CH.63 CHOPARD

3.1K 186 72
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU S2E63

IBRAHIM P.O.V 

Asad pulang larut sekali, bagaimana aku bisa tahu ? karena semalam saat aku sedang tidur aku terbangun ketika mendengar suara mobilnya, memasuki garasi melewati halaman belakang yang dekat dengan kamarku, sekitar pukul satu malam ketika mataku melihat ke arah jam dinding, tidak ada didalam hatiku rasa untuk menemuinya, sudah terlanjur membatu hati ini, meskipun hubungan kami baikbaik saja namun tetap saja, enggak aku melihatnya, takut jika rasa itu datang kembali, padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakanya.

jam waker berbunyi keras, sebagai tanda bahwa aku harus memulai pekerjaanku, seperti biasanya aku bangun, mencuci wajahku lalu berjalan kedapur untuk mengisi perutku dipagi hari, ahh terlalu pagi mungkin, tapi jika tidak seperti itu bisa bisa  badanku bergetar karena perut kosong, suatu titik kelemahan bagi orang yang memliki sakit lambung.

belum ada makanan berat di dapur hanya ada roti dan beberapa selai manis, tidak apa lah, toh ini hanya untuk mengganjal perutku hingga Amihan dan Nala memasak, tugas pertama adalah untuk mulai mencuci pakaian Abuya dan Asad, lalu setelah itu aku mulai menyetrika pakaian yang kemarin aku jemur, saat aku hendak kembali ke ruang cuci, aku berpapasan dengan Namiah, heh, pagi sekali dia bangun, biasanya nyonya nyonya di Arab bangun siang karena pekerjaan rumah tangga mereka sudah ada yang meng-handle, yaitu kamipara pekerja, ia menatapku, wajahnnya masih wajah kasur, wajar karena memang baru bangun tidur, tapi harus aku akui, apa yang dikatakan oleh Abuya benar adanya, Namiah adalah wanita yang cantik, bahkan untuk seusianya, kerutan diwajahnya hampir tidak terlihat, kulitnya kencang, matanya besar dan indah, pantas saja Abuya bisa jatuh cinta dengannya.

“Apa kau lihat-lihat?.” Ujarnya, aku reflek menundukkan pandanganku, tidak berani menatapnya, ia bukanlah Abuya, Emir ataupun Asad wanita ini berbeda, ia bukanlah orang yang santai denan para pekerja.

“Maaf nyonya.” Jawabku.

“Siapkan air panas untukku mandi, udara dikota ini ternyata lebih dingin daripada di tempat tinggalku.” Titahnnya, aku mengangguk.

“Baik nyonya.”

“Hei!.” Panggilnya, aku kembali menghadap ke arahnya.

“Jangan terlalu panas atau terlalu dingin, harus pas.” Kembali aku mengangguk, menyimpan ember bekas cucian yang aku bawa tadi untuk dijemur, kembali ke ruang cuci lalu naik ke atas ke kamar Maryam untuk menyiapkan air hangat untuk Namiah.

Kami berpapasan kembali didapur, tapi ia tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya berlalu begitu saja dan langsung, naik kembali ke kamar Maryam, aku lalu menyiapkan sarapan untuk Abuya, ada instant oats dengan pisang lengkap dengan teh panas, cocok untuk sarapan pagi dihari yang dingin.

“Abuya?.” Ucapku sambil mengetuk pintu kamarnya, tidak ada jawaban, berarti dia masih tidur, aku membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci, benar saja, masih terbaring nyenyak didalam tidurnya, selimutnya membalut badanya, biasanya Abuya tidur tidak memakai selimut bahkan sering kali ia shirtless saat tidur, tapi hari ini berbedam, berarti benar bahwa pagi ini suhu sedang rendah.

Aku menyimpan sarapan Abuya dimeja lalu berjalan mendekat ke arahnya, menggoyangkan badanya sembari memanggil namanya beberapa kali, berusaha membuatnya bangun, badanya bergerak sedikit, matanya perlahan membuka, barulah ia streching seluruh badanya, menggeliat berusaha menghilangkan rasa pegal ditubuhnya akibat tidur yang terlalu nyaman, matanya menatapku kemudian tersenyum, dengan tiba tiba tanganya menarik tanganku dengan kuat, membawaku jatuh ke atas kasur, jatuh tepat dipelukanya, ia memelukku kencang sekali, hangat badana terasa.

“Abuya!, lepas! jangan peluk peluk, anda masih bau!.” Ucapku sambil berusaha melepaskan diri dari eratnya pelukanya, ia seperti tidak mendengar malah tetap memeluku, bahkan kali ini kembali memejamkkan matanya.

PRIA ARAB MAJIKANKU (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang