kemarin Asad pertama berhubungan dengan Ibrahim, mereka berdua tidak ada yang membahas kejadian itu, seolah olah keduanya lupa tentang apa yang terjadi diantara mereka, namun ada sedikit perubahan dari sikap Asad, marah marahnya sudah berkurang, juga setiap kali mereka bercengkrama, tatapan Asad selalu menatap lurus ke arah mata Ibrahim, padahal biasanya, sangat jarang sekali Asad menatap Ibrahim, juga senyumanya yang kini lebih sering muncul, membuat Ibrahim kadang selalu salah tingkah, apalagi ketika ada Abuya bersama mereka, meskipun Ibrahim yakin, bahwa jika Abuya mengetahui pun, ia tidak akan mempermasalahkan hal itu.

Satu lagi, pak Damar, Abuya memberitahu Ibrahim bahwa pak Damar akan pulang satu minggu lagi, jelas Ibrahim berfikir, jika satu minggu lagi, maka pak Damar akan tetap libur dong disini, karena kan Abuya akan berlibur ke Indonesia, bahkan tinggal menunggu hitungan hari lagi.

Ibrahim berjalan keruanh tengah setelah menyelesaikan tugas menyetrikanya, ia hendak membereskan gelas teh yang tadi pagi Abuya minta, ia menatap gelas dimeja, aneh, biasanya ketika ia mengambil gelas itu, sudah kosong habis tak bersisa, kali ini berbeda, gelas itu masih penuh, masih sama sekali belum tersentuh sepertinya, memang sih, tadi pagi Abuya meminta Ibrahim untuk menemaninya meminum teh sebelum berangkat kerja, Abuya memaksa, katanya ia rindu kepada Ibrahim, aneh, setiap hsri bertemu tapi masih rindu?, Ibrahim menolak ajakan Abuya karena pekerjaanya keteteran diruang cuci, banyak sekali menumpuk pakaian Abuya dan Asad yang belum disetrika, ia yakin pakaian mereka dilemari hanya tinggal beberapa pasang saja, Ibrahim merasa tidak enak menolak Abuya, tapi ia memaksa tadi, Ibrahim berfikir, Abuya sepertinya marah kepadanya, makanya Abuya tidak meminum teh buatanya.

Ibrahim membawa gelas itu ke dapur, membuang isi gelas itu kemudian mencucinya, ia mengambil piring lalu mengambil makan, dari pagi ia belum sarapan dan perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi, berbunyi dan terasa kosong, memang sudah waktunya mengisi perut.

Baru beberapa suap saja makanan yang masuk kedalam perutnya, telfon rumah berdering, ia sempat mengabaikan suara dering itu, berfikiran kalau Amihan atau Nala yang akan mengangkat telpon itu, tapi kemudian ia sadar, Amihan dan Nala sedang pergi berbelanja mingguan, dengan cepat Ibrahim mencuci tangan lalu berjalan ke arah suara telpon itu berdering.

“Halo?!.” Ucap Ibrahim membuka panggilan.

“Ahhh, halo!!, Ini dengan keluarga tuan Hussein?.” Suara seorang wanita terdengar, terdengar sangat riuh dan berisik, banyak suara suara terdengar.

“hmm, ini dengan Asisten rumah tangga.” 

“Apa ada keluarga tuan Hussein? Anaknya ada?.” Tanya wanita itu, suaranya kali ini terdengar panik, perasaan Ibrahim mulai tidak enak, suara wanita yang bergetar itu seperti menyalurkan rasa paniknya kepada badan Ibrahim.

“Aa-anu, anak-anak tuan Hussein sedang tidak ada dirumah, ada apa? Cepat beri tahu, apakah Abuya baik-baik saja? Ada kabar apa? Biar nanti saya sampaikan.” Ucap Ibrahim ikut panik, tidak sabar menunggu kabar apa yang akan wanita itu sampaikan, ia sudah yakin, dari nada suara wanita itu, kabar yang akan ia dapatkan adalah kabar buruk, tapi Ibrahim masih tetap berusaha berfikir jernih dan menenangkan hatinya.

“Telah terjadi kecelakaan, lift kantor dari lantai atas yang tuan Hussein tumpangi mengalami malfunction, lift nya jatuh beberapa lantai dan masih tidak bisa dibuka, tolong sampaikan kepada anak-anak nya agar segera kemari.” Ucap wanita itu, akhirnya kabar yang sangat amat Ibrahim tidak ingin dengar tersampaikan, kecelakaan lagi?, Dua kecelakaan dalam satu tahun? Apakah tidak cukup, pertama Asad, sekarang Abuya, suara wanita itu terdengar memanggil manggil, tapi semuanya hanya terdengar seperti dengung oleh Ibrahim, kakinya sedikit lemas, tanganya juga agak gemetar, rasa bersalah menggerogoti Ibrahim, ia seharusnya mau menemani Abuya untuk minum teh tadi pagi, harusnya ia yakinkan Abuya untuk mengambil cutinya lebih awal, dan segala macam perasaan buruk menghinggap dikepalanya, tapi kemudian fikiranya buyar, ia dengan cepat menutup panggilan lalu berlari keluar rumah, memesan taxi dan pergi ke alamat kantor Abuya.

PRIA ARAB MAJIKANKU (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang