CH.05 Lembut Diatas Awan

6.4K 236 30
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU S2E05

THIRD P.O.V

Ibrahim menatap dari kejauhan, Daud mendekar ke arahnya dengan menenteng sesuatu ditanganya, semakin mendekat semakin terlihat jelas apa yang menggantung ditangan Daud adalah sebuah minuma berwarna orange kekuningan, Daud lalu langsung saja memberikan minuman itu kepada Ibrahim.

“Apa ini bang?.” Tanya Ibrahim, “Ini air jeruk anget, diminum dulu, biar enakan perutnya, biar gak pahit juga mulutnya.” Jawab Daud sambil duduk disamping Ibrahim, Ibrahim meminum air jeruk itu, kemudian kembali diam, merasa perut dan kepalanya sudah enakan, Daud menatap wajah Ibrahim, sudah tidak terlalu pucat, Ibrahim meminum air jeruk itu kembali, meminumnya hingga habis setengah.

“Nih, abang beli sosis bakar juga, sekalian isi buat ngisi perut kamu.” Ucap Daud sambil memberikan sosis bakar kepada Ibrahim, Ibrahim mengangguk lalu memakan sosis itu, sesekali sambil diselangi minum air jeruk hangat, Ibrahim memakanya sampai habis tak tersisa, dan gelas plastik pun kini kosong.

“Kenyang?.” 

“Kenyang bang, enak sosis nya.” Jawab Ibrahim.

“Harus enak sih, harganya aja dua puluh lima ribu, gila, mahal banget.” Jawab Daud.

“Kan sosis nya juga gede bang, lagian wajar kali mahal, lagi pameran juga.” 

“Gedean juga sosis punya abang.” Jawab Daud, Ibrahim menatap tidak percaya ke arah Daud, ia merasa terkejut mendengar apa yang keluar dari mulut kakak nya.

“Mana ada, ini sosis yang ku makan aja panjangnya bisa delapan belas cm bang, diameternya lebih dari tiga empat cm, nggak ada lah cowok Indo punya sosis lebih dari ini.” Jawab Ibrahim menolak percaya sambil memancing percakapan nakal.

“Enggak percaya kamu? Sini!.” Ucap Daud sambil menarik tangan Ibrahim dan menaruhnya tepat diselangkanganya, Ibrahim kaget bukan main, tekstur kenyal dan hangat terasa ditelapak tanganya, meskipun dari balik celana jeans keras yang dipakai Daud, Ibrahim dengan cepat kembali menarik tanganya dari selangkangan Daud.

“Apaan sih!, Jangan gitu ah!.” Ucap Ibrahim pura-pura kesal dan tidak suka, padahal dalam hatinya, ia senang bukan main, “Lagi pula juga, sosis abang nggak segede sosis yang Ibra makan barusan ah.” Lanjut Ibrahim.

“Ya kan sosis abang belum bangun, kalo udah bangun mah, bisa lebih gede, lebih keras, lebih juicy kalo kata anak-anak gaul mah.” Jawab Daud, Ibrahim hanya bisa menepuk pipi Daud sambil menyudahi percakapan nakal mereka.

“Udah ah, ayo naik yang lain lagi.” Ajak Ibrahim.

“Mau naik apa lagi?.” 

“Naik apa ya bang? Jangan yang extreme deh, yang santai santai aja.” 

“Naik bianglala aja yuk!.” Ajak Daud, sejenak wajah Ibrahim seperti takut.

“Itu kan tinggi banget bang.” 

“Tapi ini kan muternya pelan, mumpung pameranya lagi ada dialun alun Ra, daerah kita kan dataran tinggi, kalo dari atas kayaknya bagus deh pemandangan malem hari.” Rayu Daud agar Ibrahim mau.

“Hmm, yaudah deh yuk, kita coba aja dulu, tapi abang yang ngantri beli tiketnya ya.” 

“Aman!.” Jawab Daud sambil kemudian menggandeng tangan Ibrahim menuju Booth ticket bianglala.


“Tiketnya?.” Tanya si penjaga wahana, Daud memberikan dua kertas kecil kepada penjaga itu, dia kemudian membukakan pintu bianglala, Ibrahim dan Daud kemudian masuk kedalam bianglala, satu kata yang terlintas dibenak mereka berdua, sempit, mereka duduk saling berhadapan didalam bianglala, berputar pelan sambil berhenti setiap ada orang yang masuk, setelah full semua terisi, bianglala pun mulai dijalankan, naik secara perlahan, posisi Ibrahim dan Daud yang tadinya dibawah kini sudah berada setengah diatas, belum full hingga diatas, tapi daerah sekitar sudah terlihat, banyak motor dan mobil yang berlalu lalang, orang orang yang hilir mudik kesana kemari berbelanja, setiap roda pedagang kaki lima yang didepanya penuh dengan orang yang sedang makan dan nongkrong, banyak aktifitas yang terjadi, terlihat begitu menarik sehingga membuat mata Ibrahim tidak pernah lepas dari jendela kecil didalam bianglala.

Sedangkan mata Daud?, Mata Daud tidak pernah lepas menatap adiknya itu, ia menatap Ibrahim lekat lekat, menatap betapa excitednya Ibrahim berada diatas didalam bianglala, menatap wajah Ibrahim yang berbinar.

“Bang, liat deh itu, dari sini sampe keliatan juga tugu diperempatan tadi!, Tuh lihat, patung petani yang tadi kita lewatin!.” Ucap Ibrahim excited menunjukannya kepada Daud, mereka kini sudah berada diposisi paling atas, cahaya lampu lampu yang banyak dari kabupaten kecil tempat ia tinggal terlihat begitu indah, ia sempat takjub, bahwa disetiap satu lampu itu, ada sebuah keluarga didalamnya, dengan cerita, kehidupan, serta pemikiran yang berbeda beda, Ibrahim kemudian sadar, bahwa orang yang didepanya tidak menyahuti panggilanya.

“Bang?.” Tanya Ibrahim sambil menatap Daud yang sedang menatapnya dalam, mata Ibrahim dan Daud bertemu, saling menatap satu sama lain, sama-sama dalam, tangan Ibrahim menyentuh lutut Daud, mencoba menyadarkan Daud dari lamunannya, namun Ibrahim salah, Daud tidak sedang melamun, ia sepenuhnya menatap Ibrahim dengan penuh kesadaran, bahkan tangan Ibrahim yang berada dilutut Daud pun kini Daud pegang dan Usap, tanpa sama sekali melepas tatapannya.

Ibrahim menjadi grogi ditatap Daud, ini memang ia inginkan, tapi jika seperti ini, ia merasa sangat malu dan aneh, sejenak Ibrahim menutup matanya, kemudian membukanya lagi, dan masih saja, matanya kembali bertatapan dengan mata coklat Daud yang terang terpapar sinar lampu warna warni yang melingkar di bianglala, usapan tangan Daud di tangan Ibrahim tidak berhenti juga, Daud berhenti tersenyum, Ibrahim meraskan getaran berdesir didadanya, badanya menghangat, tanganya bergetar, ia menatap balik Daud dengan dalam, wajah Ibrahim mulai mendekat, Daud pun demikian secara perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Ibrahim, Ibrahim memejamkan mata, wajah mereka semakin dekat hingga kemudian, terasa sesuatu yang lembut dan dingin bersentuhan dengan bibir Ibrahim.

Bibir Ibrahim menyentuh sesuatu yang lembut dan dingin, dadanya berdetak kencang, darah mengalir dengan cepat, kepalanya tidak lagi mampu mencerna apa yang terjadi disekitarnya, Ibrahim sadar, sesuatu yang menempel dimulutnya adalah, tidak lain dan tidak bukan adalah bibir Daud, bibir tipis namun penuh, lembut namun dingin, dengan aroma khas coklat minty, seperti nya Daud sengaja mengunyah mint sebelum mereka menaiki bianglala.

Kedua bibir Ibrahim dan Daud yang saling menempel diam tidak bergerak, hingga kemudian bibir Daud yang terlebih dahulu berinisistif memulai pergerakan, bibirnya membuka sedikit lalu menghisap bibir Ibrahim, menghisapnya lembut, kini Ibrahim merasa terpancing, bibirnya juga ikut membuka perlahan dan mulai menghisap bibir bagian atas Daud, manis, bergantian bibir mereka saling menghisap, kembali Daud yang memulai inisiatif, kali ini lidahnya yang bermain, menjilati bibir bawah Ibrahim, membuatnya melenguh pelan sambil membuka bibirnya lebih lebar, dengan sigap Daud memasukan lidahnya kedalam mulut Ibrahim, bergerak menelusup, bermain perlahan didalam mulut Ibrahim, mata mereka kali ini terpejam, menikmati setiap gerakan mulut yang mereka lakukan, saling mencium, saling menjilat, bercumbu diudara, diatas orang orang yang sedang sibuk, bertemankan lampu bersinar jauh, penuh warna dengan cahaya kelap kelip disetiap besi bianglala, sontak saja ledakan kembang api keras terdengar, menyadarkan mereka berdua, membuka mata lalu melepaskan ciuman.

Tangan Ibrahim menyentuh bibirnya sendiri, mata mereka kaget, namun kemudian senyuman terukir dibibir Daud, saling menatap sambil bianglala yang mereka tumpangi menurun, tidak ada percakapan diantara mereka, hanya suara meriah pameran, serta semilir angin saja yang terasa, penjaga bianglala membuka pintu mempersilahkan mereka keluar dari wahana, Daud merangkul badan Ibrahim sambil berjalan.

“Bang?.” 

“Jangan.” Ucap Daud pendek, ia tidak ingin membahas apa yang terjadi barusan, cukup saja yang terjadi biarlah terjadi, tidak perlu mereka bahas, Ibrahim mengangguk mengerti dengan sepatah ucap Daud, mereka berjalan menuju parkiran motor.

“Pengen beli sate dulu.” Ucap Ibrahim pendek, Daud mengangguk, mereka naik ke atas motor, membayar parkir, lalu mengantri di roda sate, setelah mendapatkan apa yang Ibrahim mau, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah.

***************

Hmmm, gimana gimana chapter ini?, Udah mulai hadir nihhh, gesekan asmara antar Daud dan Ibrahim, semoga kalian suka yaaa, jangan lupa buat di vote dan komen yaaaaaa, love you guysss makasih udah baca yaaaa ♥️♥️♥️😚😚😚😚😚😚😚.

Tetep di komen dan vote ya jangan lupa, biar cerita ini naik di tiap tag, semakin rame semakin aku semangat nulisnyaaaa, anyways, Happy Reading!!!!!

PRIA ARAB MAJIKANKU (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang