CH.29 Pria Beristri

5.2K 273 81
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU S2E29

IBRAHIM P.O.V

Hari ini adalah hari yang besar, hari pembukaan gips kaki Asad, dokter telah memberikan keputusan kaki Asad sudah sembuh, Asad suda tidak merasakan sakit lagi dikakinya, ia sudah bisa berdiri tanpa menggunakan crutches lagi, oh dan bukan cuman pembukaan gips Asad hari ini, kemarin Abuya memberitahu Emir tentang segala kejadian yang menimpa Asad, tentu saja Emir marah dan berkata mengapa ia tidak diberitahu sejak awal, Abuya memberikan jawaban yang rasional kepada Emir, namun tetap saja Emir marah dan tidak terima, jadi hari ini setelah kepulanganya dari liburan bersama istrinya, ia akan datang kerumah.

Abuya libur hari ini, pagi hari kami semua sudah berkumpul dikamar Asad sambil menunggu kedatangan dokter yang akan membuka gips Asad.

“Untuk apa sih kalian berkumpul disini?.” Tanya Asad ketus kepada kami, Abuya yang sedang duduk didekat jendela kamr Asad sambil membaca koran tertawa kecil.

“Mereka ingin melihat kondisi kakimu hari ini Asad.” Jawab Abuya, mata Asad berputar kesal.

“Tidak usah ramai seperti ini, saya seperti seorang badut di karival, ditonton banyak orang, kalian keluar lah!.” Suruh Asad, Abuya menaikan kedua bahunya tidak perduli, aku, Amihan dan Nala bergegas untuk berjalan keluar kamar Asad.

“Ibrahim! Kamu balik lagi kesini, bawakan saya juice, yang dingin!.” Titanya, aku menatap Abuya sebentar, setelah Abuya mengangguk, barulah aku mengiyakan, membawa juice dingin untuk Asad dan kembali lagi ke kamarnya.

Tidak ada suara atau teriakan ketika Emir datang, saat aku berjalan kembali menuju kamar Asad, tepat ketika aku berada diujung pintu, terlihat Emir yang sedang memeluk erat Asad, mereka saling berpelukan erat, tidak ada ucapan dari masing masing, Abuya juga terlihat sudah menurunkan koran yang dibacanya, menatap haru kearah kedua anak lelakinya, Emir tidak bertanya mengenai kecelakaan, perceraian atau apapun yang menimpa Asad, ia hanya memeluk lalu meremas pundak kakaknya sembari mengangguk.

“Kau tidak bawa oleh-oleh untuk Baba?.” Tanya Abuya bercanda kepada Emir, Emir menepuk kepalanya.

“Lupa! Masih ada dikamarku Baba, aku lupa membawanya karena aku buru-buru kemari sesaat setelah bangun tidur.” Abuya tertawa sembari memeluk Emir.

“Baba hanya basa basi.” Bisinya, Aku berjalan masuk lalu memberikan gelas berisi juice kepada Asad, Emir memeluku dari belakang dengan Erat, wajahku memerah bukan main, malu sekali, ia memeluku dihadapan Asad kakaknya dan Abuya, meskipun Abuya memang sudah mengetahui tentang hubungan kami, tapi tetap saja, malu rasanya, Emir membalikan badanku menghadapnya lalu kembali memeluku.

“Apakabar?.” Tanya dia sambil memegang kedua tanganku.

“Baik, Tuan Emir, saya harap liburan anda begitu mengesankan.” Ucapku, Emir tersenyum.

“Aku juga berharap begitu, apakah liburanmu juga menyenangkan Brahim?.” Balik Emir bertanya.

“Sepertinya tidak semenyenangkan liburan anda tuan.” Emir tertawa.

“Tentu saja!.” Terdengar suara Abuya tertawa, diiringi suara batuk Asad yang terdengar seperti dipaksakan.

“Kapan dokternya datang Baba?.” Tanya Asad mengalihkan pembicaraan, aku berjalan kemudian berdiri disamping Abuya, Emir mengambil kursi lalu duduk disamping Asad.

“Sebentar lagi.” Asad mengangguk.

“Kalian terlihat begitu dekat ey?.” Tanya Asad kepada Emir, wajah Emir terlihat sedikit gugup, ia menatapku kemudian tersenyum ke arah Asad.

“Tentu kak, Brahim dan aku begitu dekat, dia yang mengurusku selama aku dirumah, kami memiliki pengalaman yang luar biasa kemarin sebelum pernikahan kami.” Ucap Emir, Asad mengangguk tidak perduli.

Mereka bercengkrama satu sama lain, istri Emir tidak ikut karena sedang beristirahat kelelahan setelah perjalanan panjang dari California, sekitar lima belas menit kemudian dokter datang dan memulai pembukaan gips dikaki Asad, setelah terbuka kami semua berdiri dan menatap kondisi kaki Asad, begitu pucat dan bau sekali, karena memang tidak pernah terekspos dan terhimpit ruang lembap gips, jadi bau yang dikeluarkan begitu luar biasa dan menguar, aku membasuh kaki Asad bersih hingga tidak ada bau lagi, dokter mengatakan Asad harus tetap menghabiskan obatnya, sesaat setelah dokter membuka gipsnya, Asad langsung saja berdiri dari tidurnya, mencoba berjalan kesana kemari tanpa menggunakan crutchesnya, wajahnya tersenyum lebar seperti anak kecil lagi, Abuya dan Emir juga ikut senang melihat perkembangan tubuh Asad setelah kecelakaan, namun satu yang pasti, aku masih melihat setitik kesedihan dimata Asad, bahkan ketika ia tersenyum.

Aku meninggalkan mereka dan keluar dari kamar menuju kamarku, tidak kusangka ternyata Emir mengikutiku dari belakang dan ikut masuk kedalam kamar, ia mengunci pintu kamarku lalu memeluku erat dari belakang, mulutnya menciumi leherku tanganya mengusap dadaku lembut, aku dengan cepat berusaha melepaskan pelukanya dari tubuhku.

“Anda sudah beristri sekarang tuan Emir!.” 

“Lalu?.” 

“Ini tidak benar!.” Ucapku menolak pelukanya.

“Tapi saya sangat rindu Brahim!.” Ia kembali menarik badanku kedalam pelukanya.

“Selain itu juga nanti Abuya bisa marah jika ia mengetahui anda kembali seperti ini.” Ia membalikan badanku, menatapku serius.

“Tidak mungkin saya kemari jika tidak izin kepada Abuya.” Aku diam tidak percaya.

“Abuya memberi izin?.” Emir mengangguk, shit, aku tidak percaya apa yang aku dengar sekarang, bukan aku sakit hati atau apa, oh sungguh dengan senang hati aku melayani Emir, tapi, Abuya tidak marah? Entalah, akan aku konfrontrasi nanti dia.

“So please?.” Tanya Emir, aku mengangguk pelan, wajah Emir tersenyum gembira, ia kembali memeluku erat, bibirnya bergerak liar dileherku, geli kurasakan saat brewoknya menggesek leherku, ia menidurkanku dikasur kecil miliku, berada diatasku ia menatap lembut ke arahku, ia kemudian mencium bibirku lembut, perlahan, tunggu, ini tidak seperti Emir yang aku kenal, Emir biasanya grasak grusuk dan kasar, ini lembut dan pelan, bahkan ciumanya bisa aku nikmati.

“Siapa ini?.” Tanyaku sambil melepas ciuman kami.

“Maksudmu?.” Alisnya bertaut.

“Siapa Emir yang lembut dan Vanilla ini?.” Tanyaku, Emir tersenyum malu.

“Jangan seperti itu Brahim, aku terbiasa lembut dengan istriku.” 

“Telah menjadi kebiasaan kah?.” Tanyaku, Emir menggangguk malu.

“Apakah masih tersimpan didalam diri anda tuan? Emir yang kasar dan rusuh?.” Tanyaku sambil tersenyum dan menggodanya, tangan Emir bergerak menuju leherku, mencekik leherku pelan sambil tersenyum nakal.

“Kau ingin Emir yang nakal hmm?.” Tanya Emir, aku mengusap telapak tanganya dileherku dan mengangguk.

“Benarkah?, Apa kau siap?.” Kembali aku mengangguk, kurasakan sebuah tamparan pelan dipipiku, badanku panas dingin bukan main, kasar nya Emir berbeda dengan kasar Tuan Abbas, kasar Emir masih bisa dinikmati, berbeda dengan kasar Tuan Abbas yang agak lebih sakit dan susah untuk dinikmati jika bukan memang penikmat kekasaran.

Kurasakan kembali ciuman Emir, kali ini lebih kasar, lebih cepat, sesekali giginya menggigit bibir bawahku membuatku sedikit menjerit tertahan, tanganya ia simpan diatas mulutku, menutup suara yang keluar dari mulutku.

“Siap?.” Tanya Emir, mataku memelas, anggukanku pelan, ahhh, pagi ini akan menjadi pagi yang melelahkan, bukan bersama Abuya atau Asad, tetapi bersama pria liar yang sudah lama tidak menjamahku, Emir.


************

Ada yang kangen sama Emir ?? Di update ini puas puasin den, apalagi yang kapalnya Emir Ibra, chapter depan bakalan lebih exciting kayaknya, semoga kalian sukaaa yaa, maaciw buat yang udah vote dan komen kemaren, jangan lupa buat divote dan komen di chapter ini, biar akuwww makin semangat nulisnyaaaa.

SELAMAT MEMBACA ILYSM GUYS♥️♥️♥️♥️

PRIA ARAB MAJIKANKU (SEASON 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang